Ghost Rider: Spirit of Vengeance (2011)
96 min|Action, Adventure, Fantasy|17 Feb 2012
4.3Rating: 4.3 / 10 from 123,953 usersMetascore: 34
Johnny Blaze, tortured by the Ghost Rider's curse, gets a chance of redemption through protecting the Devil's son, whose father is pursuing him.

Jika Anda kriminal, ketika tengah melakukan aksi jahat lalu mendadak datang sosok misterius menggunakan motor besar yang seluruhnya diselimuti api membara. Sosok tersebut menyeramkan, berwajah tengkorak, tinggi, besar, dan kebal peluru. Apa yang Anda lakukan? Orang waras pasti ambil langkah seribu atau setidaknya berusaha lari walau mungkin tak ada gunanya. Hanya manusia dungu yang mau berhadapan dengan sosok semacam itu.

Ghost Rider (2007), walau tak bersahabat dengan pengamat karena buruknya kualitas cerita namun film ini bersahabat dengan penonton dari suksesnya film ini meraih lebih dari $200 juta. Harapan kualitas cerita yang semakin membaik pada sekuelnya sia-sia belaka justru malah lebih buruk dari film pertamanya. Sentuhan David S. Goyer untuk naskah filmnya, yang juga menulis naskah The Dark Knight, ternyata tak berbuah hasil. Alur cerita yang dipaksakan, terlalu serius, tempo plot yang lambat, detil cerita yang tak jelas, aksi yang bertele-tele, masalah kontinuitas dengan film pertama, dan banyak kelemahan lainnya membuat bosan dan mengantuk.

Cerita kini beralih ke wilayah Eropa Timur tanpa alasan yang jelas mengapa Johnny mengasingkan diri di sana. Iblis ternyata tak pernah mengenal wilayah. Tawaran untuk melakukan kesepakatan dengan iblis seperti halnya Johnny dulu ternyata juga terjadi disini. Alkisah seorang wanita muda yang sekarat didatangi sang iblis dan ia melakukan kesepakatan sehingga nyawanya tertolong. Sang iblis meminta anak dari wanita tersebut dan ia menyanggupinya. Setelah beberapa tahun kemudian sang iblis meminta anak tesebut untuk dijadikan tubuh inang baru sang iblis. Cuma Johnny seorang yang berdiri di antara Iblis dan sang anak.  Entah sang iblis ingin lebih muda atau entah tujuannya apa yang jelas sepertinya ia baik-baik saja tanpa harus pindah tubuh. Sang Iblis bahkan bisa membuat seseorang menjadi super dengan memberinya kekuatan dengan menguraikan apa saja yang disentuhnya. Kenapa harus repot pindah tubuh?

Baca Juga  Negeri 5 Menara, Membuktikan Kesungguhan

Duo sineas, Mark dan Bryan, kita kenal terbiasa dengan adegan aksi-aksi brutal dan cepat melalui dua seri film Crank. Dalam filmnya kali ini justru sebaliknya, adegan aksi terhitung lebih lambat temponya, kadang malah membuat kita gemas karena terlalu bertele-tele. Penggunaan CGI pun juga sama, walau tak sehebat yang sebelumnya namun beberapa adegan aksi disajikan sangat mengesankan. Satu yang paling “mengerikan” sekaligus indah adalah ketika Ghost Rider mengendalikan traktor raksasa yang diselimuti api untuk menghabisi musuh-musuhnya. Bicara soal 3D, filmnya nyaris sama dengan jika kita menontonnya dengan 2D, jadi percuma saja karena efek 3D-nya kurang menggigit.

Entah mungkin karena bujet yang jauh berkurang dari seri pertamanya atau faktor lainnya, faktanya secara keseluruhan film ini lebih buruk dari film pertamanya. Inti kisahnya sebenarnya berpotensi menjadi film superhero berkualitas baik, yakni mengungkap identitas siapa sesungguhnya Ghost Rider, dan Johnny menemukannya dengan jalan yang penuh liku. Sayang ide dan alur cerita tidak digarap dengan baik dan banyak mengesampingkan kisah awalnya. Di akhir adegan, Johnny berkata, “Hell yeah!” dan saya menjawab, “Hell no!”.

WATCH TRAILER

Artikel Sebelumnya12 Angry Men, Kombinasi Kekuatan Akting dan Naskah
Artikel BerikutnyaThe Artist, Mengenang Kejayaan Era Film Bisu
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.