Nang Nak (1999)
100 min|Action, Horror, Romance|23 Jul 1999
6.5Rating: 6.5 / 10 from 1,903 usersMetascore: N/A
Mak goes home from war and lives together with his wife and baby happily until a friend decides to reveal a secret.

Nang Nak didasarkan legenda di Thailand berkisah tentang sepasang suami istri yang tinggal di pedalaman Thailand. Sang suami, Mak (Winai Kraibutr) harus meninggalkan Nak (Intira Jaroenpura) sang istri yang tengah hamil, untuk berperang. Nak sebenarnya tak rela Mak pergi. Setiap hari Nak menunggu kepulangan Mak dengan setia yang disajikan melalui montage sequence yang menarik hingga Nak yang tengah hamil kini telah menggendong bayinya. Perubahan cerita dimulai ketika Mak pulang ke kampung halamannya. Intensitas ketegangan sedikit demi sedikit terus bertambah. Ketegangan memuncak ketika penonton tahu bahwa ternyata Nak sudah meninggal sewaktu ia melahirkan. Dan Mak ternyata tinggal bersama arwah Nak dan bayinya.

Visualisasi yang meyakinkan membuat penonton sempat tak percaya bahwa sang istri telah meninggal karena adegan-adegan Nak bersama Mak di rumahnya terlihat begitu nyata seolah tak terjadi apa-apa. Perbedaan visualisasi sudut pandang yang membuat filmnya menarik, seperti ketika pimpinan biksu desa setempat datang menyambangi Mak, para biksu melihat kondisi dan suasana rumah yang kotor dan tak terawat sedangkan Mak justru melihat sebaliknya. Tidak seperti film horor kebanyakan, penonton juga dibuat bersimpati dan berempati dengan sang hantu. Nak tampak menderita dan terpojok, tak tahu harus berbuat apa dan yang ia tahu adalah Nak mencintai dan tak mau lepas dari suaminya.

Baca Juga  Kritik Film: Kriteria dan Penilaian

Nyaris tak ada bentuk hantu yang menakutkan namun cerita, suasana, dan nuansa yang dibangun cukup membuat bulu kuduk penonton merinding. Tercatat adegan yang paling mengerikan adalah ketika Nak masuk ke ruangan para budha yang sedang berdoa mengelilingi Mak. Nak tiba-tiba datang mengejutkan mereka dan berdiri di langit-langit diatas mereka dengan posisi terbalik sambil menggendong anaknya. Walaupun sosok Nak terlihat wajar namun posisi berdiri yang tidak wajar mampu membuat kengerian yang luar biasa.

Setting sangat mendukung cerita dengan membangun suasana mencekam. Pilihan setting di hutan belantara pedalaman Thailand yang kental dengan nuansa budaya lokal membuat suasananya lebih mistik. Ilustrasi musik juga menyatu dengan cerita dan tiap adegannya untuk menambah unsur ketegangan dan suasana yang mencekam.

Nang Nak merupakan kisah horor mencekam memadu dengan drama dan tragedi yang dikemas dengan baik. Tanpa sosok hantu yang menyeramkan film ini mampu menyajikan ketakutan serta kengerian luar biasa, yang jarang kita temui di film-film horor masa kini. Kisah Nak membawa pesan akan kesetiaan seorang istri pada sang suami, kesetiaan yang dibawa hingga liang kubur. Film ini secara spritual juga berbicara tentang arwah yang tersesat dan ia harus menyelesaikan masalah duniawinya sebelum menemukan ketenangan di alam baka.

WATCH TRAILER

Artikel SebelumnyaNegeri 5 Menara, Membuktikan Kesungguhan
Artikel BerikutnyaOng-Bak
His hobby has been watching films since childhood, and he studied film theory and history autodidactically after graduating from architectural studies. He started writing articles and reviewing films in 2006. Due to his experience, the author was drawn to become a teaching staff at the private Television and Film Academy in Yogyakarta, where he taught Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory from 2003 to 2019. His debut film book, "Understanding Film," was published in 2008, which divides film art into narrative and cinematic elements. The second edition of the book, "Understanding Film," was published in 2018. This book has become a favorite reference for film and communication academics throughout Indonesia. He was also involved in writing the Montase Film Bulletin Compilation Book Vol. 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Additionally, he authored the "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). Until now, he continues to write reviews of the latest films at montasefilm.com and is actively involved in all film productions at the Montase Film Community. His short films have received high appreciation at many festivals, both local and international. Recently, his writing was included in the shortlist (top 15) of Best Film Criticism at the 2022 Indonesian Film Festival. From 2022 until now, he has also been a practitioner-lecturer for the Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts in the Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.