Hanum & Rangga: Faith and the City adalah film drama roman religi yang mengangkat isu tentang agama dan perempuan. Film ini diproduksi oleh MD Pictures dan dirilis tanggal 8 November 2018 dengan durasi 90 menit. Hanum & Rangga merupakan film sekuel dari 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika. Hanum & Rangga diadaptasi dari novel laris berjudul Faith and The City yang pleh Hanum Salsabiela Rais. Film ini diproduseri oleh Manoj Punjabi serta disutradarai oleh Banni Setiawan. Sang sutradara meraih Piala Citra untuk kategori Sutradara terbaik pada FFI 2010 lalu. Sang sineas gemar memproduksi film-film drama roman, antara lain Bukan Cinta Biasa (2009), Cinta 2 Hati (2010), 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta (2010), Masih Bukan Cinta Biasa (2011), Aku Ingin Jadi Presiden (2012), Madre (2013), Love and Faith (2015), dan Toba Dreams (2015). Novel ini merupakan kisah nyata yang mengisahkan hubungan kasih antara Hanum Salsabiela Rais dan suaminya, Rangga Almahendra.
Hanum dan Rangga menceritakan tentang pasangan suami istri muda, Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Rio Dewanto). Mereka menjalani kehidupan rumah tangganya di Kota New York. Hanum adalah seorang penulis buku yang mengidolakan Andy Cooper (Arifin Putra), seorang jurnalis yang juga pemimpin sebuah stasiun televisi GNTV. Suatu ketika, mereka berniat pindah ke Vienna karena tuntutan sekolah dari sang suami. Pada saat bersamaan, mereka dikejutkan kedatangan seorang pria bernama Samanta (Alex Abbad) dari GNTV yang menawarkan kontrak magang selama 3 minggu untuk Hanum sebagai jurnalis. Hanum mengalami dilema. Ia sejak kecil ingin menjadi jurnalis di salah satu stasiun televisi besar di New York. Rangga akhirnya mengijinkan istrinya untuk tinggal beberapa minggu dan menunda rencana ke Vienna. Setelah Hanum magang di GNTV, masalah justru muncul silih berganti, mengikis hubungan rumah tangga mereka. Lalu bagaimana mereka mempertahankan hubungan cinta yang sudah dirajut bersama?
Dari sisi cerita, Hanum & Rangga memiliki kisah sederhana, namun konfliknya tdak hanya menyinggung masalah rumah tangga, namun juga agama, perempuan, karir, hingga persaingan industri televisi. Penokohan tokoh-tokoh utama sudah disajikan dengan baik. Hanya saja, bisa jadi karena faktor sekuel, tragedi 9/11 di New York serta hubungan dengan latar kisah film ini kurang dijelaskan. Alur yang disajikan pun menjadi terasa cepat dan terburu-buru. Banyak kejanggalan kecil sedikit menganggu karena berhubungan dengan plot filmnya, seperti Rangga yang berkuliah dimana, deadline desertasi hingga berujung harus pindah ke Vienna. Motivasi kenapa Rangga harus pindah ke Vienna jadi terasa lemah. Kisahnya justru banyak terfokus pada sosok Hanum dan masalah dengan kantornya.
Kita semua tahu, untuk memudahkan penonton, dialog banyak menggunakan bahasa Indonesia, namun banyak kejanggalan perihal ini di beberapa adegannya. Seorang bule seperti Philipus Brown (latar belakang sosoknya tak jelas) banyak dialognya diucapkan menggunakan bahasa Indonesia dengan aksen yang fasih. Lalu, ketika Hanum melakukan live di program acara GNTV, ia banyak menggunakan bahasa Indonesia? Apakah pemirsa GNTV sebagian besar bisa paham bahasa Indonesia? Anehnya lagi, pemirsa televisi seperti dapat mengerti apa yang diucapkan oleh Hanum.
Secara keseluruhan, akting dari para pemainnya sudah tampil bagus. Karakter Hanum yang ambisius, hormat dengan suami, cemburu, serta mengedepankan perasaannya diperankan baik oleh Acha. Sementara Rangga sebagai sang suami yang mendukung mimpi istrinya yang tegas dan rela berkorban juga berhasil diperankan bagus oleh Rio Dewanto. Sosok Samantha yang kocak, lucu, taat pada pimpinannya juga diperankan menawan oleh Alex Abbad, tokoh ini mencuri perhatian penonton setiap kali kemunculannya.
Terlepas dari banyak kelemahannnya, melalui Hanum & Rangga: Faith and the City setidaknya sutradara mampu membuat drama roman yang dapat dinikmati secara ringan oleh penonton. Pesan yang disampaikan melalui tokoh utamanya patut kita hargai yang mencoba mengubah cara pandang masyarakat AS, khususnya kota New York terhadap umat muslim dalam menjalankan kesehariannya. Pesan yang baik, namun sayangnya tidak mampu ditampilkan baik melalui penuturan alur kisahnya.
Tim Penulis: Eka Puspita Sari & Wahyu Sri Palupi Ningsih
WATCH TRAILER