A Star Is Born tercatat telah dua kali di-remake sejak rilis film aslinya pada tahun 1937. Dua remake berikutnya, diproduksi pada tahun 1954 dan 1976 yang keduanya sama-sama sukses baik kritik maupun komersial. Film remake ketiganya kali ini disutradarai oleh aktor kondang Bradley Cooper (debut sutradara) yang juga sekaligus bermain di dalamnya. Penyanyi kenamaan, Lady Gaga bermain sebagai aktris utama, serta pula aktor gaek Sam Elliot. Mampukah remake ketiganya ini meraih sukses kritik dan komersial seperti sebelumnya?
Alkisah Jackson Maine adalah penyanyi country kenamaan yang kini tengah tur di California. Jackson adalah seorang alkoholik dan ketergantungan obat, ditambah pula sakit telinga berdenging yang semakin parah. Sepulang konser, ia berkunjung ke sebuah bar lokal untuk mencari bir. Di sana, ia bertemu dengan Ally yang tengah pentas, dan ia sangat terkesan dengan suara dan kepribadian sang gadis. Jackson membawa sang gadis datang ke konsernya dan bahkan memaksanya bernyanyi sehingga bakatnya diketahui publik luas. Sejak itu, karir Ally menanjak sementara Jackson justru semakin memudar karena kebiasaan lamanya.
A Star Is Born sudah dua kali di-remake dan total 3 filmnya tentu sudah sangat akrab di kalangan penikmat film. Pada dua film pertama (1937 dan 1954), kisahnya terfokus pada industri film Hollywood, dan filmnya disajikan melalui genre musikal. Sementara remake ke dua (1976) adalah film drama roman yang berlatar industri musik. A Star Is Born versi ketiganya ini, sama sekali tidak mencoba sesuatu yang baru dari sisi cerita, namun justru memberikan tribute pada ketiga film sebelumnya. Alur kisahnya adalah tribute dari dua film klasiknya, namun berlatar cerita industri musik. Untuk penonton film lamanya, film ini bakal terasa sebagai petualangan baru yang mengasyikkan melihat kelokan-kelokan plot yang ditawarkan dengan klimaks dan penutup yang pasti telah familiar. Bagi penikmat baru, filmnya mungkin bakal terasa datar, terlalu cepat, dan mudah diantisipasi. Sejak 10 menit pertama jika jeli, bakal tahu film ini bakal mengarah ke mana kelak.
Kekuatan filmnya sendiri ada pada semua segmen lagunya dan dua penampilan bintang utamanya, Cooper dan Gaga yang bermain sangat menawan. Cooper mampu bermain sangat brilian sebagai Jackson dan membawakan semua lagu yang ia nyanyikan sendiri, layaknya seorang bintang. Sementara Gaga, siapa yang tak kenal dengan vokalnya yang khas, namun kemampuan aktingnya ternyata sama baiknya dengan kemampuan olah vokalnya. Keduanya memiliki ikatan yang kuat dalam filmnya yang dipertegas melalui lirik-lirik lagu yang mereka bawakan. Kualitas sinematografi melalui sudut dan komposisinya yang sangat terukur juga sangat mendukung momen-momen dramatik dalam filmnya. Beberapa shot di atas pentas beberapa kali disajikan dengan sangat elegan.
Dengan dukungan kuat penampilan dua pemain utamanya serta sinematografi yang sangat menawan, A Star Is Born adalah tribute istimewa untuk film dan remake sebelumnya. Kisahnya memang tak lagi orisinal, namun film ini memiliki kekuatan tersendiri dibandingkan film-film sebelumnya. A Star is Born kali ini lepas dari tiga film sebelumnya dengan memasukkan unsur realisme yang kental serta isu kekinian. Lady Gaga yang kita kenal sebagai biseksual dan aktivis LGBT, juga memasukkan unsur ini pada segmen pembuka filmnya. Film ini juga sekaligus memperlihatkan talenta Bradley Cooper sebagai seorang sutradara baru yang sama sekali tak bisa dianggap remeh. Tak ada keraguan, film ini bakal sukses mengikuti film-film sebelumnya, baik komersial maupun kritik, termasuk tradisi dalam ajang Academy Awards.
WATCH TRAILER