Menyambut hari Lahir Pancasila, Lola Amaria mempersembahkan film Lima dimana ia berperan sebagai produser dan sutradara. Lima yang mengangkat nilai-nilai Pancasila ini, memilki 5 sutradara yang masing-masing berfokus pada satu sila. Lola Amaria sendiri menggarap sila ketiga, Shalahuddin Siregar menyutradarai sila pertama, Tika Pramesti sila kedua, Harvan Agustriansyah sila keempat, dan Adrianto Dewo sila kelima.
Lima mengisahkan sebuah keluarga yang menghadapi dengan masalah demi masalah. Memiliki 5 fokus cerita, Lima merupakan film multiplot. Kisah dimulai saat Fara, Aryo, dan Adi berduka atas kehilangan ibu mereka, Maryam yang sakit kanker. Belum lama berduka, mereka pun harus menghadapi permasalahannya masing-masing yang menyangkut SARA. Fara yang merupakan seorang pelatih renang menemui adanya kecurangan yang terjadi di dalam bidang olahraga tingkat nasional. Sedangkan Aryo harus menghadapi kesulitan dalam bisnisnya serta Adi yang menghadapi permasalahan krisis rasa kemanusiaan di lingkungannya. Dengan segenap permasalahan yang terjadi, Fara, Aryo, dan Adi pun kembali pada Pancasila sebagai pedoman yang mengarahkan mereka pada kehidupan yang damai.
Peringatan Hari Lahir Pancasila memang baru tahun ini dirayakan. Pelaksanaannya dianggap sangat penting mengingat banyaknya problema sosial yang disebabkan oleh adanya krisis moral dalam kehidupan bermasyarakat. Lima mengajak penonton untuk memperhatikan permasalahan yang kerap terjadi di kehidupan sehari-hari dalam lingkup kecil, yakni keluarga hingga lingkup yang lebih luas berupa kehidupan berbangsa dan bernegara. Lima menyajikan setiap kasus dengan penjabaran cerita yang mudah dipahami. Akting para pemain yang cukup mumpuni serta konflik masalah yang aktual cukup menstimulasi penonton untuk lebih peduli dengan kondisi Indonesia yang kita cintai. Penggunaan lagu nasional juga mampu meningkatkan jiwa nasionalisme, sayangnya sajian lagu sejenis kurang terasa karena kuantitasnya sedikit.
Lima memberikan konten yang menggelitik kita untuk kembali mengkaji sikap kita terhadap suatu permasalahan sosial. Contohnya pada salah satu adegan yang terdapat ungkapan “Kenapa elo merasa berhak menghukum orang lain, padahal toh dosanya bukan kita yang nanggung”. Pada adegan ini dapat menyadarkan banyak orang akan tindakan vigilante dan persekusi yang belakangan banyak terjadi. Ditambah lagi, menyinggung soal kemarahan yang kolektif, tipikal masyarakat Indonesia yang ketika emosinya tersulut maka akan merasa menjadi orang yang paling benar. Di lain pihak, terdapat orang-orang yang merasa lebih baik diam saja. Apakah diam itu benar-benar emas? Bukankan ketika kita diam itu berarti tidak memberikan kontribusi sehingga tidak memberikan manfaat apapun pada lingkungan sosial kita? Bukankah kita harus berpihak pada kebenaran dan tentu saja dengan cara yang jujur?
Lima merupakan film yang memudahkan masyarakat untuk turut mengetahui lebih detail masalah apa yang terjadi berkaitan dengan isu agama dan ras, serta tidak ketinggalan masalah ekonomi dan pendidikan. Tapi sungguh disayangkan, teknik penuturan Lima terbilang membosankan karena pada banyak bagian berjalan lambat. Meskipun terdapat beberapa adegan dengan karakter komikalnya sehingga dapat menyegarkan suasana, namun secara keseluruhan film ini tidak mampu memberikan greget yang berkesan selain penyampaian nilai-nilai Pancasila. Tentu, film ini perlu kita apresiasi di mana film yang mengangkat tema tentang falsafah negara kita, tidak banyak. Andai saja Lima dikemas dengan lebih menarik, film ini pasti mendapatkan lebih banyak atensi masyarakat hingga memberikan dampat yang positif. Setidaknya, ketika selesai menonton akan lebih menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan pedoman yang perlu kita pegang erat. Tentu saja akan meningkatkan rasa cinta dan bangga kepada Indonesia dan tidak memberi kesan memanfaatkan momen saja.
Seharusnya, film ini lebih banyak dipublikasikan sehingga gaungnya terdengar lebih luas. Di saat banyak film luar negeri yang menjadi saingan di layar bioskop, Lima perlu usaha yang ekstra agar dapat menarik perhatian masyarakat untuk turut menonton dan memperingati Hari Lahir Pancasila. Saya acungkan jempol untuk niat dan tujuan mulia produksi film ini. Banyak atau sedikit, film ini pasti bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Debby Dwi Elsha
WATCH THE TRAILER