Movie Poster
Movie Poster

Sutradara: David Robert Mitchell
Produser: Rebecca Green/ David Robert Mitchell/Laura D. Smith/David Kaplan/Erik Rommesmo
Penulis Naskah: David Robert Mitchell
Pemain: Maika Monroe/Keir Gilchrist/Daniel Zovatto/Olivia Luccardi/ Lily Sepe
Sinematografi: Mike Giolakis
Editing: Julio C. Perez IV
Ilustrasi Musik: Disaster Peace
Studio: Animal Kingdom/Northern Lights Films/Two Flints
Distributor: RADiUS – TWC
Durasi: 100 menit
Bujet: US$ 2 juta

Konon sang sutradara, David Robert Mitchell, mengambil ide kisahnya ini dari mimpi buruknya sendiri dimana ia selalu diikuti oleh seseorang. Nyatanya idenya ini segar dalam ranah genre horor khususnya tema remaja. Untuk memancing rasa penasaran penonton, film ini dibuka melalui adegan kecil yang memperlihatkan seorang remaja putri tengah lari dari sesuatu hingga akhirnya ia tewas mengenaskan tanpa sebab yang jelas.

Alkisah Jay (Maika Monroe), seorang remaja putri berkencan dengan Hugh, seorang remaja yang belum lama ia kenal. Jay berhubungan intim dengan Hugh, dan setelahnya ia dibius oleh Hugh. Sesaat setelah bangun ia dalam kondisi terikat dan Hugh menjelaskan jika sebentar lagi akan ada “seseorang” (entiti gaib) yang mengikutinya dan berniat membunuh Jay. Kutukan ini akan berakhir jika ia berhubungan intim dengan laki-laki lain dan “ia” akan mengejar laki-laki tersebut dan seterusnya dan seterusnya. Namun jika Jay dibunuh ia akan kembali mengejar Hugh. Sederhananya aturan mainnya seperti itu dan ini sudah lebih dari cukup untuk membuat rasa penasaran dan ketakutan kita terusik sepanjang filmnya.

Entiti gaib tersebut bisa berbentuk siapa pun dan yang paling membuat gregetan adalah ia berjalan pelan namun pasti ke arah korbannya. Ia mudah sekali dihindari namun tidak bodoh dan mengikuti calon korbannya kemana pun ia pergi. Ini yang membuat penonton juga merasa ikut terteror. Sederhana namun efektif. Hampir sudah bisa diduga sepanjang film kita hanya mengikuti Jay bersama kawan-kawannya. Kemana pun mereka pergi kita pun tidak pernah merasa tenang. Terlebih hanya Jay yang bisa melihat entiti tersebut. Walau plotnya selalu berpindah tempat namun uniknya film ini tetap memiliki tempo cerita yang lambat, membuat kita tidak lelah namun kecemasan selalu mengikuti. Hal ini yang menjadi kekuatan It Follows. Esensi horor sebenarnya bukan hanya pada sosok menyeramkan, setting bangunan tua, atau efek suara dan musik mengagetkan namun bagaimana atmosfir ketegangan dibangun untuk memancing rasa takut penonton.

Baca Juga  Magnetic Beats (Festival Sinema Prancis)

Satu lagi keunikan film ini adalah dari sisi sinematografi dan musik. Sineas seringkali menahan shot-nya beberapa lama dan menggunakan beberapa teknik pergerakan kamera efektif tanpa editing. Teknik panning yang berputar hingga 360 derajat dengan menahan shot-nya agak lama dalam beberapa adegan mampu mengusik rasa ketegangan kita. Dari sisi ilustrasi musik, penggunaan musik digital yang tak lazim dalam film-film horor modern membawa kita ke era film-film thriller 1970-an. Para pemain yang rata-rata masih remaja dan belum punya nama juga bermain sangat baik, khususnya Jay dan Paul yang diperankan Maika Monroe dan Keir Gilchrist.

It Follows adalah film horor sederhana dengan konsep orisinil namun efektif membangun nuansa horor sepanjang filmnya. Ini sesuatu yang jarang kita lihat di film-film horor masa kini. It Follows membuktikan jika genre horor masih mampu menghasilkan suatu terobosan baru dengan cara sederhana. Secara tema film ini juga memiliki pesan dan makna yang amat relevan dengan pergaulan remaja masa kini. Entiti gaib yang mengikuti Jay bisa saja sebagai simbol virus (seperti AIDS) yang ditularkan akibat berhubungan intim secara bebas. Perlahan tetapi mematikan. Sejauh ini It Follows bisa dianggap sebagai salah satu film horor indie modern terbaik.

MOVIE TRAILER

PENILAIAN KAMI
Total
100 %
Artikel SebelumnyaThe Babadook
Artikel BerikutnyaWhat We Do in the Shadows
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.