Tonton Video Review Artikel ini di Bawah

     Avengers: Infinity War kini masih merajai perolehan box-office di mana-mana. Banyak pertanyaan muncul selepas film ini rilis dengan ending-nya yang membuat semua penonton penasaran untuk menyimak kisah berikutnya. Sang sineas, Russo Bersaudara menjawab semua pertanyaan yang paling sering terlontar dari para fans. Berikut di bawah adalah pertanyaan serta jawaban dari duo sineas, Anthony dan Joe Russo. Penjelasan di bawah mengandung banyak spoiler sehingga tidak disarankan untuk membaca artikel ini jika belum menonton filmnya.

  1. Mengapa trailer film berbeda dengan filmnya?

     Dalam trailer-nya kita melihat Hulk dalam pertarungan di Wakanda bersama rekan-rekannya, namun fakta di filmnya Bruce Banner tidak berubah menjadi The Hulk. Menjawab ini sang sutradara mengatakan bahwa hal ini adalah memang unsur kesengajaan. “Kamu harus cerdas ketika membuat sebuah trailer” ungkap Joe. Trailer bisa mengarahkan plot aslinya sekaligus juga memanipulasi untuk membuat penasaran dan menarik, dan ini yang dilakukan mereka. Mereka menyebutnya dengan “money shot” dengan menambahkan karakter Hulk di sana, maka plot aslinya tak akan terbaca, dan penonton akan menafsirkannya berbeda. Sebaliknya, beberapa hal juga tak tampak di filmnya, seperti senjata sakti Stormbreaker milik Thor dengan petir yang bersahutan ketika ia mengangkat kapak tersebut. Di filmnya, senjata ini baru tampak digunakan saat Thor bertarung di Wakanda.

  1. Mengapa kita tidak melihat Thanos mengambil Power Stone di Xandar?

     Pembuka film telah memperlihatkan Thanos yang berada di pesawat angkasa yang mengangkut rakyat Asgard yang tersisa selepas kejadian di Thor: Ragnarok. Di adegan ini diperlihatkan bahwa Thanos telah memiliki power stone, yang kita tahu telah disimpan di Xandar pada ending peristiwa di Guardian of the Galaxy Vol.1. Pada satu adegan, Thor menjelaskan pada Guardian bahwa Thanos telah mengambilnya dari Xandar sekaligus meluluhlantakkan planet tersebut. Sang sineas menjawab, lokasi power stone telah dijelaskan secara gamblang dalam film tersebut (Guardian Galaxy Vol.1) sehingga hal sederhana untuk menghilangkan Xandar dalam plotnya. Mereka tidak ingin plotnya terlalu banyak hal tak penting dimunculkan sehingga terasa repetitif dan mudah ditebak. Nyatanya, hal ini juga tak membuat masalah besar bagi keseluruhan kisah filmnya.

  1. Mengapa Hawkeye tidak muncul dalam filmnya?

     Russo Bersaudara berkata, mereka menyukai tokoh superhero ini dan memiliki rencana besar untuk karakter ini. Pertanyataan ini sekaligus pula memberi spoiler bagi kisah berikutnya bahwa Hawkeye bakal memiliki peran penting kelak. Dalam filmnya, karakter ini disinggung dalam satu dialog kecil bahwa selepas peristiwa di Captain America: Civil War, ia memilih fokus bersama keluarganya. Mari kita tunggu saja, rencana besar apa yang akan dilakukan sang sineas untuk salah satu member tim lawas Avengers ini kelak? Hal yang sama juga berlaku untuk sosok Ant-Man, namun rasanya hal ini akan jelas setelah rilis filmnya beberapa bulan lagi.

  1. Mengapa Bruce Banner tidak berubah menjadi Hulk dalam pertarungan di Wakanda?

     Ada pengamat yang beranggapan bahwa selepas pertarungan singkat di awal dengan Thanos dan kalah telak, sang monster takut dan tidak ingin keluar. Sang sineas menanggapinya berbeda dan menganggap dua sosok ini, Banner dan The Hulk, adalah dua sosok yang berlainan, dan mereka masing-masing ingin memiliki kontrol penuh akan tubuhnya. Hal ini sebenarnya telah tereksplorasi dengan baik dalam Thor: Ragnarok. Jadi, ketika Banner menyuruhnya untuk keluar, sang monster tidak ingin mengikuti kemauan Banner. Russo Bersaudara juga mengatakan bahwa mereka ingin lebih menonjolkan sosok Bruce Banner sebagai pahlawan tanpa harus berubah menjadi The Hulk. Sepertinya mereka benar, dan jika ada sosok Hulk pun, tetap tak akan mampu merubah situasi yang bakal terjadi saat Thanos datang.

