Knowing (2009)

121 min|Action, Mystery, Sci-Fi|20 Mar 2009
6.2Rating: 6.2 / 10 from 249,932 usersMetascore: 41
M.I.T. professor John Koestler links a mysterious list of numbers from a time capsule to past and future disasters and sets out to prevent the ultimate catastrophe.

Knowing merupakan film thriller-fiksi ilmiah garapan Alex Proyas. Proyas sebelumnya kita kenal melalui film-film fantasi dan fiksi ilmiah yaitu, The Crow (1994), Dark City (1998), dan I Robots (2004). Dari sisi pemain Knowing hanya memasang satu aktor bintang, yakni Nicholas Cage. Uniknya juga, film fiksi ilmiah ini diproduksi oleh studio independen, Summit Entertainment yang baru lalu sukses besar dengan film roman fantasi, Twilight (2008).

Alkisah Profesor John Koestler (Cage) adalah seorang ilmuwan dan pengajar astrofisika yang kehilangan kepercayaannya pada Tuhan sepeninggal istrinya beberapa tahun silam. Suatu hari dalam perayaan 50 tahun sekolah putranya, Caleb (Chandler Canterbury), sang putra mendapatkan sebuah surat aneh berisi angka-angka yang ditulis oleh seorang siswi sekolah bernama Lucinda Embry, lima puluh tahun yang lalu. Kostler yang tanpa sengaja membaca surat tersebut mencoba mencari pola dari angka-angka yang ditulis. Hasilnya sungguh diluar dugaan sang profesor. Ternyata angka-angka tersebut mampu memprediksi dengan akurat waktu terjadinya sebuah musibah/bencana serta jumlah korban jiwa yang terjadi dalam lima puluh tahun ke depan. Sang profesor berusaha menyibak misteri dibalik semua ini sebelum segalanya terlambat.

Salah satu hal yang unik dalam film ini adalah kombinasi antara unsur supernatural serta fiksi ilmiah. Lebih dari tigaperempat durasi film, penonton dibawa untuk mengikuti petualangan sang profesor dalam mengungkap misteri ramalan Lucinda melalui nuansa semi-horor. Film ini layaknya film-film garapan M. Night Syamalan yang bertutur dari sudut pandang tokoh utama (sang profesor) dengan memadukan unsur misteri, thriller, horor, serta supernatural. Tidak hingga seperempat durasi akhir, film ini memberikan sebuah kejutan besar (unsur fiksi ilmiah) yang merubah semua prediksi cerita sejak awal.

Baca Juga  La La Land

Film ini berisi beberapa sekuen bencana yang sangat menawan. Dalam filmnya tercatat tiga sekuen bencana besar, yakni di awal, pertengahan dan akhir filmnya. Walau rekayasa digital (CGI) tampak sedikit kasar namun secara visual masih mampu menyuguhkan sebuah aksi yang cukup meyakinkan (mengerikan), seperti ketika sebuah pesawat terbang komersil yang menukik tajam ke bumi, serta musibah di stasiun bawah tanah. Sekuen klimaks sekalipun tidak lagi orisinil (Terminator 2 dan The Independence Day) namun dijamin mampu membuat bulu kuduk kita merinding membayangkan jika mimpi buruk ini benar-benar terjadi.

Proyas secara tema masih mengambil substansi cerita yang sama seperti dua film sebelumnya, yakni I Robot dan karya brilyannya, Dark City. Dark City bisa dianggap sebagai salah satu film fiksi ilmiah terbaik sepanjang masa. Dalam dua film ini sineas mencoba menggambarkan sosok “juru selamat” dalam dua latar cerita yang berbeda. Kali ini kembali sineas mampu mengemas dengan gayanya yang unik dan berkelas. Sekalipun masih dalam kemasan fiksi ilmiah namun sineas menggunakan pendekatan yang sedikit berbeda dengan dua film sebelumnya. Sineas lebih jauh mencoba melakukan interpretasi “semesta” melalui sudut pandang religius (agama) dengan pendekatan yang lebih realistik (masa kini). Sineas dengan jeli memanfaatkan tanda-tanda akhir jaman yang belakangan menjadi tren lalu memadukannya dengan unsur fiksi ilmiah. Tak sulit menafsirkan Caleb dan Abby sebagai sosok “manusia terpilih” (Adam dan Hawa) yang menjadi awal kehidupan baru bagi umat manusia , lalu sosok asing di akhir film adalah simbol sang “Maha Mengetahui”, dan sisanya adalah manusia-manusia “berdosa” yang terbakar di “neraka”. Apakah umat manusia (bumi) sudah tak layak lagi untuk diselamatkan? Sekali lagi, film ini hanyalah interpretasi (sineas) tentang kehidupan dan alam semesta, sang sineas dengan berani menjawabnya dengan kata “Ya”.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
100 %
Artikel SebelumnyaFast & Furious
Artikel BerikutnyaMonsters vs. Aliens
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

  1. Why its great movie for me..

    Beberapa hari sebelum saya menonton film ini, saya sempat bercerita kepada seorang teman mengenai “imajinasi” saya. Di sana saya ber”imajinasi” bahwa pada tahun 2012, di matahari akan terjadi sebuah gempa kecil yang menyebabkan terjadinya “flare”. Akibatnya tidak terduga, di “imajinasi” saya “flare” tersebut menjalar hingga kebumi yang menyebabkan bumi akan terserang gelombang panas yang sangat dahsyat.

    That time, I even dont have any idea what the film is all about.

    So ? dapatkan anda bayangkan betapa terkejutnya saya ketika menonton film ini ? well, for seconds.im shocked,but then i calm down and enjoy the films.It turns out to be a great films, for me and i think for E.E .. everyone else..YOU!!

    So? do you think youre one of the “chosen one”..if not? you better start to listen to the “Whisperer”..coz “IT” gonna blow us real hard my friends

  2. Setelah saya melihat film ini dan berdiskusi dengan rekan2 saya sependapat dengan editor Lebih dari tigaperempat durasi film, penonton dibawa untuk mengikuti nuansa semi-horor. Dimana dengan menyakinkan sutradara dapat membawa penonton untuk hanyut dalam alur cerita.Tetapi setelah lama kelamaan saya baru menyadari bahwa kemana arah dari film ini.Disini kelebihan dari film ini dimana sang sutradara dengan piawai dapat mentranformasikan suatu perpindahan alur cerita yang tidak terduga sama sekali …..( walupun ada petunjuk eee … ).Sayang mungkin dikarenakan saya baru saja melihat TDTEST tema yang diangkat tidak ada yang baru dan bisa jadi merupakan trend … + cgi cukup kasar ( mungkin karena film independen ) saya lebih memilih dark city ( C+ ) rodriquez.jr

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.