Arrival (2016)

116 min|Drama, Mystery, Sci-Fi|11 Nov 2016
7.9Rating: 7.9 / 10 from 787,598 usersMetascore: 81
Linguist Louise Banks leads a team of investigators when gigantic spaceships touch down around the world. As nations teeter on the verge of global war, Banks and her crew must find a way to communicate with the extraterrestrial vi…

Arrival adalah film fiksi ilmiah garapan Denis Villeneuve yang meraih apresiasi tinggi dari kritikus serta banyak festival film di dunia. Berbeda dengan film ini, Denis sendiri sebelumnya menggarap film-film kriminal berkualitas, yakni Prisoners dan Sicario. Arrival dibintangi oleh Amy Adams, Jeremy Renner, serta Forest Whitaker. Tidak seperti film fiksi ilmiah bertema “alien” kebanyakan yang menyajikan aksi dan pesona visual, Arrival menyajikan sebuah kombinasi drama, misteri, serta thriller yang menegangkan.    

Loiuse Banks adalah seorang ahli linguistik (bahasa) yang bekerja di sebuah universitas ketika umat manusia dikejutkan oleh datangnya 12 pesawat asing raksasa yang mengambil posisi di seluruh bagian penjuru bumi. Bersama seorang fisikawan bernama Ian Donnely, Loise direkrut oleh pihak militer AS untuk berkomunikasi dengan makhluk luar angkasa tersebut untuk mengetahui apa maksud kedatangan mereka ke bumi. Di tengah usaha mereka berkomunikasi, seluruh penjuru dunia bersiap-siap untuk menghadapi perang global yang tak terhindarkan.

Tidak seperti kebanyakan film “alien” yang menawarkan invasi besar-besaran ke seluruh penjuru bumi, Arrival menawarkan sebuah drama misteri unik yang dibangun untuk memancing rasa penasaran kita. Apa yang sebenarnya menjadi tujuan mereka ke bumi? Ini yang menjadi pertanyaan besar buat tokoh dalam cerita dan juga untuk kita sebagai penonton. Nyaris sepanjang film, Louise dan Ian hanya terfokus untuk memecahkan masalah ini. Problem komunikasi serta penafsiran bahasa menjadi kendala utama. Berbeda dengan bahasa manusia, bahasa mahluk asing digambarkan sulit untuk ditafsirkan karena menggunakan simbol yang terlalu kompleks untuk dimaknai dengan bahasa manusia. Arrival ternyata tidak berhenti hanya berbicara masalah ini saja.

Baca Juga  Teenage Mutant Ninja Turtles: Out of the Shadows

Sejak awal penonton telah disuguhi adegan “kilas-balik” yang menggambarkan trauma tokoh utama. Seperti sudah lazimnya motif seperti ini sejak awal bisa dideteksi sebagai problem sekunder yang kelak menjawab problem primer filmnya, seperti tampak pada kasus Gravity atau The Babadook. Arrival juga melakukan hal yang sama namun diluar dugaan ternyata memiliki tujuan yang lebih jauh. Masalah internal Louise juga merupakan masalah yang bisa dimaknai secara universal. Batasan bahasa adalah kunci pemicu masalah filmnya yang bisa menjadikan semuanya salah tafsir dan kadang kompromi juga dibutuhkan. Solusi masalah tidak harus saling menguntungkan satu sama lain namun setidaknya tidak ada pihak yang dirugikan. Itu menjadi alasan utama mereka datang ke bumi.

Arrival tidak hanya segar untuk genrenya namun mengandung makna dan pesan kuat yang menjadi masalah besar bagi umat manusia saat ini. Selain kekuatan tema dan kisahnya film ini juga didukung oleh penampilan kuat dari Amy Adams yang bermain luar biasa, efek visual dan suara yang memukau, serta ilustrasi musik yang unik. Film ini mengingatkan kita, hanya cukup satu kata saja, “weapon” yang ditafsirkan dari bahasa “alien” membuat semua orang begitu panik hingga Jendral Shang (Cina) mengerahkan segala kemampuan militernya untuk mengantisipasi serangan besar-besaran. Misalkan saja di dunia nyata, Cina mengucapkan kata “nuklir”, lantas apa yang terjadi?

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
100 %
Artikel SebelumnyaThe Great Wall
Artikel BerikutnyaLa La Land
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.