Long Shot (2019)
125 min|Comedy, Romance|03 May 2019
6.8Rating: 6.8 / 10 from 124,172 usersMetascore: 67
Journalist, Fred Flarsky, reunites with his childhood crush, Charlotte Field; now one of the most influential women in the world. As she prepares to run for president, Charlotte hires Fred as her speechwriter, and sparks fly.

Long Shot merupakan film komedi romantis arahan Jonathan Levine yang kita kenal dengan film zombi unik arahannya, Warm Bodies. Long Shot dibintangi aktor reguler sang sineas, Seth Rogen, yang sebelumnya telah bermain dalam dua filmnya, yakni 50-50 dan The Night Before. Rogen kali ini berpasangan dengan aktris senior papan atas, Charlize Theron, bersama Andy Serkis, O’shea Jackson, dan Alexander Skarsgard. Dalam beberapa dekade terakhir, film romedi romantis bagus terbilang minim, lalu bagaimana Long Shot?

Fred (Rogen) adalah seorang jurnalis idealis yang keluar kerja dari kantornya setelah diambil alih oleh seorang milyuner serakah. Suatu ketika, ia bertemu dengan perempuan mantan tetangga dan babysitter-nya semasa kecil, Charlotte (Theron), yang kini berstatus sebagai sekretaris presiden dan menjadi salah satu perempuan terpopuler di AS. Charlotte yang menyukai tulisan Fred, akhirnya merekrutnya menjadi penulis pidato untuk serangkaian kampanye hijau di mancanegara. Hubungan mereka pun berkembang jauh setelah Charlotte jatuh hati pada teman masa kecilnya ini.

Sejak Pretty Woman dan Notting Hill rasanya nyaris tak ada film komedi romantis yang bagus dan populer, dan Long Shot boleh dibilang mendekati kualitas dua film ini. Formula plotnya pun nyaris tak jauh beda. Dua sejoli yang berbeda status (sangat kontras bahkan fisik) saling jatuh hati, namun kali ini bedanya, ada tema politik dibaliknya kisahnya. Walau arah plotnya tak sulit diantisipasi, namun proses kisahnya yang membuat film ini berbeda. Protokoler keamanan hingga rutinitas padat Charlotte dengan para tamu kenegaraannya menjadikan satu situasi menarik yang membuat hubungan mereka berdua semakin menggelitik untuk kita nikmati, terlebih sisi humornya. Lihat bagaimana mereka harus berdansa di dapur dalam satu pesta resmi kenegaraan dengan iringan lagu It Must Have Been Love (Roxxete) via handphone. Lagu ini pun secara tidak kebetulan adalah OST dari Pretty Woman.

Rogen dan Theron tampil sebagai bintangnya. Rogen tampil seperti peran tipikalnya dengan gayanya yang khas dan selalu bicara sesukanya. Sementara Theron tampil elegan sekaligus liar dalam perannya kali ini. Walau rasanya kini tak banyak menguras kualitas aktingnya selain penampilan fisiknya yang tampil luar biasa menawan. Chemistry keduanya pun terbangun sangat baik walau beberapa momen terasa kurang menggigit. Aksi polah konyol mereka memang tercatat lebih dominan dan menarik ketimbang adegan-adegan serius. Seperti satu aksi di atas ranjang, jauh lebih menghibur dari semua adegan ketika mereka beradu mulut.

Baca Juga  The Nutcracker and the Four Realms

Long Shot merupakan film tipikal komedi romantis yang mengandalkan penampilan dua bintangnya serta memberi solusi positif bagi dilema sisi moral kisahnya. Kongkalikong antara pejabat dengan pengusaha dalam kisahnya, tentu sudah menjadi hal biasa yang terjadi, namun inti kisahnya tidak mengarah ke sini. Budaya kaum milineal yang tak lepas dari media sosial, kini banyak memiliki pengaruh bagi dunia politik. Skandal pun menjadi santapan empuk para jurnalis media massa yang tentu memengaruhi citra para politikus. Long Shot mampu menawarkan solusi manis bagaimana seharusnya public figure bisa berdamai dengan ini semua. Cukup dengan move on dan jujur pada publik.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaThe Vanishing
Artikel BerikutnyaPokémon Detective Pikachu
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.