Happy Death Day (2017)

96 min|Comedy, Horror, Mystery|13 Oct 2017
6.6Rating: 6.6 / 10 from 173,018 usersMetascore: 58
A college student must relive the day of her murder over and over again, in a loop that will end only when she discovers her killer's identity.

Happy Death Day adalah film horor unik arahan Christopher Landon. Landon kita tahu sebelumnya telah menggarap film horor Paranormal Activity: The Marked Ones, serta penulis naskah Disturbia serta Paranormal Activity seri ke-2 hingga ke-4. Film ini diproduseri oleh Jason Blum yang kita kenal dengan produksi film-film horornya yang berbujet kecil. Happy Death Day yang berbujet US$ 4.8 juta ini dibintangi oleh bintang remaja, yakni Jessica Rothe, Israel Broussard, serta Ruby Modine. Untuk kesekian kalinya, kembali plot berulang atau loop plot digunakan dalam film, dan kali ini apa lagi yang coba ditawarkan Happy Death Day.

Di hari ulang tahunnya, Theresa atau Tree bangun di sebuah kamar asrama laki-laki milik Carter setelah semalam ia berpesta dan mabuk-mabukan. Tree menjalani rutinitasnya, masuk ke kelas, meeting dengan kelompoknya, dan pesta besar menanti di malam harinya. Tanpa alasan yang jelas, seorang pria bertopeng misterius membunuhnya ketika ia berangkat ke pesta, dan Tree terbangun mengulang peristiwa di hari yang sama.

Uniknya, baru beberapa hari yang lalu, saya menonton A Day yang secara kebetulan pula menggunakan formula sama. A Day yang segar dan inovatif mempermainkan pola loop plot dengan mematok standar amat tinggi sehingga film-film sebelumnya dengan formula sama layaknya bukan apa-apa. Happy Death Day rupanya juga adalah salah satunya. Film pelopor loop plot, Groundhog Day rasanya menjadi acuan utamanya, dan ada baiknya menonton film ini sebelum menonton Happy Death Day.

Happy Death Day seperti formula loop plot lazimnya hanya terfokus pada tokoh utama yakni Tree. Momen awal dirancang demikian detil dengan bumbu aksi serta pernak-pernik yang mudah untuk diingat. Penonton diajak berkenalan dengan karakter ini sepanjang satu hari ini. Tree adalah seorang mahasiswi yang bukan tergolong gadis remaja baik-baik, mirip karakter laki-laki brengsek macam Phil Connor dalam Groundhog Day.  Kita tahu, Tree akan mendapat pelajaran besar di hidupnya. Namun, apa yang kita lihat dalam perkembangan plotnya, tampak sekali film ini hanya memaksa untuk berbeda dengan Groundhog Day. Pada segmen klimaks, semua hal ini tampak jelas, bahkan terasa sekali satu segmen seolah mengejek Groundhog Day. Lantas apa yang kita harapkan, bukankah solusi terbaik adalah bukan jalan kekerasan?

Baca Juga  A Complete Unknown | REVIEW

Happy Death Day melalui loop plot-nya memiliki momen tersendiri tanpa mencoba menggali kedalaman tema. Sekalipun secara teknis, pencapaian film ini sama sekali tidak buruk. Rothe bermain sangat baik sebagai Tree, dan rasanya ia bakal menjadi idola baru kaum remaja. Film ini memang memilih jalannya sendiri, tanpa mencoba untuk menjadi lebih bijak atau dewasa. Sayang sekali, sebenarnya film ini memiliki potensi untuk digali lebih dalam, seperti nilai persahabatan, ketulusan, cinta, keberanian, hingga global warming. Motif menjadi kunci utama mengapa anomali “loop” ini terjadi, dan film ini tidak bisa memberikan jawaban yang cukup selain hanya untuk menghibur penontonnya dan keuntungan komersial. Well done again, Blum.  
WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaGeostorm
Artikel BerikutnyaMerah Putih Memanggil
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses