Kajiman: Iblis Terkejam Penagih Janji

Katanya, bersekutu dengan iblis mesti siap dengan segala malapetaka di luar secungkil keuntungannya. Kajiman: Iblis Terkejam Penagih Janji arahan Adriyanto Dewo merekonstruksi konsep pemujaan terhadap roh jahat dengan memutar-balikkan logika menang-kalah antara si baik dan si jahat. Ia pula yang menulis naskahnya bersama Daud Sumolang, melalui produksi Relate Films dan Visionari Capital. Para pemainnya, yaitu Aghniny Haque, Vonny Anggraini, Mian Tiara, Jourdy Pranata, Tyo Pakusadewo, Iedil Dzuhrie, dan Rukman Rosadi. Baik Adri maupun Dewo sama-sama sudah lama tak menggarap film horor sejak Hi5teria (2012). Jadi bagaimana dengan hasil kerja mereka ini?

Asha (Aghniny) amat menyayangi ibunya (Vonny). Jadi sepeninggalan sang ibu, ia kerap murung dan selalu menyibukkan diri di poliklinik tempatnya bekerja sebagai perawat. Sampai akhirnya sebuah kesempatan untuk melakukan aktivitas di lingkungan yang berbeda datang kepadanya melalui tawaran Home Care. Layanan kesehatan langsung di rumah pasien. Namun, pasien tersebut bukanlah orang biasa. Lansia bernama Ismail (Tyo) yang sudah kerap gonta-ganti perawat gara-gara serangkaian teror di dalam rumah. Mia, menantu Ismail pun sering melakukan ritual di sana. Di sisi lain, Asha punya paranormal kepercayaan, yakni Rum (Mian) yang membantunya selama berada di rumah tersebut.

Tema persekutuan dengan roh jahat masih jadi primadona ide cerita horor. Motifnya tampak beragam, walau sesungguhnya hampir serupa. Beberapa saling beririsan. Misalnya, untuk pesugihan, menambah kekuatan pada ilmu hitam yang telah dimiliki, perlindungan, kekuasaan, menyuburkan kandungan, hingga menjadi kutukan yang menargetkan satu keluarga bahkan mewabah ke seisi desa. Bila mesti menyebutkan contoh film-filmnya, akan ada puluhan macamnya. Sekalipun mengesampingkan Pengabdi Setan (2017) yang sudah terlalu sering disebutkan. Beberapa seperti Pocong the Origin (2019), Inang (2022), Perjanjian Gaib (2023), dan Para Betina Pengikut Iblis (2023). Umumnya, masing-masing bakal memakai pendekatan lokalitas Jawa atau daerah lainnya. Ada pula yang mengantarkan kisahnya dengan unsur keagamaan macam Qodrat (2022). Film-film tersebut sama-sama menggunakan plot horor ala barat yang didominasi eksistensi ilmu hitam atau aliran sesat pemuja iblis atau roh jahat.

Begitu pula Kajiman: Iblis Terkejam Penagih Janji. Meski okultisme adalah plot yang klise, Kajiman menciptakan sosok roh jahatnya sendiri dan bahasa komunikasi yang lebih kuno. Ada mantra-mantra kejawen dengan usia kosakata dan istilah yang lebih lampau dalam praktik-praktik ritualnya. Macam Jailangkung: Sandekala (2022) atau Hidayah (2023) dengan bahasa Sunda mereka. Walau kemunculan mantra yang terpicu oleh kebutuhan berkomunikasi dengan keberadaan roh jahat tersebut tidaklah banyak. Garis besar ceritanya tetap ihwal siasat seorang pencari ilmu hitam yang berhasrat mendapatkan kekuatan lebih banyak lagi. Bahkan ia pun memengaruhi akhir cerita terkait si baik dan si jahat, manusia dan roh jahat, para penolak bala dan sang pemuja.

