Bisikan Iblis (2018)
87 min|Horror|13 Sep 2018
4.6Rating: 4.6 / 10 from 82 usersMetascore: N/A
In an all-girl school, there will always be a mysterious death every year, and Nany is enrolled in this school.

Setelah tahun ini merilis film horor Sajen (2018), Hanny R. Saputra kembali memproduksi film horor sejenis berjudul Bisikan Iblis (2018). Film ini diadaptasi dari novel laris berjudul “Ghost Dormitory” karya Sucia Ramadhani. Sang sutradara sendiri telah menghasilkan puluhan karya film, antara lain Mirror (2005), Heart (2006), Love Story (2011), dan Love is U (2012). Dari film-filmnya, ia lebih sering memproduksi film bergenre roman remaja ketimbang genre horor. Film ini tak begitu laris, terlihat dari minimnya penonton dan turun dari banyak bioskop setalah hanya diputar beberapa hari.

Film ini sendiri bercerita tentang remaja perempuan bernama Neny (Amanda Manopo). Ia sejak kecil memiliki kemampuan untuk melihat mahkluk tak kasat mata di sekitarnya. Ia juga memiliki trauma tersendiri karena sewaktu kecil ibunya meninggal secara tak wajar. Ketika beranjak remaja, ia memilih untuk tinggal di asrama khusus perempuan bernama “Asrama Erly” yang satu kompleks dengan SMA-nya. Namun, ternyata asrama yang ia tempati memiliki sebuah misteri. Ketika Neny berada di sana, ia sering mendapatkan penglihatan arwah-arwah gentayangan yang membuatnya terintimidasi.

Jika dilihat dari plot dan ceritanya, film ini nyaris mirip dengan Sajen (2018). Latar cerita yang didominasi di sekolah dan asrama, serta masalah “arwah” di sekolah juga sama dengan plot cerita Sajen. Dua film ini sama-sama menggunakan formula “horor di sekolah”. Walaupun film dengan tema serupa telah banyak diproduksi, namun tampaknya formula cerita ini dianggap masih diminati kalangan penonton remaja. Sekolah atau asrama memang tak lepas dari kisah misteri yang beredar di kalangan antarsiswa. Tentu banyak cerita horor yang bisa dikembangkan dengan tema dan formula ini, namun dalam film ini kurang dieksplor dengan baik.

Baca Juga  Lara Ati

Plot misteri adegan di sekolah tidak dibangun dengan kisah yang menarik serta mudah ditebak sehingga kesan horor kurang terasa. Setiap kali Neny melihat sebuah simbol di dahi seseorang pasti akan terjadi sesuatu. Lagi-lagi, sosok hantu yang membabibuta menjadi bentuk teror yang masih dipakai. Penonton kurang bisa masuk ke dalam misteri kisahnya sehingga rasa penasaran terasa kurang pula. Terlebih polanya tak jelas. Kisah drama di filmnya yang tak jauh dari sinetron, juga membuat plot filmnya kurang menarik.

Setting yang sebagian besar berada di sekolah dan asrama memang sudah tampak terlihat kuno dan angker, namun dengan cerita yang lemah menjadi sia-sia. Agak aneh tentunya sebuah asrama, namun terlihat minim penghuni dan aktivitas. Tak ada pula akting yang spesial dari para aktrisnya yang kebanyakan pendatang baru. Dengan kisah dan akting para pemain yang terlalu biasa, Bisikan Iblis tak ubahnya sinetron horor yang banyak ada di TV.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
40 %
Artikel SebelumnyaPeppermint
Artikel BerikutnyaThe House with a Clock in Its Walls
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.