  1. Mengapa pertemuan Steve-Bucky dan Bruce Banner-Natasha Romanoff terasa kurang emosional?

     Menanggapi hubungan Steve dan Bucky, sineas menjawabnya dengan mudah bahwa selepas kejadian Civil War, mereka berdua telah beberapa kali bertemu di Wakanda, dan di filmnya tampak sang kapten telah mengenali betul wilayah Wakanda. Pertemuan mereka di Infinity War jelas bukanlah hal yang baru bagi mereka. Lalu menanggapi hubungan Bruce dan Natasha yang terasa dingin, mereka mengatakan bahwa banyak hal terjadi selepas kejadian Age of Ultron, dan hubungan personal mereka, semua orang telah mengetahuinya tanpa harus dijelaskan secara verbal. Faktanya, situasi dalam kisah filmnya yang amat genting juga membuat segala hubungan personal tentu bukan hal yang penting lagi.

  1. Apa yang terjadi dengan Valkyrie?
Baca Juga  Stephen King dan Kesuksesan Adaptasi Novelnya

     Russo Bersaudara sebenarnya telah mengisyaratkan dalam filmnya, bahwa tokoh ini bersama Korg dan Miek kemungkinan masih hidup. Dalam satu dialog dengan Guardian, Thor berkata bahwa Thanos membunuh separuh dari warga Asgard dan ini menandakan bahwa Valkyrie dan lainnya sempat keluar dari pesawat (capsule pod) sebelum Thanos masuk dalam pesawat. Sang sineas membenarkan hal tersebut dengan mengatakan bahwa tokoh ini berhasil keluar dengan selamat, namun mereka tidak mengatakan tentang nasib Korg dan Miek.

  1. Bagaimana Thanos mengenali Tony Stark?

     Dalam satu adegan pertarungan dengan Iron Man, Thanos menyebut nama Stark, dan Tony pun terkejut sang antagonis mengenalinya. Thanos jelas sudah mengetahui bumi sejak peristiwa New York dan tak mustahil jika dia sudah mengetahui bahwa Tony Stark adalah ancaman terbesarnya jika kelak ia akan menginvasi bumi. Russo Bersaudara mengatakan, dari semua superhero (setelah peristiwa New York), Tony adalah seorang futuristis yang mampu memprediksi ancaman seperti Thanos, dan ia seolah mengenali sang musuh sekalipun ia tidak tahu namanya. Ini dipertegas dengan peristiwa dalam Iron Man 3 dan Age of Ultron dimana Tony melakukan cara apapun untuk mencegah malapetaka yang sama terjadi lagi.

  1. Mengapa tokoh Red Skull muncul kembali?

     Siapa yang tak terkejut ketika mengetahui musuh bebuyutan Captain America ini ternyata masih hidup dan kini menjadi penjaga dari Soul Stone di Planet Volmir. Sosok ini, seperti halnya sang kapten telah terjebak puluhan tahun lamanya, dan ia pun ternyata kini memiliki pengetahuan luas tentang infinity stone, dan sekaligus mampu mengenali Thanos dan Gomora. Joe Russo mengatakan, bahwa seseorang harus menjadi penjaga pintu soul stone, dan harus menjelaskan aturan main kepada Thanos dan Gomora. Red Skull dinilai adalah sosok yang pas menurut sang sineas karena ia memiliki pengalaman dan trauma pada batu keabadian.

  1. Mengapa kematian sosok Black Panther disajikan begitu sederhana?

     Secara komersial dan kritik, Black Panther adalah film yang sukses luar biasa, namun apa yang terjadi di filmnya ketika sang sosok tewas disajikan begitu sederhana dan tak berkesan seperti beberapa superhero besar lainnya. Menanggapi hal ini, sang penulis naskah mengatakan pada saat Infinity War diproduksi, Black Panther belum dirilis dan mereka tak menduga jika filmnya bakal mendapat respon sebesar itu. Pada momen tersebut, tak ada waktu lagi untuk merubah dan menambah peran Black Panther, terlebih bagaimana sang sosok tewas.

  1. Bagaimana sang sineas memilih superhero yang akan tewas dan hidup?

     Kita tahu, separuh dari para superhero dan penghuni alam semesta sirna pada ending setelah Thanos menjentikkan jarinya. Bagaimana sang sineas memilih sosok yang tewas dan tidak? Anthony Russo berkata bahwa semua pilihan tersebut berdasarkan cerita dan perjalanan kisah mereka sebelumnya hingga titik ini, dan film ini adalah puncak kisah mereka. Hal ini agak terasa antiklimaks memang karena beberapa tokoh yang tewas, seperti Black panther, Spider-Man, serta Doctor Strange, konon telah dijadwalkan sekuel dari film solo mereka pada fase produksi berikutnya. Jika ini benar, entah bagaimana, apa yang terjadi di Infinity War akan menghidupkan kembali karakter-karakter tersebut. Namun, faktanya pula ada jeda cerita sekitar 2 tahun antara peristiwa Civil War dan Infinity War. Ini tentu cukup untuk membuat cerita dalam rentang waktu ini, walau pasti terlihat janggal.

WATCH OUR REVIEW

SUMBERscreenrant.com
Artikel SebelumnyaBox-Office: Infinity War Tercepat Capai US$ 1 Miliar!
Artikel BerikutnyaAssalamualaikum Calon Imam
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.