Bicara soal harga tiket bioskop memang berbeda di setiap wilayah. Kadang dalam satu kota pun, harga tiket bisa berbeda bukan hanya karena beda jaringan bioskop tapi juga fasilitas pendukung, kualitas visual, audio, 3D atau non 3D, faktor lokasi, dan sebagainya. Namun, sebenarnya berapa harga rata-rata tiket di negara lain? Apakah harga rata-rata tiket kita masih jauh dibandingkan negara lain? Angka ini tentu akan memengaruhi angka perolehan box-office di sebuah negara (jika dihitung dengan US$). Angka total ini juga masih dibagi-bagi antara pajak, profit bioskop, dan produser film.

Berdasarkan data yang kami dapatkan ternyata memang harga rata-rata bioskop kita terhitung murah jika dibandingkan negara lain. Tercatat negara dengan tiket rata-rata termahal di dunia adalah Bahrain yakni US$ 17.48 atau sekitar Rp 230.000,- !  Sementara di posisi nomor dua adalah Swiss dengan harga tiket US$ 16.80 (Rp 227.000),-, sementara di nomor sepuluh adalah Austria dan Inggris dengan harga US$ 10.9 (Rp 147.000,-). Sementara Amerika Serikat sebagai negara industri film terbesar memiliki harga rata-rata tiket US$ 8.13 (Rp 110.000). Sementara negara di wilayah Asia non-Timur Tengah yang memiliki harga rata-rata tiket tertinggi adalah Jepang, sebesar US$ 12.77 (Rp 173.000,-) dan diikuti oleh Hong Kong sebesar US$ 8.41 (Rp 113.000).

Sementara di Indonesia sendiri harga tiket rata-rata adalah sekitar 25.000 – 30.000 rupiah (kurang dari US $3). Angka ini masih jauh di bawah peringkat ke-30 yakni Venezuela (US$ 7.80). Angka ini menggambarkan jika harga rata-rata tiket kita sebenarnya tergolong murah, padahal kita tahu hiburan ini dekat dengan penonton kalangan menengah atas. Angka ini juga menunjukkan pembagian antara pajak tontonan, profit bioskop, dan produser relatif kecil yakni masing-masing sekitar Rp 10.000,-.

Angka ini, di sisi lain juga menggambarkan jika potensi jumlah penonton kita sebenarnya adalah sangat besar. Seperti kita tahu angka perolehan boxoffice di dunia, lazimnya dihitung melalui pendapatan angka total kotornya (dalam USD) dan bukan jumlah penonton seperti di negara kita. Coba kita lihat dari kasus perolehan box-office film superhero yang baru saja rilis, Thor: Ragnarok. Dari data boxofficemojo.com selama rilisnya di Indonesia, Thor telah meraih & US$ 9.8 juta (per 5 November). Misalnya, harga tiket kita sama dengan harga tiket di Amerika (kita anggap saja 3x lipat dari harga rata-rata sekarang), maka tercatat pendapatan kotor film ini di Indonesia adalah sebesar US$ 29.4 juta. Angka perolehan ini sudah di atas pendapatan Thor di wilayah Inggris Raya sebesar US$ 27.3 juta dan Korea Selatan sebesar US$ 25.7 juta. Padahal kita tahu, Inggris dan Korea Selatan adalah tergolong negara-negara pasar terbesar bagi film produksi Hollywood. Hal ini menggambarkan jika jumlah penonton bioskop kita sebenarnya sebanding bahkan bisa lebih besar dari negara-negara tersebut. Jika dibandingkan dengan negara raksasa, seperti AS dan Cina tentu saja jumlah penonton bioskop kita tertinggal jauh.

Baca Juga  The Dark Tower dan Investasi Hollywood Ala Kadarnya

Berikut adalah urutan daftar harga rata-rata tiket bioskop di dunia (data April 2017)

1 Bahrain $17.48
2 Switzerland $16.80
3 Norway $15.79
4 Sweden $15.22
5 Australia $12.95
6 Finland $12.80
7 Japan $12.77
8 Denmark $11.35
9 United Arab Emirates $11.27
10 Austria $10.90
11 United Kingdom $10.90
12 Netherlands $10.75
13 Germany $10.71
14 Qatar $10.67
15 Cyprus $10.30
16 New Zealand $9.91
17 Luxembourg $9.70
18 Ireland $9.31
19 Belgium $9.29
20 Israel $8.98
21 Iceland $8.92
22 France $8.57
23 Greece $8.55
24 Spain $8.54
25 Italy $8.43
26 Hong Kong $8.41
27 United States $8.13
28 Canada $8.10
29 Lebanon $7.97
30 Venezuela $7.80

 

SUMBERworldatlas
Artikel SebelumnyaA Ghost Story
Artikel BerikutnyaPemenang Festival Film Indonesia 2017
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.