Masa-masa pandemi yang mengharuskan banyak film ditayangkan melalui media Over The Top (OTT), jelas sekali memengaruhi pula awarding festival-nya. Tidak terkecuali Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) yang mengikutsertakan film-film media OTT dalam penyelenggaraan ke-11 tahun 2021 ini. Bukanlah hal yang tidak mungkin bila kemudian festival-festival film lainnya mengikuti format serupa.

Festival yang menggaet para wartawan dari beragam latar belakang termasuk pula kritikus film sebagai jurinya ini, juga memecah kategori penghargaannya ke dalam tiga kelompok genre, yaitu drama, horor, dan komedi. Tidak banyak festival film yang memiliki kategori tersendiri di luar format umum, sebagaimana yang biasa ada dalam Festival Film Indonesia (FFI). Satu hal yang menantang, sebuah film, bisa jadi mengandung lebih dari dua genre, baik utama maupun subgenrenya. Sayang sekali film-film kita saat ini masih berada dalam zona nyaman dengan genre-genre populernya.

Kendati festival film hasil inisiasi wartawan bukanlah awarding event yang baru-baru ini ada, namun FFWI sendiri rupanya oleh banyak media digadang-gadang serupa dengan Golden Globe. Memang bila dipikir-pikir lagi, FFWI boleh jadi disebut demikian ketika terdapat FFI sebagai event penghargaan yang paling umum dengan level tertinggi di Indonesia. Lalu wartawan pun pada gilirannya mengambil peran tersebut sebagai apresiasi untuk perfilman Tanah Air. Nyatanya, sineas dan wartawan punya keterlibatan satu sama lain bila ditilik jauh ke belakang.

Menurut informasi yang sudah beredar luas dan terkonfirmasi melalui berbagai media, pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan FFWI XI meliputi Wartawan Film dan Kebudayaan, Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru, Ditjen Kebudayaan, serta Kemendikbud-Ristek. Festivalnya sendiri dimulai sejak tanggal 7 Juli dengan puncak awarding pada 28 Oktober 2021. Penilaiannya pun dilakukan terhadap film-film yang rilis mulai dari 1 September 2020 hingga 30 September 2021. Semoga saja, ajang ini bisa lebih memberikan gairah pada para pembuat film di tengah situasi pandemi yang sudah berjalan lebih dari setahun.

Artikel SebelumnyaMeander
Artikel BerikutnyaAli & Ratu-Ratu Queens
Miftachul Arifin lahir di Kediri pada 9 November 1996. Pernah aktif mengikuti organisasi tingkat institut, yaitu Lembaga Pers Mahasiswa Pressisi (2015-2021) di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, juga turut andil menjadi salah satu penulis dan editor dalam media cetak Majalah Art Effect, Buletin Kontemporer, dan Zine K-Louder, serta media daring lpmpressisi.com. Pernah pula menjadi kontributor terpilih kategori cerpen lomba Sayembara Goresan Pena oleh Jendela Sastra Indonesia (2017), Juara Harapan 1 lomba Kepenulisan Cerita Pendek oleh Ikatan Penulis Mahasiswa Al Khoziny (2018), Penulis Terpilih lomba Cipta Puisi 2018 Tingkat Nasional oleh Sualla Media (2018), dan menjadi Juara Utama lomba Short Story And Photography Contest oleh Kamadhis UGM (2018). Memiliki buku novel bergenre fantasi dengan judul Mansheviora: Semesta Alterna􀆟f yang diterbitkan secara selfpublishing. Selain itu, juga menjadi salah seorang penulis top tier dalam situs web populer bertema umum serta teknologi, yakni selasar.com dan lockhartlondon.com, yang telah berjalan selama lebih-kurang satu tahun (2020-2021). Latar belakangnya dari bidang film dan minatnya dalam bidang kepenulisan, menjadi motivasi dan alasannya untuk bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2019. Semenjak menjadi bagian Komunitas Film Montase, telah aktif menulis hingga puluhan ulasan Film Indonesia dalam situs web montasefilm.com. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Agustinus Dwi Nugroho.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.