Moulin Rouge! (2001)
127 min|Drama, Musical, Romance|01 Jun 2001
7.6Rating: 7.6 / 10 from 298,756 usersMetascore: 66
A poor Bohemian poet in 1890s Paris falls for a beautiful courtesan and nightclub star coveted by a jealous duke.

Moulin Rouge! (2001) merupakan film roman musikal arahan Baz Luhrmann. Film ini diadaptasi dari opera La Traviata karya Giuseppe Verdi. Film ini dibintangi Nicole Kidman, Ewan McGregor, Jim Broadbent, serta John Leguizamo. Tidak hanya sukses komersil film ini juga sukses secara kritik dengan meraih puluhan penghargaan bergengsi diantaranya Academy Awards dan Golden Globe.

Christian (McGregor) adalah penulis asal Inggris yang mencari peruntungan di kota Paris pada akhir abad 19. Christian menetap di Montmartre, sebuah distrik di kota Paris semasa revolusi Bohemia. Tanpa diduga, Christian bertemu dengan kelompok pemain teater yang dipimpin Henri de Toulouse-Lautrec (Leguizamo) yang ternyata menghargai bakatnya. Henri lalu mengajak Christian untuk mengajukan usulan pertunjukan mereka ke Harold Zidler (Broadbent) pemilik pertunjukan cabaret ternama, Moulin Rouge. Di tempat inilah Christian bertemu dengan primadona Moulin Rouge, Satine (Kidman) dan jatuh hati pada sang kortesan. Namun Christian mendapat hambatan dari seorang bangsawan kaya, Duke of Monroth yang juga menaruh hati pada sang bintang.

Seperti plot film musikal lazimnya, plot film ini sangat sederhana, yakni tentang karir, cita-cita, roman, dan tragedi. Segmen musikal menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari cerita filmnya. Lalu apa yang membedakan film ini dengan film musikal lainnya. Film musikal lazimnya menggunakan musik dan lagu yang diaransemen khusus yang disesuaikan dengan latar masa cerita filmnya. Sementara Moulin Rouge! mengambil cerita berlatar akhir abad 19 namun uniknya menggunakan lagu dan musik kontemporer, seperti lagu-lagu populer milik Nirvana, Madonna, Quenn, David Bowie, Nat King Cole, hingga OST Sound of Music. Nyaris semua segmen musikal menggunakan kombinasi (penggalan) dari banyak lagu yang dipadu dengan begitu manis. Lirik-lirik lagu yang diambil disesuaikan dengan adegan dalam filmnya. Tercatat film ini hanya menggunakan satu lagu orisinil, yakni Come What May yang dinyanyikan oleh Kidman dan McGregor.

Baca Juga  The Limits of Control, Saatnya Manusia Diam dan Benda-Benda Bicara

Satu lagi nilai lebih filmnya adalah semua segmen musikalnya dinyanyikan sendiri oleh para kastingnya yang notabene bukan penyanyi profesional. Kidman kali ini membuktikan dirinya tidak hanya piawai dalam hal berakting namun juga tarik suara. Kidman layaknya penyanyi profesional mampu melantunkan beberapa nomor lagu dengan sangat prima. Performa akting Kidman yang bermain sebagai kortesan yang tengah sekarat mampu meraih simpati kita disamping aura kecantikan sang bintang yang memancar sepanjang filmnya. Selain Kidman, bintang yang cukup menonjol adalah Jim Broadbent yang bermain ganas sebagai sang pemilik teater kabaret, Harold Zidler. McGregor sekalipun tidak bermain istimewa namun cukup mendukung perannya.

Dari sisi pencapaian estetik lainnya yang menawan selain lagu dan musik adalah nyaris semua aspeknya, yakni setting dan kostum, koreografi pemain, sinematografi, hingga editing. Sejak logo pembuka film yang unik telah mengisyaratkan film ini layaknya pertunjukan teater. Hal ini juga didukung setting yang sengaja dirancang artifisial, seperti kamar Satine yang terletak di atas “gajah”. Beberapa sekuen musikalnya seperti di awal film, disajikan sangat unik layaknya video musik melalui perpaduan koreografi pemain, pergerakan kamera yang dinamis, editing cepat, hingga teknik fast motion dan slow-motion. Dari semua pencapaian diatas, Moulin Rogue! bisa dikatakan sebagai pelopor film musikal modern.

WATCH TRAILER

Artikel SebelumnyaMenebus Impian, Mencari Makna Kebahagian
Artikel BerikutnyaThe Others, Antara Ilusi dan Realita
His hobby has been watching films since childhood, and he studied film theory and history autodidactically after graduating from architectural studies. He started writing articles and reviewing films in 2006. Due to his experience, the author was drawn to become a teaching staff at the private Television and Film Academy in Yogyakarta, where he taught Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory from 2003 to 2019. His debut film book, "Understanding Film," was published in 2008, which divides film art into narrative and cinematic elements. The second edition of the book, "Understanding Film," was published in 2018. This book has become a favorite reference for film and communication academics throughout Indonesia. He was also involved in writing the Montase Film Bulletin Compilation Book Vol. 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Additionally, he authored the "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). Until now, he continues to write reviews of the latest films at montasefilm.com and is actively involved in all film productions at the Montase Film Community. His short films have received high appreciation at many festivals, both local and international. Recently, his writing was included in the shortlist (top 15) of Best Film Criticism at the 2022 Indonesian Film Festival. From 2022 until now, he has also been a practitioner-lecturer for the Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts in the Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.