Setelah proses panjang akuisisi studio Fox, akhirnya semua karakter Marvel yang dimiliki Fox bisa digunakan oleh Marvel Studios, lebih tepatnya Marvel Cinematic Universe (MCU). Walau bukan yang pertama, Deadpool dan Wolverine terhitung adalah dua karakter pertama yang memiliki kisahnya sendiri. Deadpool & Wolverine digarap oleh Shawn Levy yang merupakan spesialis komedi dan pernah berkolaborasi dengan dua bintangnya, Ryan Reynolds dan Hugh Jackman. Selain dua bintang regulernya, didukung pula oleh Monica Baccarin, Emma Corrin, Matthew Macfadyen, serta belasan bintang besar lainnya yang bermain sebagai cameo. Akankah sekuel kedua Deadpool ini mampu memberi terobosan baru bagi MCU yang tengah mengalami tren penurunan?
Sejak karakter X-Men bisa mereka gunakan, Marvel Studio tentu berpikir seribu kali, bagaimana agar puluhan karakter baru tersebut bisa masuk plot MCU dengan mulus. Deadpool & Wolverine tercatat adalah film MCU yang hanya rilis tahun ini dan ini di luar kelaziman. Usaha studio untuk memasukkan sosok X-Men melalui konsep multiverse rupanya mendapat respon dingin dalam Doctor Strange: Multiverse of Maddness dan Captain Marvel. Kegagalan besar Captain Marvel menjadi pemicu studio untuk akhirnya menunda banyak produksi MCU, sekaligus melakukan strategi ulang.
Kini, MCU mencoba mengambil jalan masuk berbeda, yakni TVA (Time Variance Authority) yang sudah dikenal fans MCU melalui seri Loki selama dua musim. Ini tentu problem besar bagi penonton Deadpool & Wolverine yang belum memahami konsep TVA yang kompleks dan rumit. TVA dan multiverse memiliki konsep berbeda dan tak mudah menjelaskannya dengan ringkas. Belum lagi tercatat beberapa film X-Men, salah satunya Logan (2017) yang punya relasi kuat dalam plot film ini.
Alkisah setelah peristiwa Deadpool 2, Wade Wilson (Reynolds) tak pernah lagi mengenakan kostumnya dan sulit untuk beradaptasi dalam kehidupan normal, walau rekan-rekannya termasuk sang buah hati, Vennesa ada didekatnya. Suatu ketika, sekelompok orang misterius menculiknya dan seorang oknum TVA bernama Mr. Paradox (Macfadyen) menjadi dalangnya. Wade mendapat info mahapenting bahwa universe-nya akan musnah dalam beberapa jam karena tewasnya Logan alias Wolverine (dalam kisah Logan). Paradox menawarkan Wade untuk bergabung dengan TVA, namun Wade menolak dan malah mencuri alat transport multiverse untuk mencari Wolverine (Jackman) agar bisa menyelamat semestanya. Siapa mengira, Wade justru membawa sosok Wolverine terburuk dari semua yang ada di alam semesta yang akhirnya membawa mereka ke tempat pembuangan abadi, The Void.
“Ini adalah eksposisi (babak satu) paling membingungkan dalam sejarah medium film”. Ya benar sekali, dan ini adalah kutipan dialog Deadpool sendiri dalam film ini. Bagi fans MCU dan seri X-Men sekalipun, belum tentu mudah memahami plotnya yang rumit. Menyoal TVA misalnya, hei tunggu, mana Mobius, Loki, dan Ouroboros? Apa plotnya berlangsung sesudah atau sebelum seri Loki musim satu dan dua? Pertanyaan bakal terus menganggu sepanjang film, bagaimana bisa dan mengapa sosok ini bisa di sana, ini dan itu siapa, dan seterusnya? Kuncinya adalah TVA. Para penulis naskahnya dengan cerdik memanfaatkan konsep TVA dan segala perniknya, khususnya The Void, untuk bisa memasukkan semua karakter yang dimiliki Marvel (kecuali Spider-Man/Sony tentunya) dalam film-film sebelumnya hingga bahkan belum diproduksi. Tentunya spoiler jika dibahas di sini.
Oke cukup dengan TVA dengan segala kerumitannya, bagaimana dengan film ini sendiri? Boleh dibilang, film ini memiliki nuansa nonMCU yang kental ketimbang film-film MCU lainnya. Segar namun tidak segar, dikatakan sebuah inovasi juga tidak, karena semuanya telah ada dalam film-film sebelumnya. Banyolan Deadpool yang menembus tembok keempat (breaking the fourth wall) masih lucu tetapi sudah tidak sesegar dulu. Lelucon Deadpool tentang logo studio, Kevin Feigi, bujet film, efek visual, Mad Max, Honda Oddysey, dan lainnya sudah tak lagi menggigit walau sesekali membuat tertawa geli. Tak pernah ada yang serius dengan tokoh edan ini. Catat: tak pernah ada yang serius!
Ini kontras dengan sosok Wolverine yang serius dan tak banyak omong, namun entah mengapa chemistry mereka berdua terjalin kuat dan intim. Satu adegan istimewa adalah dialog intelek dan aksi pertarungan mereka di dalam mobil. Percaya atau tidak, ini adalah salah satu adegan aksi terbaik dan terkonyol yang pernah ada dalam genre superhero. Sungguh luar biasa edan. Satu lagi catatan adalah momen hangat antara Logan dan Laura, di mana akhirnya sang gadis kini telah cukup dewasa dan jujur untuk menilai “sang paman”. Momen menyentuh ini seolah menjawab banyak hal dalam film Logan. Sisanya, adalah kekonyolah dan kebrutalan tak berujung yang mampu mendefinisikan ulang nilai hiburan dalam medium film, yakni banyolan berupa tribute yang tak ada habisnya, termasuk musik pop era 1990-an.
Deadpool & Wolverine adalah usaha maksimum dari MCU untuk menggunakan semua elemen cerita yang telah mereka miliki, sekaligus salam perkenalan hangat bagi dua sosok superhero ikonik Marvel. Sebagai fans MCU, harus diakui film ini memiliki level menghibur yang berbeda dari semua film MCU, dan rasanya bakal sulit untuk dicari tandingnya. Satu-satunya faktor kontra yang bakal menghambat film ini mencapai sukses komersial besar adalah rating dewasa (rating Restricted (R) AS). Tidak menjawab pula akankah ini memberi solusi atas kelelahan genrenya tapi bagaimana potensi sekuel atau dua karakter ini bakal muncul lagi dalam film-film MCU kelak? Tak ada keraguan. Lalu bagaimana menyoal Loki yang telah menjadi dewa TVA dalam serinya, kemana sosoknya dalam film ini? Rasanya tak sulit dan biarkan fans MCU yang menjawab.