Lee Jung Jae, yang mendunia berkat series Squid Game musim lalu itu, memulai debut penyutradaraannya lewat Hunt, film dengan atmosfer spionase yang sarat ketegangan dan kaya skema politis. Menggandeng beberapa pemeran ternama, di antaranya Jung Woo-sung, Go Yoon Jung, Kim Nam-gil, dan banyak lagi. Sebuah debut, kalau tidak berada di aras yang gagal, berarti berada di aras yang berhasil. Lantas Hunt, dengan segala paradoksial antara tokoh di dalamnya dan sebagai debut dari Lee Jung Jae ini berada di teritori yang mana, gagal atau berhasil? Kita lihat.
“I’m certain you’re the Donglim”
Park adalah kepala Unit Luar Negeri, sementara Kim adalah Kepala Unit Domestik. Mereka, merupakan orang yang disegani di badan intelijen Korea Selatan. Park dan Kim memiliki ketangkasan dan keperkasaan yang sama kuatnya, kendati tumbuh di wilayah pelatihan yang berbeda. Tetapi sayangnya mereka memilih menjadi rival, ketika satu tugas dititahkan kepada agensi mereka masing-masing. Park dan Kim, diamanahi untuk mencari tahu sampai ke dasar yang paling dangkal, siapa tikus yang berkeliaran di tengah Badan Keamanan Nasional-sebagai mata-mata Korea Utara, yang dikenal dengan sebutan Donglim. Siapa Donglim? Bagaimana ia bisa menyelinap masuk ke seluk-seluk pemerintahan? Dan ternyata perintah itu dan segala pertanyaan yang mengudara atasnya, adalah pemantik dari konflik kedua tokoh di dalam Hunt, Park dan Kim.
Menonton Hunt dan segala konfrontasi yang terkonstruksi kuat di dalamnya, membuat ingatan saya terlempar ke tahun-tahun yang lampau: Infernal Affairs yang istimewa sekaligus menguras tenaga. Apalagi jikalau melihat remake yang lahir dari tangan Scorsese, The Departed. Hunt, entah sengaja ataupun tidak, terlihat demikian, jelas: kolosal pun melelahkan. Kepentingan kedua belah pihak yang mengalir kompleks. Rahasia serta misteri di balik beberapa tragedi di dalamnya yang terkesan datang dalam wujud serpihan-tidak keutuhan. Dan itu, celakanya dibarengi oleh tensi tegang yang berantakan-tidak dalam tempatnya.
Masih menjadi pertanyaan untuk saya, kenapa pada tahun ini, plot film-film yang datang dari Korea Selatan (tak semuanya) berlayar begitu kencang. Saya ambil contoh Decision to Leave yang perih dan getir itu. Menjelma mahakarya dari segi visual, tetapi kisi-kisinya begitu ephemeral. Hunt, saya rasa di tengah keadaan itu juga, sebagai sebuah film. Tanjakan-tanjakan yang mendarat kepada terungkapnya Park yang ternyata sosok Donglim, kurang terbabarkan dengan baik secara berangsur-angsur. Seperti yang saya ucap di atas: rahasia datang dalam wujud serpihan, yang celakanya mengalir laju. Serpihan yang kurang menunjukkan kedetilan. Dan masuknya beberapa pihak ketiga di dalam film ini, di samping memperkeruh status politik kedua karakter, juga tak memiliki peran yang amat krusial.
Namun, Hunt, tak bisa lepas begitu saja dari narasi dan premis yang cerdik. Debut Le Jung-Jae ini memiliki daya persuasi yang kuat, magnet yang besar, juga lumayan gila-gilaan menggelar adegan aksi. Tarik ulur ketegangan dan kekalutan pada satu jam durasi akhir adalah yang paling menarik. Meski sonder detil-detil yang unggul dalam mengungkap sosok misterius, penyajian laga melalui senjata api luar biasa solid dan matang. Sampai-sampai saya tak bisa melupakan satu adegan pada saat Park terhempas, akibat bom yang diuncalkan di antara dinding putih yang dipenuhi manekin dan busana wanita. Betul-betul ciamik.