City of Ember (2008)

90 min|Adventure, Drama, Family|10 Oct 2008
6.4Rating: 6.4 / 10 from 70,784 usersMetascore: 58
For generations, the people of the City of Ember have flourished in an amazing world of glittering lights. But Ember's once powerful generator is failing and the great lamps that illuminate the city are starting to flicker.

City of Ember (2008) merupakan film fiksi-ilmiah keluarga yang diadaptasi dari buku berjudul sama karya Jeanne Duprau. Film arahan Gil Kenan ini dibintangi oleh aktor-aktris muda pendatang baru yakni, Harry Treadaway serta Saoirse Ronan dengan didampingi aktor-aktor senior seperti Bill Murray dan Tim Robbins.

Alkisah bumi di ambang kehancuran maka untuk menyelamatkan umat manusia dibangunlah sebuah kota bernama Ember, jauh di bawah permukaan tanah. Para petinggi sepakat untuk mengisisolasi manusia selama 200 tahun lamanya untuk memastikan bumi telah pulih seperti sediakala. Secara turun temurun para pemimpin kota Ember diwasiati sebuah kotak berisi informasi tentang rahasia Ember dan asal-usul manusia. Dua ratus tahun telah lewat dan kotak wasiat telah dilupakan oleh umat manusia di Ember. Sumber energi Kota Ember sangat tergantung dari sebuah generator tua yang kondisinya kini telah rusak dan seluruh kota terancam gelap-gulita. Di tengah suasana serba sulit, Lina Mayfleet, seorang remaja menemukan kotak wasiat milik leluhurnya, bersama rekannya Doon Harrow, ia berusaha mengungkap jalan rahasia keluar Kota Ember.

Satu hal yang tak diduga adalah plot filmnya yang bertempo cepat dengan durasi waktu cerita yang relatif singkat. Plot filmnya dimulai pada suatu masa dimana kota Ember berada di ambang kegelapan abadi. Kita tidak melihat penduduk kota Ember yang riang gembira (normal) dalam kesehariannya namun sebaliknya senantiasa gelisah dan cemas setiap kali listrik padam lebih lama dari biasanya. Sebuah pilihan plot yang cukup efektif mengingat fokus penekanan cerita adalah bagaimana Lina dan Doon mencari jalan keluar kota Ember. Cuma itu saja! Hal ini tentu saja menimbulkan banyak pertanyaan seputar informasi latar belakang peristiwa serta para karakternya. Jika memang stok makanan menipis tak jelas bagaimana para penduduk kota menganstisipasinya. Lantas selama ini mereka makan apa? Untuk apa Pak Walikota mencuri persediaan makanan jika nantinya seluruh kota gelap gulita? Mengapa tidak mencari jalan keluar saja lebih awal? Tak jelas bagaimana Lina dan adiknya bisa ditinggal kedua orang tuanya. Kenapa pula ayah Doon tidak meneruskan niatnya mencari jalan keluar. Entahlah ini semua bisa jadi tidak penting namun tetap saja dirasakan menganggu.

Baca Juga  Maestro

Satu hal yang menjadi kunci keberhasilan filmnya adalah setting kota Ember yang sangat meyakinkan. Kota Ember yang indah berwarna keemasaan bermandikan cahaya lampu dibangun begitu luas dan menawan. Angkasa bak dipenuhi ratusan bintang (lampu) yang menerangi seluruh penjuru kota. Suasana kota yang terang benderang sangat kontras dengan suasana di areal mesin generator yang penuh dengan pipa-pipa serta lorong-lorong yang gelap. Ruang demi ruang dirancang begitu detil dengan karakternya masing-masing, namun satu kesamaan, mereka semua tampak telah berumur dan tak terawat (kumuh). Setting kota menjadi kunci utama karena hampir seluruh cerita film mengambil tempat disini. Kota Ember adalah inti cerita filmnya. Bukan hal mudah membangun kota artifisial dengan begitu meyakinkan seperti ini.

City of Ember mampu menyajikan sebuah tontonan yang menghibur meskipun nyaris semua lokasi cerita berada dalam studio. Pemain yang menonjol tercatat hanyalah aktris muda, Saoirse Ronan yang bermain sangat baik sebagai Lina Mayfleet. Aktor-aktor kawakan seperti Murray dan Robbins justru bermain biasa dan mudah untuk kita lupakan. Satu hal yang dirasa kurang sepertinya adalah durasi film yang terlalu cepat serta plot pendukung yang terlalu minim. Tak ada pesan moral yang penting. Film ini secara sederhana hanya menggambarkan kegigihan para remaja kota Ember menghadapi segala rintangan untuk mencari kebebasan.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaBedtime Stories
Artikel BerikutnyaThe Day The Earth Stood Still
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.