Final Score (2018)
104 min|Action, Adventure, Drama|07 Sep 2018
5.8Rating: 5.8 / 10 from 14,483 usersMetascore: 53
After deadly terrorists abduct his niece at a soccer match, an ex-soldier with lethal fighting skills wages a one-man war to save her and prevent mass destruction.

Final Score adalah film aksi arahan Scott Mann yang dibintangi Dave Bautista, Pierce Brosnan, dan Ray Stevenson. Satu hal yang menarik adalah film aksi-thriller ini menggunakan formula plot “Die Hard”. Walau tercatat puluhan film telah menggunakan formula ini, namun hingga kini tak ada satu pun yang mendekati kualitas film orisinalnya, Die Hard (1988) dari sisi mana pun. Kita lihat, apakah Final Score mampu bersaing dengan film-film berformula sama lainnya? Dari level bujetnya yang hanya US$ 20 juta dan para pemainnya, nyaris mustahil film ini bakal berkualitas baik.

Seorang perwira militer, Michael Knox (Bautista) datang ke London untuk menjenguk istri dan putri almarhum sahabatnya yang gugur di medan perang. Ia mengajak sang putri, Danni, untuk menonton pertandingan sepak bola big match, antara West Ham vs Dynamo dari Rusia. Di tempat lain, sekelompok teroris diam-diam mengambil-alih kontrol stadion yang dipenuhi puluhan ribu penonton dengan meminta tebusan seorang tahanan politik penting. Teroris mengancam akan meledakkan stadion tersebut jika permintaan mereka tidak dipenuhi hingga pertandingan 2 x 45 menit berakhir.

Plot Die Hard di stadion memang bukan hal baru, walau Sudden Death yang dibintangi aktor laga Van Damme bukanlah satu contoh ideal. Final Score, di luar dugaan memiliki intensitas ketegangan yang sangat baik sejak awal hingga akhir. Secara perlahan, alur plot mengalir secara sabar menyajikan momen demi momen menjelang titik balik kisahnya, dan kita semua tahu apa yang bakal terjadi. Bang! Knox tiba-tiba terjebak dalam situasi yang salah, di waktu yang salah. Tidak seperti film-film kelas B sejenis yang sering mengabaikan logika cerita, semua prosesnya disajikan wajar tanpa terlihat memaksa. Tensi ketegangan dan aksinya dari waktu ke waktu semakin tinggi temponya dengan sisi kejutan cerita yang membuat kisahnya semakin menarik. Walau bisa dibilang text book dari plot Die Hard, namun dijamin tak ada satu momen pun yang membosankan dengan ending memuaskan dari sisi drama maupun aksi.

Baca Juga  The Zen Diary - JFF Online 2024

Dengan bujet produksinya, jelas tak usah membayangkan adegan aksi-aksi spektakuler macam seri Die Hard atau seri Fast & Furious. Namun, tak disangka film ini mampu menampilkan semua aksinya jauh dari kata murahan. Sang sutradara tahu benar mengemas aksi biasa menjadi tak biasa dengan memanfaatkan semua ruang dalam stadion, toilet, dapur, elevator, koridor, hingga atap stadion, semua disajikan sangat baik. Sisipan komedi pun tak kalah berkelas. Satu polah “aksi bom” Faisal, sang sekuriti asal India tercatat adalah humor terbaik dalam industri film satu dekade terakhir. Untuk B-Movies, jelas ini semua terbilang istimewa. Para pemainnya pun di luar dugaan bermain baik. Kombinasi Bautista dan Amit Shah (Faisal) terjalin sangat baik plus aktor remaja, Lara Peake yang bermain sebagai Danni. Sementara Brosnan, rasanya dikasting hanya untuk meminjam namanya saja untuk bisa tertulis di poster filmnya.

Siapa sangka, Final Score adalah salah satu film aksi adaptasi formula plot “Die Hard” terbaik walau tergolong hanya “B-Movies”. Saya tergolong fans berat formula ini sejak menonton Die Hard tiga dekade silam. Final Score hanya satu tingkat di bawah Die Hard dan jauh di atas film-film sejenis dengan bujet produksi yang jauh lebih tinggi. Aah, andai saja film ini memiliki bujet lebih besar lagi, atau andai John McClane yang terjebak dalam plot film ini. Huh, Die Hard boleh jadi mendapat saingan berat.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaJohnny English Strikes Again
Artikel BerikutnyaHeilstatten Haunted Hospital
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses