Film Buka’an 8 menjadi tantangan baru bagi Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradara untuk menggarap film bergenre drama komedi romantis. Seperti kita ketahui, Angga lebih sering menggarap film bergenre drama romantis seperti Surat dari Praha (2016), Filosofi Kopi (2015), serta Hari Untuk Amanda (2010). Begitu pula Chicco Jerikho, baginya ini adalah karakter baru yang harus keluar dari zona aman bermain sebagai karakter yang kocak. Untuk para fans Chicco Jerikho, pastinya sudah biasa menikmati akting romantis dan kegantengannya namun kini kekocakannya akan memberikan warna baru yang dijamin akan mengundang gelak tawa penonton. Singkat cerita, Buka’an 8 menceritakan keluh kesah pasangan suami-istri dalam menghadapi proses hari kelahiran bayi pertama mereka.
Mengikuti permasalahan sang suami dan istri dari awal hingga akhir cerita membuat saya sedikit kecewa dengan memberikan ekspektasi lebih pada filmnya. Dari sisi cerita film ini memiliki hal yang menarik dimana setiap tingkatan rasa sakit pada sang istri ketika mengalami proses pembukaan, konflik masalah yang ditanggung sang suami juga semakin berat. Begitu banyak konflik yang terjadi pada sang suami, dari biaya rumah sakit, pekerjaan, permasalahan sama mertua, dan lainnya. Karena sangat banyaknya konflik tersebut membuat film ini terasa sangat melelahkan, terutama melihat karakter utama yang diperankan Chicco Jerikho sebagai sang suami. Perannya sebagai karakter yang kocak membuatnya terlihat sedikit berlebihan bahkan Chicco terlihat sedikit kesulitan dalam memerankannya. Ketika adegan Chicco sewaktu sholat Jumat, ataupun ketika ia dikejar penagih hutang di rumah sakit, jelas bermaksud memberikan kesan humor namun justru terlihat sekali berlebihan. Isu politik hingga media sosial saya rasa sudah sangat baik diberikan dalam bentuk sindiran-sindiran disela-sela konflik masalah yang terjadi.
Karena tidak adanya fokus pada satu permasalahan, membuat penyelesaiannya juga terasa kurang. Baik masalah antara sang suami dengan mertuanya, biaya rumah sakit, hingga konflik sang suami di media sosial. Semua penyelesaian masalah terlalu sederhana sedangkan sebelumnya konflik yang digambarkan tampak berat dan rumit. Bahkan beberapa masalah rasanya masih ada yang belum terselesaikan. Ketika sang bayi lahir, semua masalah seakan hilang begitu saja walau adegannya tersaji manis. Dengan iringan soundtrack dari Payung Teduh, membuat suasana menjadi lebih haru. Seakan sudah tidak memperdulikan semua masalah yang sudah dan akan dihadapi.
Film Buka’an 8 memberikan konflik masalah yang begitu banyak pada realita masyarakat sekarang. Tetapi bukan berarti dengan masalah tersebut kita harus lari dari tanggung jawab. Menghadapi masalah dan bertanggung jawab dengan segala resikonya justru mendewasakan kita. Itulah yang saya tangkap dalam pesan ceritanya. Memang bukan hal yang mudah untuk menyatukan berbagai macam masalah dengan balutan komedi dalam satu cerita, terlebih ini adalah sesuatu yang baru bagi sang sutradara dan aktor. Buka’an 8 rasanya tidak terlalu buruk untuk dijadikan pilihan tontonan di waktu weekend.
WATCH TRAILER