Your Name. (2016)

106 min|Animation, Drama, Fantasy|07 Apr 2017
8.4Rating: 8.4 / 10 from 329,666 usersMetascore: 81
Two teenagers share a profound, magical connection upon discovering they are swapping bodies. Things manage to become even more complicated when the boy and girl decide to meet in person.

Kimi no Na wa (Your Name) adalah film anime garapan Makoto Shinkai yang diadaptasi dari novel berjudul sama karyanya sendiri. Shinkai sebelumnya sudah dikenal melalui filmnya Kotonoha no Niwa (The Garden of Words/2013) yang sukses komersil dan kritik. Kimi no Na wa mencoba bersaing dengan film-film langganan nominasi Oscar produksi Studio Ghibli yang konon digadangkan bakal menjadi kandidat nominasi film animasi terbaik dalam ajang Academy Awards tahun depan.

Alkisah Mitsuha adalah seorang gadis SMA yang tinggal di wilayah pinggiran bernama Itomori. Sementara Taki adalah siswa SMA yang tinggal di gemerlapnya kota Tokyo yang bekerja sambilan sebagai pelayan restoran. Pada suatu ketika jiwa mereka berpindah, Mitsuha masuk ke dalam tubuh Taki demikian pula sebaliknya. Kadang satu hari jiwa mereka berpindah kadang tidak tanpa mereka bisa mengerti apa penyebabnya. Mitsuha membantu Taki agar ia dekat dengan gadis cantik rekan kerjanya Okudera sementara Taki membantu Mitsuha menjadi lebih populer di sekolahnya. Pada suatu ketika tubuh mereka tak lagi berpindah setelah festival yang diadakan bersamaan komet yang melintas di angkasa dan Taki memutuskan untuk mencari Mitsuha.

Kisah senada seseorang yang berpindah tubuh rasanya sudah berulang kali muncul di medium film. Lazimnya pesan kisahnya memberi pelajaran pada masing-masing tokoh agar bisa lebih dewasa dan saling memahami, seperti dalam Freaky Friday (2003). Film anime ini juga banyak mengingatkan pada film fiksi ilmiah berjudul Frequency (2000) dimana kisahnya sang ayah dan putranya bisa berkomunikasi melalui radio CB dari dua masa yang berbeda, juga film korea Il Mare (2000) yang di-remake menjadi Lake House (2006). Dari sisi ide kisahnya Kimi no Na wa boleh jadi memang tak lagi segar dan menggunakan beberapa elemen cerita dari film-film diatas namun sentuhan roman remaja dan muatan lokalnya yang membuat film ini berbeda.

Baca Juga  Bad Genius

Kimi no Na wa adalah sebuah film roman remaja romantis yang bertambah kuat kisahnya dalam berjalannya cerita. Bumbu-bumbu komedi dalam keseharian Mitsuha dan Taki menambah kisahnya menjadi ringan serta penuh warna. Elemen kejutan pada paruh kedua cerita tak sulit diprediksi namun faktor ini menambah intensitas drama menjadi semakin menarik dengan ending yang teramat manis. Beberapa hal sayangnya tak dijelaskan lebih rinci. Tak ada masalah besar dengan Taki dan Mitsuha kecuali mereka sebenarnya “kesepian”. Apa alasan sebenarnya yang membuat tubuh mereka berpindah? Apakah keduanya belahan jiwa, anomali akibat komet, ataukah sejarah keluarga Mitsuha yang sempat disinggung sang nenek, tapi untuk apa, ataukah semua ini terjadi begitu saja? Rasanya motif yang kuat bisa membuatnya berbeda.

Kimi no Na wa mengantarkan sebuah kisah fantasi manis dengan penuh muatan lokal namun menderita dari ide dan konsepnya yang tak lagi segar. Setidaknya film ini yang loyal dengan gaya animasi dua dimensi bersama film-film Hayao Miyazaki dan Studio Gibli-nya mampu memberi sentuhan berbeda di ranah film animasi dunia untuk bisa bersaing dengan film-film produksi barat yang jauh lebih mapan dari sisi teknis. Imajinasi dan fantasi luar biasa unik dari film-film anime produksi Jepang adalah satu hal yang tak akan bisa dimiliki film-film animasi barat.

WATCH TRAILER

https://www.youtube.com/watch?v=hRfHcp2GjVI

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaHeadshot
Artikel BerikutnyaRogue One
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.