Artikel mengandung spoiler.
Black Bear adalah film drama komedi arahan Lawrence Michael Levins. Film ini dibintangi Aubrey Plaza, Christopher Abbot, dan Sarah Gadon. Film tentang penulis naskah film memang sudah tak lagi baru. Baru-baru ini Mank juga menyajikan kisah yang sama dan Black Bear mencoba mengeksplorasinya dengan ide cerita yang unik.
Dikisahkan Allison adalah seorang penulis naskah film independen yang tengah buntu dalam pencarian idenya. Untuk mencari inspirasi, ia pergi ke sebuah villa terpencil di wilayah pegunungan. Selama di sana, ia menemukan beberapa ide cerita menarik yang ia tulis dalam buku catatannya. Hanya ini saja? Tentu tidak. Film ini dikisahkan secara episodik melalui pembabakan yang merupakan visualisasi dari ide kisahnya.
Ide naskahnya memang menarik. Filmnya secara garis besar memiliki dua babak yang berbeda yang mewakili imajinasi sang penulis. Keduanya berbeda jauh secara konsep cerita. Segmen pertama berisi kisah sang penulis sendiri (Allison) yang terjebak dalam pertikaian rumah tangga kedua pasangan suami istri muda, Blair dan Gabe, pemilik villa tersebut. Di babak ini memperlihatkan pencapaian akting ketiga tokohnya yang mengesankan dalam satu momen dialog panjang yang berakhir dengan insiden tragis.
Sementara segmen kedua adalah produksi filmnya sendiri. Allison, kini adalah aktris utama dalam sebuah film yang berkisahkan segmen pertama (bermain sebagai karakter Blair di segmen pertama). Gabe adalah sutradara filmnya dan Blair adalah salah satu pemain utamanya (bermain sebagai karakter Allison di segmen pertama) Menarik bukan? Gabe berusaha memancing emosi kekasihnya, Allison, untuk tampil maksimal dengan berpura-pura selingkuh dengan Blair. Alhasil, Allison pun bermain luar biasa emosional dalam perannya. Kembali dalam segmen kedua ini, ketiga pemain utamanya bermain luar biasa, khususnya Plaza.
Kedua babaknya memang disajikan mengesankan. Namun, sebagai satu keseluruhan cerita film terasa ada yang tanggung. Saya pikir, satu lagi segmen dapat membuatnya komplit. Ide cerita film tak mungkin hanya satu atau dua, namun bisa puluhan bahkan ratusan. Dua ide terasa terlalu minim. Segmen pertama juga terasa terlalu lama durasinya, tak imbang dengan segmen kedua. Film ini banyak mengingatkan pada film Jepang, One Cut of the Dead, walau berbeda konsep dan hanya dua segmen, namun film ini terasa utuh.
Black Bear berkonsep ide menarik dan menyajikan penampilan mengesankan para kastingnya, namun konsep naskah episodiknya terlalu lama dan tanggung. Bermain-main dengan struktur cerita memang satu opsi yang menarik. Ide kisah Black Bear rasanya masih bisa dikembangkan lebih jauh dan dalam lagi tidak hanya sekedar gimmick. Sang beruang bisa jadi adalah metafora sisi gelap manusia yang ada pada tiga tokoh utamanya. Satu segmen lagi mungkin bisa membuat kisahnya lebih menarik tanpa terlihat sang beruang hanya sebagai tempelan, atau memang ini dimaksudkan hanya tempelan?
Stay safe and Healthy!