Pengadaptasian film-film dari Korea Selatan menjadi versi Indonesia masih berlanjut. Kali ini giliran Hello Ghost yang diadaptasi ke versi Indonesia dengan judul sama lewat arahan Indra Gunawan. Naskahnya digarap oleh Alim Sudio, penulis cerita-cerita drama, beberapa horor, dan sedikit komedi. Hello Ghost yang amat komikal, agak dramatis, dan tak terlalu horor dimainkan oleh Onadio Leonardo, Enzy Storia, Indro Warkop, Tora Sudiro, Hesti Purwadinata, Ciara Brosnan, dan Egy Fedly. Melalui produksi Falcon Pictures, seberapa besar upaya film ini dalam mengadaptasi versi Korea-nya?
Kresna (Onad) adalah laki-laki yang merasa sebatang kara, kesepian dalam kesendiriannya selama belasan tahun. Sudah putus asa dengan nasibnya yang tak kunjung mujur, ia pun berupaya bunuh diri. Walau terus-menerus gagal. Usaha terakhirnya digagalkan oleh Linda (Enzy), salah seorang perawat rumah sakit yang dekat dengan tempat tinggal Kresna. Ketika Kresna akhirnya sadar dan membuka mata, ia justru bertemu dengan empat sosok hantu yang mengikutinya pulang sampai rumah, yaitu Kuatno (Indro), Bima (Tora), Lita (Hesti), dan Chika (Ciara).
Korea Selatan memang gudangnya cerita-cerita drama Asia. Sineas dan para produser kita pun memandang itu dengan mata berbinar-binar, lalu lahirlah film-film Indonesia bergenre drama –ada pula horor dan komedi—yang mengadaptasi drama-drama tersebut. Sang penulis sendiri bahkan salah satu yang paling sering mengerjakan naskah adaptasi dari film-film luar, baik Korsel, Jepang, maupun Italia. Misalnya melalui Miracle in Cell No. 7 (2022), Perfect Strangers (2022), Scandal Makers (2023), dan Kembang Api (2023). Jarang sekali ia membuat sendiri naskah lepas atau skenario asli. Naskah-naskah garapannya kerap kali merupakan adaptasi. Jika bukan dari sesama film, maka sumbernya adalah novel-novel atau karya lainnya. Macam yang dilakukannya lewat Surga yang Tak Dirindukan (2015), Layla Majnun (2021), dan Losmen Bu Broto (2021). Pun ketika berhasil jadi salah satu nominator dalam ajang FFI hingga empat kali, semuanya merupakan naskah adaptasi.
Hello Ghost mengisahkan seputar kesepian dan kesendirian dengan komikal. Tuntutan terutama untuk dua tokoh utamanya, Kresna (Onad) dan Linda (Enzy), karena mesti menyeimbangkan antara horor, drama keluarga, dan komedi. Agak sukar membayangkan kecocokannya –horor dan drama keluarga—dengan Onad, dan memang demikianlah adanya dalam film. Pemeran Sang-Man untuk versi Korea malah lebih cocok untuk tuntutan peran ini. Kita pun justru terhanyut oleh akting lawan main Onad, Enzy, yang membawakan perannya dengan memuaskan dalam setiap adegan. Persis dengan totalitasnya selama bermain dalam series Drama Ratu Drama (2022). Porsi versi Indonesia dari Jung Yun-Soo ini juga lebih banyak daripada versi Korea.
Sebagai sebuah sajian adaptasi, Hello Ghost tampil dengan sederhana ketimbang versi Korea-nya. Hello Ghost (2010) menunjukkan setiap momen komedi dan drama yang dialami tokoh utamanya, Sang-Man, dengan lebih detail dan powerful. Meski pada saat yang sama pula, versi Indonesia-nya cenderung berfokus untuk memperbaiki beberapa momen tersebut agar terasa lebih logis dan mengalun dengan tempo yang agak perlahan. Sementara itu, Hello Ghost (2010) masih bisa memberikan nuansa horor pada segmen-segmen awal saat sang tokoh masih di rumah sakit. Anehnya, kedua versi ini punya kelemahan yang sama dari segi latar ekonomi. Baik Sang-Man maupun Kresna sama-sama kesulitan membayar biaya sewa tempat tinggal, padahal mereka punya TV yang bagus dan masih sanggup membeli beragam barang yang bahkan bukan kebutuhan primer.
Hello Ghost adalah sajian horor dan drama yang sangat komikal, dengan kekuatan olah peran berat sebelah. Berkebalikan dengan versi Korea-nya. Entah apa pertimbangannya memilih Onad. Namun, walau rasanya Hello Ghost terlalu komikal pada segmen-segmen awal, lambat-laun jalinan alur ceritanya mulai bisa dinikmati. Terlebih, momen menjelang usai. Paling tidak, cukup berhasil menghibur dan menginspirasi dengan kandungan pesannya. Di samping soal itu, bila melihat rekam jejak sang sutradara, agak sukar membayangkan naskah garapan Alim Sudio diarahkan olehnya. Karena beberapa di antara hasil kerjanya buruk, dan sisanya tergolong rata-rata.