Film biografi rupanya tengah panas sepanjang tahun ini hingga bisa dibilang “tahunnya biopic”. Setelah film tentang para pembuat produk, seperti Air, Tetris, hingga Blackberry yang baru rilis, kini Disney + merilis Flamin’ Hot. Uniknya, film ini diarahkan oleh aktris bintang latin ternama, Eva Longoria yang juga merupakan debut feature-nya. Film ini diadaptasi dari memoar berjudul A Boy, a Burrito and a Cookie: From Janitor to Executive karya Richard Montañez. Film ini dibintangi oleh Jesse Garcia, Annie Gonzalez, Dennis Haysbert, dan Tony Shalhoub. Di tengah maraknya tren biografi, mampukah Flamin’ Hot mengambil hati para penikmat biografi?
Kisah bermula tahun 1966 di California, di mana Richard kecil, hidup di bawah tekanan lingkungan hingga sang ayah yang keras. Di sekolah, ia bertemu dengan Judy, yang kelak menjadi istrinya dengan dianugerahi dua orang putera. Richard (Garcia), awalnya bergaul dengan rekan-rekan gangnya, namun atas dukungan Judy (Gonzales), ia pun mencoba mencari uang halal sekalipun mereka dalam tekanan ekonomi yang berat. Richard pun akhirnya diterima di sebuah pabrik snack Frito-Lay sebagai tukang bersih-bersih dan 8 tahun bekerja di sana.
Krisis moneter hebat melanda AS membuat perekonomian ambruk. Semua perusahaan melakukan efisiensi, namun Richard masih beruntung karena ia masih dibutuhkan. Suatu hari, Richard menemukan sebuah ide brilian untuk lebih memaksimalkan penjualan melalui bumbu perasa pedas yang bisa dicampur dengan produk-produk pabriknya. Namun sebagai pekerja bawahan adalah satu hal yang mustahil ia bisa berbicara dengan CEO perusahaan. Richard dengan dukungan istri dan rekan-rekannya tak menyerah begitu saja.
Film ini menggunakan formula tipikal biopik lazimnya yang alur plotnya tak sulit diantisipasi. Tentu kita tahu, ending-nya bakal seperti apa. Siapa kini yang tak tahu snack Flamin’ Hot Cheetoz? Namun, proses perjalanan sang tokoh yang membuatnya menjadi menarik untuk diikuti. Flamin Hot dituturkan dengan ringan, bergaya komedi, plot yang membumi, dengan tradisi latin (Meksiko) kelas bawah dengan sarat nilai keluarga. Naskahnya juga tidak mengabaikan pula citra negatif kaum imigran yang cenderung direndahkan. Sang sineas yang juga seorang latin, tahu persis apa yang dilakukan dengan menyelipkan nilai-nilai yang punya arti bagi komunitas minoritas di AS, yakni pekerja keras, persahabatan, loyalitas, religius, dan tentu saja cinta.
Flamin’ Hot bukanlah film bio-pic terbaik, namun plot sederhana dan membumi dengan latar komunitas latin kuat, lebih dari cukup untuk membuat kisah yang menggugah dan menginspirasi. Para kastingnya, khususnya Jesse Garcia dan Annie Gonzalez memang mencuri perhatian sepanjang film. Mereka bermain impresif sebagai pemicu utama untuk bisa masuk ke dalam kisahnya. Tak terasa, kita pun bisa ikut bersedih, menangis, tertawa, dan bersuka cita, menikmati betapa sulitnya perjalanan hidup mereka yang mewakili kebanyakan orang di planet ini. Flamin’ Hot adalah sebuah tontonan keluarga yang menghibur bagi semua kalangan, dan jika direnungi, pengalaman mereka bisa memberi pelajaran bagi hidup kita.