Fantastic Beasts and Where to Find Them (2016)

132 min|Adventure, Family, Fantasy|18 Nov 2016
7.2Rating: 7.2 / 10 from 511,927 usersMetascore: 66
In 1926, magizoologist Newt Scamander arrives in New York during his worldwide tour to research and rescue magical creatures as something mysterious leaves trails of destruction in the city, threatening to expose the wizarding world.

Sukses komersil luar biasa seri Harry Potter jelas tak mungkin dilewatkan begitu saja oleh studio Warner Bros. maupun sang penulis J.K. Rowling. Rowling yang kini telah tahu seluk beluk film, tahu persis apa yang akan ia buat, jadilah cerita spin-off seri Harry Potter, Fantastic Beasts and Where to Find Them. Bahkan kini ia yang menulis sendiri naskah filmnya sekaligus sebagai debutnya. Kisah yang tadinya akan dibuat tiga film akan dikembangkan menjadi lima film. David Yates yang juga menggarap empat film Harry Potter terakhir kabarnya juga akan menggarap semua sisa empat film Fantastic Beasts. Akankah seri ini mampu sekuat seri Harry Potter? Rasanya ya dan bahkan mungkin lebih.

Plot filmnya mengambil kisah pada tahun 1926, jauh sebelum peristiwa dalam seri Harry Potter terjadi. Alkisah Newt Scamander, staf pegawai kementerian sihir Inggris yang juga eks murid Hogwarts pergi ke kota New York. Ia membawa koper yang berisi hewan-hewan magis yang ia rawat. Tanpa sengaja beberapa hewan tersebut lepas dan disaat bersamaan di New York tengah diteror sebuah monster magis misterius. Newt tak sengaja juga melibatkan Jacob Kowalski, seorang manusia, yang kopornya tertukar dengan miliknya. Di tengah situasi serba sulit, Newt dan Jacob dibawa Tina Goldstein, seorang penyidik Dewan Sihir Amerika (MACUSA) menemui atasannya namun justru situasi bertambah rumit karena Newt dituding sebagai biang keladi teror di New York.

Kisahnya dimulai dengan cepat tanpa banyak latar cerita dengan aksi sihir khas yang sudah akrab kita lihat dalam seri Harry Potter. Unsur komedi kini tampak lebih dominan terlebih setelah karakter Jacob mulai terlibat masalah dengan Newt. Keberadaan tokoh Jacob amat brilyan karena tidak hanya sebagai pemicu aksi komedi namun ia juga berfungsi sebagai manusia normal yang tidak tahu apa-apa seolah menjadi wakil penonton dalam filmnya. Melalui karakter Jacob inilah kita sedikit demi sedikit tahu apa sebenarnya yang terjadi. Kisah yang tampak rumit menjadi sederhana dan ringan. Tidak seperti seri Harry Potter, kisahnya kali ini memang tidak banyak intrik dan misteri.

Baca Juga  2012

Selain unsur komedi yang dominan diluar dugaan kisahnya juga memiliki sisi manusiawi yang tak terlihat dalam seri Harry Potter. Tokoh-tokoh utamanya yang telah dewasa jelas membuat perbedaan. Rowling memasukkan nuansa roman melalui tokoh-tokoh utamanya dengan sabar namun elegan. Chemistry antara Newt dengan Tina bahkan Jacob dengan Queenie berjalan biasa namun dapat kita rasakan begitu manis di penghujung filmnya cukup untuk membuat air mata penonton meleleh. Rowling rasanya kini benar-benar tahu apa yang harus ia lakukan dan apa yang diinginkan penonton.

Bicara soal kasting tak ada yang perlu dikomentari karena Fantastic Beasts memiliki kasting yang sangat sempurna. Kita bahkan sudah bisa masuk dengan tokoh-tokohnya begitu mereka muncul. Semuanya bermain brilyan, khususnya Eddie Redmayne serta Dan Fogler sebagai Jacob Kowalski yang sangat mencuri perhatian penonton. Tak ada komentar pula soal pencapaian teknis serta efek visual. Semuanya sempurna. Kota New York era 1920-an disajikan dengan amat meyakinkan dan sepertinya belum pernah terlihat sebaik ini dalam film. Satu adegan sihir di penghujung film yang memperlihatkan restorasi kota New York bisa jadi adalah adegan visual terbaik daripada semua film seri Harry Potter. Terakhir, ilustrasi musik Potter yang khas, walau berbeda namun masih sama nuansa musiknya.

Fantastic Beasts and Where to Find Them membawa kita ke sebuah petualangan fantasi baru yang memiliki unsur humor, sisi manusiawi, serta kehangatan yang tak dimiliki seri Harry Potter ditambah sederetan kasting yang menawan. Apa yang diharapkan dari sebuah spin-off Harry Potter disajikan semua disini. Rowling sepertinya kini sudah tahu benar bagaimana memuaskan penonton dan film ini sama sekali tidak tampak memaksa sebagai komoditi bisnis akibat sukses Harry Potter. Rowling tampak semakin matang dan pencapaian ini semoga bisa dipertahankan dan bahkan rasanya melebihi pencapaian Potter. Job done. Kita tunggu empat film berikutnya.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaTrailer Terbaru Beauty and The Beast
Artikel BerikutnyaIbu Maafkan Aku
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.