Happy Death Day adalah film horor unik arahan Christopher Landon. Landon kita tahu sebelumnya telah menggarap film horor Paranormal Activity: The Marked Ones, serta penulis naskah Disturbia serta Paranormal Activity seri ke-2 hingga ke-4. Film ini diproduseri oleh Jason Blum yang kita kenal dengan produksi film-film horornya yang berbujet kecil. Happy Death Day yang berbujet US$ 4.8 juta ini dibintangi oleh bintang remaja, yakni Jessica Rothe, Israel Broussard, serta Ruby Modine. Untuk kesekian kalinya, kembali plot berulang atau loop plot digunakan dalam film, dan kali ini apa lagi yang coba ditawarkan Happy Death Day.
Di hari ulang tahunnya, Theresa atau Tree bangun di sebuah kamar asrama laki-laki milik Carter setelah semalam ia berpesta dan mabuk-mabukan. Tree menjalani rutinitasnya, masuk ke kelas, meeting dengan kelompoknya, dan pesta besar menanti di malam harinya. Tanpa alasan yang jelas, seorang pria bertopeng misterius membunuhnya ketika ia berangkat ke pesta, dan Tree terbangun mengulang peristiwa di hari yang sama.
Uniknya, baru beberapa hari yang lalu, saya menonton A Day yang secara kebetulan pula menggunakan formula sama. A Day yang segar dan inovatif mempermainkan pola loop plot dengan mematok standar amat tinggi sehingga film-film sebelumnya dengan formula sama layaknya bukan apa-apa. Happy Death Day rupanya juga adalah salah satunya. Film pelopor loop plot, Groundhog Day rasanya menjadi acuan utamanya, dan ada baiknya menonton film ini sebelum menonton Happy Death Day.
Happy Death Day seperti formula loop plot lazimnya hanya terfokus pada tokoh utama yakni Tree. Momen awal dirancang demikian detil dengan bumbu aksi serta pernak-pernik yang mudah untuk diingat. Penonton diajak berkenalan dengan karakter ini sepanjang satu hari ini. Tree adalah seorang mahasiswi yang bukan tergolong gadis remaja baik-baik, mirip karakter laki-laki brengsek macam Phil Connor dalam Groundhog Day.  Kita tahu, Tree akan mendapat pelajaran besar di hidupnya. Namun, apa yang kita lihat dalam perkembangan plotnya, tampak sekali film ini hanya memaksa untuk berbeda dengan Groundhog Day. Pada segmen klimaks, semua hal ini tampak jelas, bahkan terasa sekali satu segmen seolah mengejek Groundhog Day. Lantas apa yang kita harapkan, bukankah solusi terbaik adalah bukan jalan kekerasan?
Happy Death Day melalui loop plot-nya memiliki momen tersendiri tanpa mencoba menggali kedalaman tema. Sekalipun secara teknis, pencapaian film ini sama sekali tidak buruk. Rothe bermain sangat baik sebagai Tree, dan rasanya ia bakal menjadi idola baru kaum remaja. Film ini memang memilih jalannya sendiri, tanpa mencoba untuk menjadi lebih bijak atau dewasa. Sayang sekali, sebenarnya film ini memiliki potensi untuk digali lebih dalam, seperti nilai persahabatan, ketulusan, cinta, keberanian, hingga global warming. Motif menjadi kunci utama mengapa anomali “loop” ini terjadi, dan film ini tidak bisa memberikan jawaban yang cukup selain hanya untuk menghibur penontonnya dan keuntungan komersial. Well done again, Blum. Â
WATCH TRAILER