all access to rossa 25 shining years

Rossa sudah menjadi salah satu penyanyi legendaris di tanah air. Selama lebih dari dua dasawarsa berkarier, ia telah menghasilkan begitu banyak tembang hits. Penggemarnya juga terdiri dari berbagai generasi. Oleh karenanya kisah hidup diva yang akrab disapa teh Ocha ini rasanya memang layak dibuatkan film dokumenter sebagai wujud apresiasi dan perayaan atas keberhasilannya di dunia musik. Cerita sepak terjang Rossa ini tersaji dalam film dokumenter berjudul All Access to Rossa 25 Shining Years.

Film dibuka dengan kesibukan Rossa bersama krunya menyiapkan konser merayakan 25 tahun Rossa bermusik. Kurang lebih ada 600 musisi, penari, dan kru yang dilibatkan. Rossa akan membawakan 27 lagu baik secara solo maupun berduet dengan para bintang tamu.

Cerita kemudian bergulir dengan masa kecil Rossa. Diva bernama lengkap Sri Rossa Roslaina Handiyani ini mengawali kariernya sebagai penyanyi cilik. Sempat kariernya jalan di tempat, dewi fortuna menghampirinya ketika ia duduk di bangku SMA. Tembang Nada-nada Cinta melambungkan namanya, membuat orang-orang mulai mengenal namanya.

Ketenaran pun terbuka lebar ketika lagu Tegar dibawakannya. Rossa bercerita jika ia malam sebelumnya dirawat di rumah sakit sebelum keesokan paginya syuting video klip tersebut. Ia juga tak menyangka lagi tersebut bakal sangat melejit hingga ke berbagai negara tetangga.

Film dokumenter Rossa ini memiliki cerita yang berwarna-warni. Poin utamanya memang persiapan Rossa dan tim jelang konser perayaan ke-25 kariernya, dari persiapan kostum, koreografi tarian, modifikasi arensemen lagu menjadi lebih modern, hingga detail teknis lainnya. Namun selain cerita persiapan dan saat konser tersebut, juga diselingi dengan berbagai cerita yang jarang atau mungkin belum pernah diketahui khalayak.

Selama 90 menitan, penonton diajak mendengar cerita perjuangan Rossa membangun kariernya dan tanggapan orang-orang di sekitarnya. Cerita-ceritanya bukan hanya cerita yang manis dan sanjungan-sanjungan atas prestasinya, melainkan juga kehidupan pribadinya yang sempat terpuruk. Cerita perceraian dan ketika Rossa di titik terendah, misalnya.

Baca Juga  Transformers One

Narasumber dokumenter ini dari berbagai kalangan. Mulai dari pencipta lagu Nada-nada Cinta, Younky Soewarno dan Maryati, para musisi yang mengiringi konser, para penyanyi seperti Melly Goeslaw, Afghan, Lesty Kejora, Lyodra, dan Ariel, hingga manajer, asisten pribadi, asisten rumah tangga, mantan suami, dan putranya. Tak ketinggalan para fans, baik dari keluarga kerajaan di Malaysia yang setia mengikuti konsernya ke mana pun dan para pecinta lagu-lagu Rossa dari berbagai generasi.

Sesekali penonton diajak ikut bernyanyi lagu hitsnya dan mengetahui kisah di balik lagu tersebut. Cuplikan lagu-lagu yang ditampilkan di film dokumenter ini di antaranya Nada-nada Cinta, Tegar, Terlalu Cinta, Hey Ladies, Sakura, dan Ayat-ayat Cinta.

Karena gambar dan ceritanya yang variatif, maka film dokumenter ini tidak terasa berat dan tidak membosankan. Melihat cerita yang disusun dan cara Rossa bercerita yang sampai menunjukkan emosinya, membuat film dokumenter ini terasa personal.

Sebagian gambar diambil dari foto-foto, potongan media cetak, dan video dokumentasi yang tak semuanya berkualitas baik, sehingga ada bagian-bagian yang agak buram dan agak kabur. Tempo dokumenter di beberapa bagian juga terasa terburu-buru dan kurang runtut. Oh iya jangan berharap cerita dalam film dokumenter ini bakal runtut berkisah dari Rossa kecil hingga sekarang, karena fokusnya lebih banyak ke persiapan konser 25 tahun tersebut.

Film dokumenter ini disutradarai oleh Ani Ema Susanti yang sebelumnya pernah meraih piala Citra pada tahun 2011 lewat Donor ASI. Filmnya sendiri merupakan produksi Time International Films bekerja sama dengan Inspire Pictures dan Sinemaku Pictures. Hingga saat ini film dokumenter ini telah disimak lebih dari 45 ribu penonton.

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaBatman Cape Crusader
Artikel BerikutnyaTrap
Dewi Puspasari akrab disapa Puspa atau Dewi. Minat menulis dengan topik film dimulai sejak tahun 2008. Ia pernah meraih dua kali nominasi Kompasiana Awards untuk best spesific interest karena sering menulis di rubrik film. Ia juga pernah menjadi salah satu pemenang di lomba ulas film Kemdikbud 2020, reviewer of the Month untuk penulis film di aplikasi Recome, dan pernah menjadi kontributor eksklusif untuk rubrik hiburan di UCNews. Ia juga punya beberapa buku tentang film yang dibuat keroyokan. Buku-buku tersebut adalah Sinema Indonesia Apa Kabar, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema, Antologi Skenario Film Pendek, juga Perempuan dan Sinema.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.