Bolt (2008)

96 min|Animation, Adventure, Comedy|21 Nov 2008
6.8Rating: 6.8 / 10 from 233,565 usersMetascore: 67
The canine star of a fictional sci-fi/action show that believes his powers are real embarks on a cross country trek to save his co-star from a threat he believes is just as real.

Di penghujung tahun kembali Disney merilis film animasi 3D-nya, Bolt. Bolt diarahkan oleh Chis William dan Byron Howard, serta didukung beberapa nama besar yakni, John Travolta, Miley Cyrus, Susie Essman, dan Mark Walton. Bolt rupanya tidak mengikuti sukses Wall-E, film animasi Disney/Pixar lainnya, yang hingga di penghujung tahun hanya meraih pendapatan $130 juta di seluruh dunia.

Alkisah si gadis cilik Pennie (Cyrus) dan anjingnya, Bolt (Travolta) merupakan pasangan superstar yang sukses dalam film-film mereka. Bolt dalam filmnya merupakan seekor anjing super yang memiliki kekuatan berlipat-kali manusia, berlari sangat cepat, mata mampu menyorot sinar laser, serta senjata pamungkasnya “superbark” yang mampu meluluhlantakkan apapun. Uniknya, sejak Bolt kecil pihak produser selalu menjaga agar sang anjing benar-benar yakin dengan dirinya bahwa ia adalah seekor anjing super, dengan tujuan agar tercapai pertunjukan yang lebih realistik. Suatu ketika Bolt lari dari kandangnya untuk menyelamatkan Pennie yang ia pikir (dalam film) telah diculik si bos jahat dan dibawa ke Hollywood. Di dunia luar, Bolt merasakan hal aneh karena mendadak kekuatan supernya tidak bekerja. Bolt lalu memaksa seekor kucing betina “preman”, Mitten (Essman) untuk mengantarnya ke Hollywood. Petualangan semakin seru ketika Rhino (Walton), seekor hamster yang merupakan fans Bolt turut pula menyertai mereka.

Baca Juga  Buffalo Boys

Sekuen aksi seru yang aktraktif dan dinamis menjadi salah satu nilai lebih filmnya. Belum apa-apa film telah dibuka dengan aksi kejar-mengejar sangat seru memperlihatkan Pennie dan Bolt beraksi melawan puluhan penjahat yang diakhiri dengan superbark mautnya. Sebuah aksi lain yang juga cukup seru adalah ketika Bolt, Mitten, dan Rhino melompat ke kereta api. Unsur komedinya sendiri lebih dominan komedi aksi ketimbang dialog. Semua karakternya nyaris tak pernah membanyol (selalu serius) namun aksi dan polah mereka yang mengundang tawa. “Kok saya sepertinya pernah melihat dia” ujar seekor burung dara pada rekannya ketika melihat sang anjing, padahal posisinya persis dibelakang poster Bolt yang sangat besar.

Bolt yang yakin dengan kekuatan super yang dimilikinya kerap juga mengundang gelak tawa. “Awas, kamu yang minta” ujar Bolt pada Mitten sambil melakukan pose superbark. Sang kucing hanya tiduran santai melihat sang anjing menyalak-nyalak kecil. Hanya satu karakter yang mampu menghidupkan suasana filmnya yakni, Rhino, hamster yang selalu membawa kandangnya kemana pun ia pergi. Rhino yang merupakan fans berat Bolt tidak seperti halnya Mitten, begitu mempercayai jika sang anjing memang memiliki kekuatan super.

Walau memang sedikit berlebihan namun harus diakui bahwa kisahnya masih orisinil. Tema cerita seperti halnya film-film Disney kebanyakan, mengusung tema persahabatan dan kebersamaan, baik hubungan Bolt dan dua rekannya, juga Bolt dan Pennie. Kekuatan tanpa batas bukanlah terletak pada unsur fisik namun rasa persahabatan dan cinta yang tulus. Walau secara keseluruhan tidak sebaik rivalnya, Wall.E, namun Bolt dijamin akan mampu memberikan tontonan yang sangat menghibur untuk kalangan mana pun.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaMadagascar 2: Escape 2 Africa
Artikel BerikutnyaBedtime Stories
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.