Beauty and the Beast (2017)

129 min|Adventure, Family, Fantasy|17 Mar 2017
7.1Rating: 7.1 / 10 from 338,075 usersMetascore: 65
A selfish Prince is cursed to become a monster for the rest of his life, unless he learns to fall in love with a beautiful young woman he keeps prisoner.

Walt Disney Studio terus mengggenjot proyek remake film animasi populernya, setelah Cinderella, Alice in Wonderland, Maleficent, Pete’s Dragon, dan kini salah satu masterpiece-nya, Beauty and the Beast.  Film remake-nya kali ini digarap oleh Bill Condon yang kita tahu juga menggarap dua seri final seri Twilight. Film ini dibintangi sederetan pemain top seperti, Emma Watson, Luke Evans, Kevin Kline, Ewan McGregor, Stanley Tucci, Ian McKellen, hingga Emma Thompson. Pertanyaan besar sekarang adalah apa yang akan ditawarkan versi live-action-nya ini melawan versi animasinya yang banyak dianggap sebagai salah satu film animasi terbaik sepanjang masa?

Semua orang sudah tahu kisahnya dan amat mengejutkan film ini begitu loyal dengan film animasinya dari aspek manapun. Tidak ada perubahan berarti dari sisi cerita hanya sedikit variasi di beberapa adegan dan ini pun tak penting. Kejutan cerita bagi fans berat versi animasinya tentu tak ada sama sekali selain rasa penasaran bagaimana penggambaran versi “live-action” ini dari adegan ke adegan. Tak ada kejutan sama sekali bahkan visualisasi sekalipun. Iya, memang betul semuanya tersaji dengan sangat baik, setting dan kostum, CGI bekerja sempurna, para pemain pun telah bermain maksimal, lagu-lagunya membawa sensasi nostalgia luar biasa, bahkan sudut pengambilan shot-nya pun sama dalam banyak adegan, tapi ruh filmnya sama sekali kosong. Versi remake-nya ini sama sekali tidak menyisakan apa-apa selain pesona Belle, atau lebih tepatnya, Emma Watson.

Baca Juga  Hawkeye

Beauty and the Beast versi remake live-action ini jelas terasa sebagai sebuah penyegaran, namun jiwa film ini seluruhnya ada di film versi animasinya. Film ini rasanya memang lebih pas bagi generasi muda era CGI yang tidak mengalami masa gemilang versi animasinya. Versi animasinya entah sudah berapa puluh kali saya tonton sejak film ini rilis dan nyaris hapal semua dialog dan lagunya. Film animasinya begitu menyihir, elegan, menyentuh, dan tersaji begitu indah sejak detik awal hingga akhir, hingga tidak heran jika film ini menjadi film animasi pertama yang meraih nominasi film terbaik dalam ajang Academy Awards. Film animasi ini berkisah tentang mimpi, harapan, keluarga, persahabatan, dan cinta yang membuat kita semua lebih hidup. Film remake-nya hanya terasa seperti roti tanpa isi dengan kemasan yang menarik namun jelas dari sisi box-office tidak akan luput.
WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaHidden Figures
Artikel BerikutnyaKontroversi LGBT dalam Beauty and the Beast
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.