Before I Fall adalah film drama remaja-fantasi yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Lauren Oliver. Film arahan Ry Russo-Young ini dibintangi aktris-aktris muda yang namanya belum banyak dikenal, antara lain  Zoey Deutch, Halston Sage, Logan Miller, serta Kian Lawle. Film ini mengisahkan seorang gadis bernama Samantha dalam satu hari terpenting dalam hidupnya. Semua masalah dengan keluarga, sahabat, pacar, teman-teman di sekolahnya, serta masa lalunya, terakumulasi dalam satu momen tersebut, yang berujung pada sebuah kejadian fatal. Ajaibnya, Samantha bangun di kemudian hari dan mendapati dirinya mengulang hari sebelumnya, dan terus, dan terus berulang kembali.
Plot dengan kemasan seperti ini memang tidak lagi baru, namun tidak banyak film yang menggunakan pola plot seperti ini. The Groundhog Day (1993) adalah tercatat film pertama yang menggunakan pola ini dan banyak pengamat yang mengistilahkan plot ini, “Groundhog Day plot” atau ada juga “time loop plot”. Film ini tercatat tidak hanya sebagai pelopor, namun juga yang terbaik hingga kini. Beberapa film lainnya yang juga sangat baik menggunakan pola plot ini adalah Run Lola Run dan Edge of Tomorrow. Setiap kali pola plot ini digunakan, sineas selalu mencoba mencari sesuatu yang baru. Alasan menonton Before I Fall adalah karena ini, rasa penasaran bagaimana pola plot ini diperlakukan di filmnya. Saya berharap sebuah kejutan, namun ternyata tidak ada sesuatu yang inovatif disini, baik dari sisi cerita maupun kemasannya.
Babak pertama (sekitar 20 menit awal) adalah kunci dari filmnya. Sebagai antisipasi plotnya, setiap detil momen dan peristiwa direkam secermat mungkin karena ini bakal menjadi bagian penting dari alur filmnya kelak. Hal yang menarik sebenarnya, belum pernah ada sebelumnya, adalah terkait alur kisahnya. Film-film bertema “time loop” sebelumnya selalu menggunakan seorang protagonis yang berhadapan dengan sebuah lingkungan dan masalah baru, sehingga penonton dan protagonis selalu berada dalam posisi yang sama. Dalam Before I Fall, semua kisahnya berhubungan dengan masa lalu Samantha dan rekan-rekannya. Semakin kisahnya berjalan, masa lalu semakin terkuak, dan penonton pun semakin banyak tahu latar belakang tokoh-tokohnya. Namun sayangnya, potensi ini tidak dimanfaatkan secara maksimal dengan solusi permasalahan yang terlalu dangkal dan memaksa. Sungguh disayangkan sekali.
Spoiler memang jika bicara soal ending, namun bicara tentang genre dan target penontonnya, pesan yang positif memang harus ada pada filmnya. Sesuatu yang diawali dengan baik akan berakhir baik, dan begitu pula sebaliknya. Momen manis dan menyentuh ada di dalam kisahnya serta paparan tentang sisi baik dan buruk yang gamblang dan sederhana. Semua proses tersebut berujung pada satu kesimpulan, satu aksi dari Samantha yang ia anggap sebagai solusi terbaik untuk semua orang. Jika memang film ini dimaksudkan sebagai sebuah perenungan untuk melakukan segala sesuatunya dengan positif, lantas mengapa akhir kisahnya harus seperti itu?
Dari sisi kemasan naratifnya, Before I Fall berbeda level dengan para pendahulunya yang superior, namun untuk target penontonnya, film ini memiliki pesan yang cukup untuk sebuah perenungan. Film ini memang sangat pas ditonton remaja yang beranjak dewasa. Banyak momen yang bisa kita ambil sebagai pelajaran, tentang pentingnya nilai-nilai keluarga dan persahabatan. Dari sisi pencapaian cerita dan sinematik, nyaris tidak ada yang baru sama sekali. Penampilan para pemain mudanya juga tidak mampu mengangkat filmnya, namun setidaknya film ini mampu memperkaya jenis plot ini yang memang jarang sekali kita jumpai.
WATCH TRAILER