Terhitung jarang, film komedi romantis yang mengambil era periodik, khususnya di era perang dingin yang meluas pada perlombaan ke angkasa luar antara AS dan Uni Soviet. Fly Me to the Moon adalah sebuah komedi romantis unik yang diarahkan oleh Greg Berlanti. Film ini dibintangi beberapa bintang besar, yakni Scarlett Johansson, Channing Tatum, dan Woody Harrelson. Mampukan setting cerita unik dan dua bintang besarnya mengangkat film ini?
Kelly Jones (Johansson) adalah seorang marketing top yang direkrut oleh pemerintah AS untuk membangun citra NASA untuk lebih dikenal publik. NASA sendiri pada momen tersebut mendapat tekanan dari pemerintah untuk segera mendaratkan manusia di bulan. Sang direktur yang juga mantan pilot, Cole Davis (Tatum) tengah sibuk menyempurnakan APOLLO 11 yang dalam beberapa bulan akan mengangkasa. Kelly yang enerjik dan luwes bertolak belakang dengan Cole yang dingin dan naif. Suatu ketika, pemerintah yang diwakili Moe Berkus (Harrelson) tertarik dengan ide Kelly untuk melakukan siaran langsung televisi dari bulan dan ini mendapat perlawanan dari sang direktur.
Dari sisi genrenya, romcom, film ini tak ada yang istimewa dan baru. Plotnya menggunakan tipikal formula genrenya yang tak sulit untuk diantisipasi kisahnya. Satu hal yang mengganjal, apakah kisahnya sungguh-sungguh terjadi? Tak ada informasi banyak tentang ini. Kedua bintangnya sudah tampil bagus, khususnya Scar Jo. Namun pengadeganan dan chemistry keduanya tak mampu terlihat maksimal, bahkan terlihat dipaksakan. Ada sesuatu yang hilang dalam chemistry keduanya, khususnya peran Cole yang terlihat sangat kaku. Padahal, set dan properti film ini terhitung istimewa.
Set NASA yang demikian megah terlihat begitu meyakinkan dan rasanya jelas tak mungkin dilakukan shot on location. Beberapa footage lawas juga seringkali digunakan dan CGI rasanya mengambil banyak peran di beberapa adegan. Satu catatan menarik adalah set produksi di satu hangar yang begitu besar untuk merekonstruksi adegan live pendaratan di bulan. Momen adegan klimaks di penghujung adalah momen terbaik dalam filmnya dengan memadukan antara ketegangan dan sisi komedi yang langka.
Satu catatan menarik Fly Me to the Moon adalah segmen produksi film “palsunya”, namun sayangnya kisah roman dan chemistry-nya juga terlihat kurang meyakinkan. Menawarkan banyak setting cerita yang segar, film ini sayangnya tak mampu diimbangi naskah yang meyakinkan. Jika memang benar adalah sebuah kisah nyata, plotnya jelas terlalu over dramatik. Namun jika ini hanya rekaan, mestinya naskahnya bisa lebih menggigit. Sosok Kelly Jones sendiri sebenarnya sudah terlihat over dari polah dan tingkahnya. Mungkin pilihan genrenya yang menyebabkan film ini terlihat kurang meyakinkan. Untuk sebuah tontonan yang menghibur rasanya film ini sudah cukup menjanjikan.