Baca Juga  Hidayah

Akhir cerita yang tampaknya berupaya dirancang agar menjadi plot twist oleh Adriyanto maupun Daud. Meski masih dapat terbaca samar-samar. Terutama bila sudah menyaksikan begitu banyak film horor. Mereka memasang “perangkap” lewat sejumlah penutupan informasi dan kepura-puraan, sehingga Kajiman menjelma film horor dengan unsur misteri yang mengental. Walau agak aneh juga dengan peran si dukun (Rukman Rosadi) yang dipanggil oleh Mia, menantu sang tuan rumah, Ismail. Setelah kiriman dari Rum akhirnya berhasil memasuki rumah, ke mana dukun itu? Namun, bagaimanapun bagusnya unsur misteri dan kekunoan bahasa dalam Kajiman, sebagian besar alur ceritanya sudah pernah dijumpai lewat Perjanjian Gaib. Orang sepuh butuh perawat, perawatnya datang dan membuka ruangan tersembunyi, lalu teror makin menggila ke seisi rumah.

Kajiman juga beberapa kali memanfaatkan kesempatan untuk menerapkan crosscutting antardua lokasi dan peristiwa karena berlangsung simultan. Sekali-dua kali, crosscutting menaikkan tensi momen genting yang tengah terjadi. Pada kesempatan lain, perannya membuka informasi satu per satu mengenai siapakah sosok pemuja roh jahat yang sebenarnya. Niat asli dari sang penolong dan kondisi para penghuni rumah. Suasana menyeramkan sekaligus klenik dalam kediaman Ismail pun amat terasa. Lebih-lebih sejak Asha mulai menemukan beragam “informasi baru” di sana –yang dijaga oleh Mia dan suaminya.

Kajiman: Iblis Terkejam Penagih Janji dirancang sebagai sajian horor dengan misteri yang mempermainkan pandangan terhadap para tokohnya, walau garis besar ceritanya klise. Langkah tersebut sedikit-banyak dapat mengobati plot ala barat berupa okultisme yang sutradara dan penulis gunakan. Lagipula penulisan mereka cukup rapi. Unsur misteri, kejawen, suasana seram, dan pilihan akhir ceritanya bisa dinikmati di atas kesamaan Kajiman dengan beberapa film horor lainnya.

PENILAIAN KAMI
Overall
65 %
Artikel SebelumnyaSisu
Artikel BerikutnyaThe Quiet Girl
Miftachul Arifin lahir di Kediri pada 9 November 1996. Pernah aktif mengikuti organisasi tingkat institut, yaitu Lembaga Pers Mahasiswa Pressisi (2015-2021) di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, juga turut andil menjadi salah satu penulis dan editor dalam media cetak Majalah Art Effect, Buletin Kontemporer, dan Zine K-Louder, serta media daring lpmpressisi.com. Pernah pula menjadi kontributor terpilih kategori cerpen lomba Sayembara Goresan Pena oleh Jendela Sastra Indonesia (2017), Juara Harapan 1 lomba Kepenulisan Cerita Pendek oleh Ikatan Penulis Mahasiswa Al Khoziny (2018), Penulis Terpilih lomba Cipta Puisi 2018 Tingkat Nasional oleh Sualla Media (2018), dan menjadi Juara Utama lomba Short Story And Photography Contest oleh Kamadhis UGM (2018). Memiliki buku novel bergenre fantasi dengan judul Mansheviora: Semesta Alterna􀆟f yang diterbitkan secara selfpublishing. Selain itu, juga menjadi salah seorang penulis top tier dalam situs web populer bertema umum serta teknologi, yakni selasar.com dan lockhartlondon.com, yang telah berjalan selama lebih-kurang satu tahun (2020-2021). Latar belakangnya dari bidang film dan minatnya dalam bidang kepenulisan, menjadi motivasi dan alasannya untuk bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2019. Semenjak menjadi bagian Komunitas Film Montase, telah aktif menulis hingga puluhan ulasan Film Indonesia dalam situs web montasefilm.com. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Agustinus Dwi Nugroho.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.