Festival Film Dokumenter yang kedelapan kali ini diadakan di Taman Budaya Yogyakarta, Benteng Vredeburg, dan Rumah Budaya Tembi, mengangkat tema politik bekerja sama dengan sinema politika FFD diadakan setiap tahun bertujuan untuk memingkatkan perkembangan film dokumenter, supaya lebih bervariasi hingga nantinya dapat setara dengan film-film mainstream yang merajai dunia perfilman Box Office.

FFD 2009 hadir dengan berbagai sajian program pemutaran yang terbagi dalam pemutaran film kompetisi, non-kompetisi, perspektif dan spectrum, program masterclass, diskusi, dan temu komunitas. Program Spektrum masih menyediakan galeri karya-karya dokumenter dunia dengan keragaman bentuk, pendekatan, dan tema. Kali ini, untuk ketiga kalinya FFD mengadakan program masterclass. Acara ini sengaja dirancang sebagai laboratorium kreatif dan ruang refleksi perkembangan film dokumenter Indonesia teraktual. Acara ini diselenggarakan pada tang gal 4 sampai dengan 9 Desember 2009 di Rumah Budaya Tembi dan Taman Budaya Yogyakarta dengan pemateri Mariana Yarovskaya, seorang filmmaker yang bekerja sebagai produser dan senior editor di Discovery Channel, National Geographic, History Channel, Head Of Research dari film pemenang An Inconvinient Truth. Dan Petr Lom, beliau adalah seorang sutradara dan poduser film dokumenter independent yang belajar secara otodidak, bergelar PH.D. Filsafat politik dari Harvard University.

Ada 71 judul film yang ikut dalam program kompetisi yang terdiri atas 16 film kategori pelajar, 47 film kategori dokumenter pendek dan 8 film kategori dokumenter panjang. Para peserta berasal dari beberapa daerah seperti Jakarta, Purbalingga, Balikpapan, Malang, Solo, Surabaya, Yogyakarta dan lainnya. Sebelumnya film-film para peserta tersebut melewati beberapa tahap seleksi seperti administrasi, penjurian madya, dan penjurian final serta penjurian komunal pelajar SMU. Program Kompetisi merupakan program yang dirancang untuk memberi apresiasi dan penghargaan bagi karya-karya terbaik. Program ini diharapkan menjadi barometer dalam penyelenggaraan festival sejenis dengan menghadirkan sejumlah juri yang berasal dari berbagai latar belakang dan keahlian, yaitu para professional, akademisi, dan praktisi dunia perfilman dokumenter, baik dalam maupun luar negeri. Juri Final Kategori Pelajar adalah Zam-zam Fauzanafi, Ifa Isfansyah, Lulu Ratna. Juri Final Kategori Pendek adalah Tonny Trimarsanto, Marianna Yarovskaya, Novi Kurnia. Sedangkan, untuk Juri Final Kategori Panjang adalah G. Budi Sunabar, Seno Gumira Ajidarma, dan Eric Sasono.

Program School Doc, memasuki tahun keempat, diadakan pada tanggal 24 November 2009 di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak Yogyakarta, kemudian dilanjutkan pada tanggal 26 November di SMA Kolase De Britto. Acara ini bertujuan untuk lebih mengenalkan dan mengapresiasi film dokumnenter di kalangan pelajar dan memberikan wacana “media literacy”.

FFD juga menyediakan program-program pendukung acara yaitu, Pameran foto Cerita “Nyala Kendeng Untuk Bumi Manusia” oleh Komunitas Omah Gendeng (omah kendeng? Atau omah gendeng?) pada tanggal 6 sampai 9 Desember 2009 di Kompleks Taman Budaya Yogyakarta. Kemudian juga diselenggarakan diskusi yang bertema Documentary as a ( Political ) Media, yang membahas tentang bentuk visual video dan dokumenter sebagai media (media apa niihh??). Diskusi ini menghadirkan pembicara seorang pelaku video advokasi berbasis komunitas, Video for Democracy Competition dan seorang pengamat media. Acara ini diadakan pada 9 Desember 2009 dengan pembicara Aren Zwartjes, Assistant Cultural Attache, Sobirin, dan Komunitas Omah Kendeng Pengamat Media.

Baca Juga  Terminator 1 & 2, Kemenangan Cameron, Arnold, dan Efek Visual.

Progam Co Production: How To. Adalah workshop singkat bagaimana komunitas pendokumenter Indonesia mencari dana untuk film-filmnya dari kantong sendiri dan national donor (baca: NGO). Acara ini diisi oleh pembicara Marianna Yarovskaya, pada 11 Desember 2009 di Gedung F Benteng Vredeburg. Program Philiphine Documentary Today, tahun ini program SEA DOC, program khusus untuk dokumenter di Asia Tenggara fokus kepada Filipina. Perbincangan seru terjadi melibatkan beberapa sutradara muda documenter dari Filipina akan hadir dan berbincang dengan sutradara documenter kita. Pada 7 Desember 2009 di Societet TBY.

Program Launching Depot Video : “Video Komunitas Keliling”. Depot ini bertujuan untuk memperluas akses video komunitas agar publik dapat mengetahui realitas lain diluar apa yang disodorkan oleh media mainstream selama ini. Progam ini terselenggara atas kerjasama FFD dan Kampung Halaman dengan didukung oleh The Ford Foundation, pada tang gal 7 Desember 2009 di Lobby Gedung Societet Militaire TBY, kemudian dilanjutkan dengan Program Temu Komunitas pada tanggal 8 Desember 2009 di Rumah Budaya Tembi.

FFD 2009 juga bekerjasama dengan Rumah Budaya Tembi, Jan Vrijman Fund, dan lain-lain. Dana yang didapatkan berasal dari sponsor dan pihak-pihak yang bekerjasama. Menurut Kurnia Yudha, yang berperan sebagai festival coordinator, sekitar 5 bulan sebelum acara kesempatan bagi publik untuk mengikuti festival telah diumumkan. Acara ini juga membuka kesempatan untuk para volunteer. Beberapa film jempolan yang mengundang decak kagum adalah The Bicycle : Fighting AIDS with Community Medicine, Good Morning Kandahar, A Dream of Kabul, Holy Warriors, Indonesia Bukan Negara Islam dan masih banyak lagi.

Pengumuman award berlangsung pada 12 Desember 2009 dan diakhiri dengan acara penutupan yang meriah di Benteng Vredeburg.

Para pemenang FFD 2009 adalah :

· Film Terbaik Kategori Pelajar adalah Indonesia Bukan Negara Islam, Karya Jason Iskandar.
· Film Dokumenter Terbaik Kategori Pendek adalah Gorila dari Gang Buntu, Karya Bambang Rahkmanto dan Ryo Hadindra Permana.
· Film Terbaik Panjang adalah Pertaruhan, Karya Ucu Agustin, Lucky Kuswandi, Ani Ema S, Iwan Setiawan dan M. Iksan
· Film Dokumenter Favorit Pilihan Juri Komunal adalah Ngundal Piwulang Wandu (Dalang Waria) Karya: Kuncoro Indra Kurniawan, Kukuh Yudha Karnanta

 

Artikel SebelumnyaFeminisme ala James Cameron
Artikel BerikutnyaMeraih Mimpi, Mencoba Meraih Mimpi
Menonton film sebagai sumber semangat dan hiburan. Mendalami ilmu sosial dan politik dan tertarik pada isu perempuan serta hak asasi manusia. Saat ini telah menyelesaikan studi magisternya dan menjadi akademisi ilmu komunikasi di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.