Setelah sukses dengan film debutnya yang berjudul Dua Garis Biru tahun 2019 lalu. Pada Bulan Desember ini, Gina S. Noer kembali dengan film arahannya yang ketiga, yakni Like &Â Share. Film yang masih tak lepas dari topik sensitif, seperti Dua Garis Biru dengan bahasan dampak pergaulan bebas, serta Cinta Pertama, Kedua, dan Ketiga mengenai dilema percintaan dua keluarga yang diantarkan oleh masalah demensia. Konsisten berdiri bersama dua production house besar yang turut membesarkan namanya sejak film debutnya, Gina kembali menyutradarai dan menulis skenarionya sendiri dengan dukungan Wahana Kreator dan Starvision Plus.
Kisahnya membahas pencarian jati diri dua remaja dan pengalaman seksual mereka. Titel Like &Â Share, mewakili channel YouTube yang dimiliki oleh kedua tokoh protagonis di film ini, Lisa (Aurora) dan Sarah (Arawinda). Berlatar keluarga yang kurang harmonis, kedua sahabat ini sering menghabiskan waktu bersama dengan membuat konten-konten video ASMR (Autonomous Sensory Meridian Response atau video yang mementingkan suara) soal makanan. Hingga pada suatu waktu, Sarah mengenal cinta lewat Devan (Jerome) yang lebih tua 10 tahun darinya. Pun, Sarah yang mengalami pubertas sejak mendapat trigger video syur yang ia temui di sosial media. Sejak saat itu, persahabatan mereka diuji.
Berbeda dari film edukasi seksual kebanyakan, Like &Â Share menawarkan pengalaman yang menjanjikan, baik dari segi audio visual maupun sisi muatan cerita. Pengemasan Like &Â Share yang berani, menyajikan visual berbeda. Salah satunya adalah kombinasi penggunaan aspek rasio 1.85:1 dan 4:3 saat hasil video ASMR Lisa dan Sarah muncul. Meskipun beberapa film Indonesia lain telah berhasil memakai permainan rasio juga, seperti dalam Keramat 2 ataupun Aum!. Gina berani mengaplikasikan elemen tersebut pada filmnya yang bergenre drama remaja.
Selain itu, warna-warna yang digunakan pun tergolong nyentrik dengan merah terang, kuning mencolok, ataupun hot pink. Sebagai manifestasi masa muda yang berani dan berwarna. Pengemasan visual yang mengingatkan pada film arahan Faozan Rizal, Abracadabra. Tak hanya manis. Gina juga tidak segan-segan menyisipkan adegan sensitif. Video syur ‘Bokep HP Jatoh’ dan adegan pemerkosaan hadir secara lugas, namun tetap digarap dengan penuh hati-hati. Mengingat adegan tersebut adalah elemen penting dari cerita perjalanan puber Lisa dan Sarah.
Pengalaman istimewa pun dirasakan dari aspek penataan suara yang membuat kita ikut merasakan dampak emosional dari filmnya. Kemungkinan, karena aspek ASMR juga menjadi barang penting dalam Like &Â Share ini. Tentu sangat sayang kalau penataan suaranya menjadi belang-belang, hanya bagus pada bagian ASMR saja. Angkat topi untuk sang penata musik Aria Prayogi.
Like &Â Share juga hadir dengan lapisan-lapisan cerita yang kaya dan segudang isu yang dibawa. Baik dari isu grooming, korban kekerasan seksual, pubertas remaja, dan parenting dari orang tua itu sendiri. Adanya bahasan tentang KUHP kekerasan seksual juga semakin memperkaya keutuhan cerita dari topik grooming yang diangkat. Hadir dengan kisah yang dekat dan believable menjadikan jahitan plot yang disajikan begitu natural. Seperti karakter-karakter film Gina lainnya yang begitu realistis, meskipun selalu bersinggungan dengan hal-hal sensitif.
Arawinda yang tahun lalu menyabet Aktris Utama Wanita Terbaik di FFI 2021 tampil tanpa celah, bahkan di adegan-adegan sulit seperti adegan pelecehan. Aurora Ribero yang kerap kali tampil di film drama roman remaja juga terbilang mampu mengimbangi permainan Arawinda dengan cukup baik.
Ditutup dengan video konten Lisa dan Sarah yang membacakan thirsty comment para viewers terhadap mereka yang disajikan dengan aspek rasio 4:3. Menggambarkan begitu terbatasnya elemen konten sosial media dari sang kreator sekaligus begitu liarnya opini orang-orang memandang konten tersebut. Adegan tersebut ditutup dengan closing statement dari Lisa dan Sarah yang secara tak langsung menampar para pelaku kekerasan seksual di luar sana. Â Lebih dari sebuah tontonan, Like &Â Share juga merupakan petisi untuk melindungi segenap korban kekerasan seksual yang tidak mendapatkan haknya secara adil. Menyaksikan gejolak pubertas Lisa dan Sarah lewat kanal YouTube mereka tak lain menjadi pengalaman menonton yang tidak biasa, sekaligus mengharukan untuk disaksikan.