Crime Does Pay



14 Juni 2012

Sutradara: Adrian Grunberg
Produser: Mel Gibson
Penulis Naskah: Mel Gibson / Adrian Grunberg
Pemain: Mel Gibson / Peter Stormare / Kevin Hernandez / Dolores Heredia
Sinematografi : Benoit Debie
Editing: Steven Rosenblum
Ilustrasi Musik: Antonio Pinto
Studio: Icon Productions
Distributor: 20th Century Fox Home Entertaintment
Durasi: 96 menit
Bujet: $20 juta
Film dibuka dengan aksi kejar-mengejar mobil seru antara sepasang perampok berkostum badut dan para polisi perbatasan. Satu perampok tertembak parah. Mobil perampok akhirnya berhasil menerobos perbatasan meksiko namun polisi lokal menahan mereka. Si pria yang selamat, Driver,(Mel Gibson), tanpa prosedur apa pun langsung dijebloskan ke penjara.  Masalahnya bukan disini, sumber masalah adalah uang berjumlah sangat besar yang dirampok Driver adalah milik Mafia kelas kakap. Penjara diperlihatkan adalah layaknya kampung kecil, dimana pedagang, preman, kekerasan, prostitusi, obat terlarang, hingga arena gulat, semua ada disini. “Kalau kamu memiliki uang bahkan kamu bisa membawa keluargamu masuk kesini”, ungkap seorang karakter. Driver berkawan dengan seorang bocah berusia 10 tahun, yang kelak bocah ini membawa masalah yang lebih besar baginya.
Plot filmnya banyak mengingatkan pada gaya plot film-film Guy Ritchie, macam Lock Stock & Smocking Barrels dan Snatch hanya bedanya lokasi cerita nyaris ¾ film berada di dalam penjara. Naskah berbelit dan ditulis sendiri salah satunya oleh Gibson menjadi satu kunci keberhasilan filmnya. Masalah demi masalah muncul tanpa kita duga dan mengalir begitu saja walau tanpa latar kisah yang cukup. Driver yang mantan sniper, kriminal, pencopet, entah apa lagi (FBI atau CIA mungkin?) memiliki mata tajam serta otak cerdas untuk menangkap dan merangkum semua peristiwa yang ada didepannya. Driver bagai komposer yang memimpin seluruh orkestra dan mengendalikan. Dia sungguh-sungguh tahu apa yang harus dia perbuat. Satu demi satu, masalah terselesaikan dan menyajikan banyak kejutan tak terduga serta ending yang manis.  
Sosok Mel Gibson harus diakui adalah separuh kekuatan filmnya.  Gibson amat pas dengan peran-peran dengan sosok “cool” seperti ini, mirip karakter Martin Riggs di seri Lethal Weapon hanya sedikit lebih serius. Gibson seolah tahu persis apa yang harus dia lakukan dengan karakter ini, kapan dia harus serius dan kapan tidak. So exciting kembali melihat Gibson berperan seperti ini dan tanpa harus melucu pun Gibson sudah memberi sentuhan komedi dalam filmnya. Satu lagi yang berakting sempurna adalah para tahanan dan setting penjara tersebut sendiri. Sebuah lingkungan penjara yang kontras dengan penjara lazimnya, tanpa bui, tanpa penjaga, sipir, tanpa seragam tahanan, semua serba bebas layaknya di luar sana. Jika benar memang ada penjara seperti ini sungguh sungguh tidak masuk akal.
Get The Gringo dikemas layaknya film independen yang diproduksi dengan bujet sangat rendah untuk ukuran aktor sekelas Gibson. Fans Mel Gibson dijamin akan terhibur dengan permainan sang aktor yang kali ini tampil energik dan jauh lebih muda dari umurnya. Film ini tidak menawarkan adegan aksi yang seru sebagai menu utama namun adalah sebuah thriller kriminal serta drama dengan sentuhan komedi. Walau bukan film terbaik Gibson namun Get The Gringo bisa dibilang adalah salah satu filmnya yang paling menghibur. Crime does pay… (B)
Artikel SebelumnyaPrometheus
Artikel BerikutnyaAbraham Lincoln: Vampire Hunter
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

  1. Get The Gringo :
    bagi saya film ini sangat menghibur…
    saya paling suka gaya mel gibson dalam film ini, dia terlihat cool n santai menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi… dialog yang lucu jga sering keluar dari mulut mel gibson…
    adegan yang paling saya suka ketika mel gibson membuang bom saat menyamar menjadi Mr.Kaufman.. dia terlihat cool dan percaya diri saat berjalan keluar…

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.