Turut meramaikan film-film superhero yang dirilis pada musim panas tahun ini adalah tokoh superhero unik, Hancock. Film ini dibintangi oleh aktor kulit hitam papan atas Hollywood, Will Smith, yang belum lama ini sukses besar dengan I Am Legend. Selain Smith, film yang diarahkan oleh Peter Berg ini juga dibintangi oleh Charlize Theron serta Jason Bateman.
John Hancock (Smith) adalah seorang pria kulit hitam yang memiliki kekuatan super layaknya Superman. Ia mampu terbang secepat kilat, tubuh sekuat baja, serta kekuatan yang berlipat kali kekuatan manusia. Dikisahkan Hancock adalah sosok super yang dibenci warga kota Los Angeles. Ia adalah sosok yang tidak bertanggung jawab, suka minum, berperangai dan berbicara kasar, bertindak semau sendiri tanpa memperdulikan orang lain bahkan anak-anak sekalipun. Hancock memang selalu menyelesaikan tugasnya dengan baik (menangkap para kriminal) namun harus dibayar dengan kerusakan bangunan serta fasilitas kota yang tidak kecil. Suatu hari Hancock menyelamatkan seorang public relation gagal bernama Ray (Bateman) ketika mobilnya akan tertabrak kereta api. Ray lalu mencoba membantu untuk membangun image Hancock agar ia dicintai warga kota. Walau awalnya berat bagi Hancock namun usaha Ray ternyata berhasil hingga ia akhirnya bisa meraih simpati warga kota. Masalah baru muncul ketika istri Ray, Mary (Theron) ternyata memiliki rahasia besar yang memiliki hubungan dengan masa lalu Hancock.
Salah satu keunikan Hancock adalah karakter sang tokoh super itu sendiri. Belum pernah ada sebelumnya seorang tokoh superhero yang memiliki attitude seperti Hancock. Tokoh superhero umumnya selalu menjadi panutan (terutama anak-anak) namun tidak untuk Hancock. Seperti suatu kali Hancock melempar seorang bocah cilik ke angkasa dan menangkapnya kembali hanya untuk memberinya pelajaran. Namun sayangnya cerita hanya menarik pada separuh cerita awal saja dan selanjutnya hanya merupakan konflik lanjutan yang nyaris “tidak berhubungan” dengan konflik awal. Konflik batin Hancock yang dibangun begitu baik sejak awal sebenarnya sangat menarik untuk digali lebih dalam namun sayang cerita berkembang menjadi konflik pribadi antara Mary dan masa lalunya. Cerita berkembang menjadi layaknya film komedi biasa (mengingatkan pada My Super Ex-Girlfriend). Konflik cerita berkembang begitu konyol hingga satu adegan yang begitu menyentuh ketika Hancock mengambil bola basket di luar pagar pembatas penjara menjadi sia-sia belaka dan potensi akting yang dimiliki Smith pun terbuang percuma.
Persis seperti plotnya, adegan aksi pun tercatat hanya menarik pada sekuen awal. Adegan-adegan aksi yang menunjukkan polah Hancock yang serampangan mampu disajikan begitu meyakinkan. Seperti adegan ketika Hancock menghentikan mobil sedan yang ditumpangi para kriminal yakni dengan menjebol bagian bawah mobil lalu menghentikan laju mobil dengan kakinya sekaligus merusak permukaan jalan, juga ketika ia membiarkan dirinya tertabrak oleh kereta api, serta juga ketika ia melempar paus ke tengah laut dan mengenai sebuah perahu layar. Pada adegan aksi di pertengahan cerita menjadi tampak konyol ketika Hancock yang kini telah sadar berubah menjadi begitu “lugu”. Seperti ketika ia menolong seorang polwan yang terjebak di tengah ajang tembak menembak, Hancock malah berkata, “Good job… do I have permission to touch your body…(dst)!?. Sungguh konyol dan sosok Hancock justru terlihat bodoh. Adegan perkelahian antara dua sosok super menjelang akhir film juga terlihat lucu karena sepertinya kerusakan kota yang ditimbulkan mereka berdua jauh lebih besar ketimbang yang ditimbulkan Hancock dulu. Sungguh konyol melihat aksi perkelahian begitu seru hanya karena dipicu masalah pribadi.
Hancock sebenarnya memiliki potensi cerita yang cukup untuk digali lebih baik, namun sayangnya tidak dilakukan. Jika kita bandingkan dengan film-film superhero besar pada musim panas ini sejauh ini rasanya Hancock adalah yang terburuk. Namun, nama besar Smith serta sekuen aksi yang menghibur rasanya menjadi jaminan film ini sukses komersil dan bisa jadi akan memicu sekuelnya.