Justice League Dark: Apokolips War adalah film animasi panjang home video yang diadaptasi dari kisah The Darkseid War. Film ini merupakan sekuel dari Justice League Dark (2017) serta film ke-15 dan penutup dari DC Animated Universe. Tidak seperti sebelumnya, film animasi ini menampilkan hampir semua karakter superhero dan supervillain besar yang ada di film-film sebelumnya, Justice League, Teen Titans, hingga Suicide Squad. Film ini juga berkesinambungan cerita secara langsung dengan sebelumnya dan jika belum menonton secara utuh, kalian bakal kehilangan banyak informasi, sebut saja JL: Dark dan JL: Flash Point Paradox, seri Teen Titans, serta beberapa film Batman. Apokolips War adalah salah satu film seri DC animasi terbaik dengan tema yang paling suram.

Darkseid dikabarkan akan menyerang bumi. Superman mengajak seluruh superhero yang ada di bumi untuk memusnahkan sosok tiran ini untuk selamanya. Tidak tanggung-tanggung, mereka semua langsung menyerang Apokolips, planet di mana Darkseid berada. Ternyata ini adalah sebuah langkah yang sangat fatal. Beberapa tahun kemudian, bumi kini hanya tinggal reruntuhan dan sebagian umat manusia musnah akibat ulah parademon milik Darkseid. Sang protagonis utama kita, John Constantine, yang selamat dari pembantaian, mendadak didatangi Superman dan Raven. Superman yang hilang kekuatannya meminta tolong John untuk membantunya melakukan misi rahasia menyelamatkan bumi dari kehancuran. Secara bertahap, kombinasi satu tim kecil unik dari superhero dan supervillain yang tersisa, bersatu untuk melawan Darkseid dan anteknya yang sebagian besar adalah rekan-rekan mereka sendiri.

Sungguh gila! Jika kalian mengikuti seri animasi DC sejak awal, Apokolips War adalah klimaks dari semuanya. Semua karakter populer yang kita kenal ada dalam satu film ini, lebih dari 50 karakter. JL Dark adalah untuk pertama kalinya kita diperkenalkan secara dekat dengan sosok John Constantine dengan segala ranah mistiknya. Apokolips mampu mengkombinasikan sisi supernatural dan ilmiah dengan sangat baik. Jika dalam seri Marvel Cinematic Universe (MCU) ada dua film pamungkas, Infinity War dan Endgame, DC animasi memiliki Apokolips War.

Apokolips War menampilkan nyaris adegan aksi tanpa henti sejak adegan pembuka. Semua tanpa introduksi dan langsung masuk ke segmen aksi tanpa basa-basi. Sejak awal, memang ada yang sedikit mengganjal dalam plotnya jika kamu akrab dengan seri ini. Rasanya aneh, JL bisa menginisiasi rencana bodoh seperti ini. Batman yang lazimnya menjadi otak JL tidak mungkin begitu saja menyetujui ini tanpa argumen. Semua terlihat memaksa hingga John Constantine yang terhitung member baru pun ikut berkomentar. Terlalu gegabah dan ini bukan tipikal rencana Batman. Oke, premis ini kita kesampingkan dulu dan plot berikutnya yang berjalan beberapa tahun kemudian memang jauh lebih menarik. Belum pernah sebelumnya, sosok Constantine, Superman, Raven, Robin dan Suicide Squad ada dalam satu tim kecil. Kombinasi ini memang menyajikan satu cerita yang menarik, unik, dan segar. Baik kisah dan aksinya secara keseluruhan amat sangat menghibur, khususnya para fansnya.

Baca Juga  Space Sweepers

Kelemahan film ini, satu-satunya hanya kontinuitas dengan seri sebelumnya. Ide dan konsep ruang dan waktu alternatif yang disajikan dalam JL: Flash Point Paradox amat rumit dijelaskan. Belasan sosok supernatural dengan segala dimensi mistiknya tak bisa dijelaskan ringkas begitu saja jika tidak memahami JL: Dark. Sosok Damian (Robin) dan Raven dengan segala konflik internal dengan ayah mereka, hanya bisa kita rasakan jika telah menonton seri Teen Titans dan seri Batman yang menghadirkan Damian. Kita tak tahu ada apa di planet OA jika tak menonton Green Lantern. Latar sosok Darkseid sudah disajikan sebelumnya dalam JL: War. Apokolips War yang bertempo cepat tanpa sedikitpun latar cerita, bakal menyulitkan penonton yang belum akrab dengan seri sebelumnya.

Dengan tema suram dan keberanian plotnya, Justice League Dark Apokolips War dengan semua karakter supernya, adalah penutup sempurna film semesta animasinya yang kisahnya sejajar dengan Avengers: Infinity War dan Endgame. Seperti sudah saya tulis dalam artikel lepas sebelumnya, Superioritas DC Animasi, sungguh mengherankan, bagaimana film-film animasinya bisa jauh melebihi kualitas cerita film live-action-nya (DCEU). Tak bisa dibayangkan, jika film-film seperti JL: Doom, JL: Dark dan kini Apokolips War diproduksi versi live-action-nya dan digarap oleh sineas bertangan emas. Dengan potensi kisahnya, semua itu bisa menjadi film-film superhero terbaik yang pernah ada, bahkan melebihi seri MCU. Untuk sementara, nikmati saja seri animasinya. Selamat menonton!

Stay safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaDreamkatcher
Artikel BerikutnyaSuperioritas Superhero DC Animasi
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.