Unstoppable (2010)
98 min|Action, Thriller|12 Nov 2010
6.8Rating: 6.8 / 10 from 207,052 usersMetascore: 69
With an unmanned, half-mile-long freight train barreling toward a city, a veteran engineer and a young conductor race against the clock to prevent a catastrophe.

Kisah filmnya konon diinspirasi dari kejadian nyata yang sungguh-sungguh terjadi di Ohio, AS.Dikisahkan sebuah lokomotif yang membawa puluhan gerbong diantaranya bahan kimia berbahaya secara tak sengaja lepas kendali dan meluncur tanpa masinis. Upaya pencegahan dilakukan oleh pihak berwenang namun tak disangka kereta tersebut di luar perhitungan meluncur dengan kecepatan tinggi. Sementara itu Frank Barnes (Washington) masinis senior ditemani konduktor muda barunya, Will Colson (Pine) tengah melakukan kegiatan rutinnya kala peristiwa tersebut terjadi. Kereta Barnes bahkan nyaris bertabrakan dengan kereta maut tersebut. Di saat segala upaya gagal, Barnes dan Colson adalah satu-satunya harapan sebelum kereta tersebut mencapai pusat kota.

Non stop aksi yang menegangkan adalah kalimat yang pas untuk menggambarkan kisah film ini. Tanpa berlama-lama dari awal hingga klimaks, seperti judulnya Unstopabble menyajikan serangkaian aksi menegangkan tanpa henti. Seperti formula plot disaster movie lazimnya ending-nya mungkin tak sulit ditebak namun justru yang menjadi kunci adalah pengembangan cerita. Scott mampu membangun unsur ketegangan semakin lama semakin tinggi sejak awal tanpa kedodoran sedikitpun. Sekalipun sedikit unsur drama yang disisipi, yakni masalah personal dua tokohnya, sudah cukup membuat ending-nya sangat dramatik. Cerita yang sedikit dilebihkan, ini rasanya satu-satunya kelemahan kecil filmnya. Satu lagi adalah penggambaran anak-anak sekolah yang tengah berwisata kereta di awal cerita. Seolah ini nantinya menjadi bagian penting dari cerita filmnya, namun nyatanya tidak.

Baca Juga  Airport, Pelopor “Modern Disaster Movie”

Selain alur plotnya yang ekstra cepat dan menegangkan, setting menjadi nilai lebih filmnya. Sepanjang film kita diperlihatkan suasana desa serta kota kecil yang demikian enak dipandang, sama sekali tidak membosankan. Kombinasi pencapaian sinematografi plus editing yang dinamis mampu mengimbangi plotnya yang cepat dengan efektif. Aktor favorit Scott, Denzel Washington bersama Chris Pine sebenarnya bermain biasa namun chemistry yang terbangun manis antara keduanya mampu membuat film “one train show” ini tampak lebih humanis. Film ini tampak lebih “humanis” lagi karena nyaris tidak menggunakan rekayasa digital seperti lazimnya film-film disaster masa kini.

Unstoppable adalah sebuah tontonan yang sangat menghibur serta menegangkan yang sudah langka ditemui beberapa tahun belakangan. Unstoppable juga merupakan film terbaik garapan Tony Scott semenjak Crimson Tide belasan tahun silam dan jelas jauh lebih baik dari The Taking of Pelham 123 baru lalu. Walau idenya tidak orisinil namun film ini juga bisa dianggap sebagai salah satu disaster movie terbaik yang pernah diproduksi. Jika Anda menginginkan tontonan 90 menit aksi tanpa henti, maka tontonlah film ini. Hold your breath the train is coming!

Artikel Sebelumnya‘3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta’ dan Wacana Hubungan Kasih Beda Agama
Artikel BerikutnyaDante’s Peak, Film Bencana Gunung Api yang Ilmiah dan Menghibur
His hobby has been watching films since childhood, and he studied film theory and history autodidactically after graduating from architectural studies. He started writing articles and reviewing films in 2006. Due to his experience, the author was drawn to become a teaching staff at the private Television and Film Academy in Yogyakarta, where he taught Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory from 2003 to 2019. His debut film book, "Understanding Film," was published in 2008, which divides film art into narrative and cinematic elements. The second edition of the book, "Understanding Film," was published in 2018. This book has become a favorite reference for film and communication academics throughout Indonesia. He was also involved in writing the Montase Film Bulletin Compilation Book Vol. 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Additionally, he authored the "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). Until now, he continues to write reviews of the latest films at montasefilm.com and is actively involved in all film productions at the Montase Film Community. His short films have received high appreciation at many festivals, both local and international. Recently, his writing was included in the shortlist (top 15) of Best Film Criticism at the 2022 Indonesian Film Festival. From 2022 until now, he has also been a practitioner-lecturer for the Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts in the Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.