Clash of the Titans merupakan film fantasi petualangan yang merupakan remake dari film berjudul sama yang diproduksi tahun 1981. Filmnya kali ini diproduksi mengikuti tren masa kini yakni berformat 3D. Filmnya kali ini digarap oleh Louis Leterrier yang sukses menggarap film-film penuh aksi macam Transporter 2 (2005) serta Incredible Hulk (2008). Film ini dibintangi bintang-bintang muda, Sam Worthington serta Gemma Arterton serta beberapa bintang senior seperti Liam Neeson serta Ralph Fiennes.
Konon setelah beberapa waktu lamanya dewa dan dewi berkuasa, sebagian manusia mulai muak dengan keberadaan mereka. Kuil-kuil serta patung-patung dewa dan dewi dihancurkan. Sementara itu Perseus (Worthington) adalah seorang anak nelayan yang sejatinya adalah anak Dewa Zeus (Neeson). Seluruh keluarga Perseus dibunuh oleh Hades (Fiennes) yang kala itu tengah mengamuk menghabisi tentara Argos karena menghancurkan patung Zeus. Di istana Argos, Hades kembali murka ketika ratu Cassiopea mengatakan bahwa kecantikan putrinya, Andromeda membuat iri para dewa dan dewi. Hades memberi ultimatum pada rakyat Argos, pada saat bulan purnama ia akan menghancurkan seluruh kota kecuali sang putri mereka korbankan untuk Kraken, seekor monster raksasa yang konon ditakuti para dewa. Perseus yang menyimpan dendam pada Hades mengemban misi berat bersama rekan-rekannya untuk mencari cara untuk membunuh Kraken.
Bicara film remake masa kini memang tidak lepas dari aksi dan efek visual. Dari sisi aspek cerita segalanya diubah untuk mendukung semua ini. Jika kita bandingkan dengan film aslinya, plot film remakenya kali ini terbilang sederhana, minim karakterisasi, serta lebih menekankan pada plot pencarian. Hal ini wajar saja memang namun ini mengakibatkan keterikatan emosional kita pada tokoh-tokohnya menjadi lemah kecuali tentu Perseus. Karakter penting seperti Io misalnya, bisa saja diberi latar belakang yang cukup melalui teknik kilas-balik secukupnya.
Hal yang menjadi catatan di film remake-nya ini adalah perubahan plot serta karakter yang sangat signifikan dari plot film aslinya. Poseidon serta Hera yang mengambil peran penting dalam film aslinya digantikan oleh Hades. Peran Andromeda sebagai pasangan Perseus tergantikan oleh karakter baru, Io. Karakter penting seperti Bubo, si burung mekanik dihilangkan sementara kuda terbang, Pegasus tidak mendapat tempat istimewa seperti di film aslinya. Di film remake-nya ini Perseus begitu mudah mendapat senjata dewa seperti pedang dan perisai, bahkan Pegasus sekalipun. Sementara di film aslinya Perseus dengan susah payah mendapatkan semuanya. Sekali lagi, semua ini jelas adalah usaha untuk menyederhanakan plot filmnya dengan menghilangkan adegan-adegan banyak dialog dan lebih banyak menampilkan aksi-aksi yang lebih heboh.
Bicara pencapaian estetik jelas film remake-nya ini terlalu superior. Pencapaian setting serta efek visual (CGI) adalah nilai lebih film ini. Set interior istana Argos hingga panorama alam yang indah mampu memberikan nuansa “mitos” era Yunani kuno. Efek visual juga mampu menampilkan hal yang sama seperti eksterior Istana Olympus serta Argos. Sementara pencapaian efek visual tidak perlu diragukan lagi menampilkan dalam menampilkan adegan-adegan aksi serta sosok binatang dan monster seperti Medussa, Kraken, kalajengking raksasa, hingga Pegasus. Namun sekalipun begitu entah mengapa film aslinya yang menggunakan animasi stop-motion terasa jauh lebih menakutkan ketimbang film remake-nya. Karakter Medussa dan sarangnya memang disajikan lebih kreatif dan dinamis namun tidak mampu menandingi nuansa “mistik” dan kengerian Medussa pada film aslinya.
Clash of the Titan adalah tipikal remake masa kini. Sedikit bicara, lebih banyak aksi, bumbu komedi, dan efek visual yang memukau. Itu saja. Penampilan aktor-aktor senior macam Liam Neeson dan Ralph Fiennes juga tidak banyak membantu. Fiennes yang bermain sebagai Hades bahkan berakting mirip dengan Voldermort. Sebagai tontonan 3-D rasanya film ini mampu menampilkan sesuatu yang lebih. Selebihnya film ini hanyalah film hiburan biasa tanpa semangat keberanian yang menjadi jiwa film aslinya.