Sutradara: Genndy Tartakovsky
Produser: Michele Murdocca
Penulis Naskah: Robert Smigel / Adam Sandler
Pemain: Adam Sandler/Selena Gomez/Adam Sandberg/Steve Buscemi/Kevin James/Mel Brooks
Sinematografi: –
Editing: Catherine Apple
Ilustrasi Musik: Mark Mothersbough
Studio: Sonu Pictures Animation
Distributor: Columbia Pictures
Durasi: 89 menit
Bujet: US$ 80 juta
Sukses Hotel Transylvania rupanya membawa kita ke sekuelnya walau agak pesimis film ini bisa bersaing dengan film-film animasi produksi Pixar. Plotnya memang jauh berbeda dengan seri pertamanya dan kini aroma keluarga lebih kental. Dracula aka Drac (Sandler) yang akhirnya merestui hubungan putrinya, Mavis (Gomez) dengan manusia, Jonathan (Samberg) di ending seri pertama berlanjut ke pernikahan putrinya hingga ia memiliki seorang cucu, Dennis. Dracula berambisi membawa cucunya menjadi vampir yang hebat sekalipun Dennis memiliki tendensi sebagai manusia ketimbang vampir. Plot filmnya menggambarkan segala usaha Dracula untuk bisa memicu cucunya menjadi vampir sehingga Dennis dan putrinya tidak perlu pindah ke California.
Dibandingkan dengan seri pertamanya, kisahnya kali ini memang lebih dinamis, cepat, serta memiliki durasi cerita yang singkat. Gelagat ini sudah tampak sejak awal filmnya ketika sejak Mavis-Jonathan menikah hingga mereka memiliki bayi hingga tumbuh menjadi seorang bocah lucu yang disajikan secara sekilas dan cepat. Kisahnya sendiri baru bermula ketika Drac secara diam-diam membaca cucunya ke beberapa lokasi “angker” untuk bisa meng-upgrade cucunya menjadi seorang vampir. Dalam beberapa momen memang menghibur walau komedinya tak segar namun kisah berjalan semakin menarik ketika “kapir” (kakek vampir), ayah Drac, Vlad mucul. Sekuen klimaks di akhir yang menyisakan sedikit kejutan juga dijamin sangat menghibur penonton khususnya anak-anak. Namun semua ini tidak cukup mengangkat kisahnya yang terlalu dingin dan kurang menyentuh untuk film keluarga.
Satu yang sedikit mengganjal adalah dimensi waktu dalam cerita filmnya yang kadang tak jelas siang atau malam. Drac dan Mavis jelas tak bisa muncul di siang hari namun dalam beberapa adegan tampak kabur. Ketika Mavis menunjukkan kebolehannya bermain sepeda, tampak terlihat banyak anak-anak di taman bermain tersebut yang agak aneh jika terjadi di malam hari. Begitu pun ketika Drac membaca cucunya untuk menakuti orang-orang di taman angker yang kini telah berubah menjadi taman untuk manusia, agak janggal melihat manusia berlalu-lalang di taman waktu malam.
Satu kelebihan film ini adalah grafisnya yang cukup memukau dan sepertinya akan lebih baik jika ditonton dalam versi 3D-nya. Diluar pencapaian grafis yang baik Hotel Transylvania 2 memiliki kisah yang terlampau dingin untuk sebuah film keluarga serta semata hanya menawarkan sekuen aksi dan komedi sesuai dengan target pasarnya. Sukses komersil film ini sepertinya akan membawa kita ke produksi sekuel berikutnya.