Love will find a way”

Love in the Villa, satu lagi film bergenre komedi romantis rutin rilisan Netflix. Film ini ditulis dan diarahkan oleh Mark Steven Johnson dengan dibintangi oleh Kat Graham dan Tom Hopper. Lupakan genre dan kisahnya, film ini diproduksi di wilayah utara Italia, di Kota Verona nan indah. Seberapa jauhkah setting eksotis ini dimanfaatkan dalam filmnya?

Rencana liburan ke Verona, Italia, mendadak buyar ketika pacar Juliet (Graham) memutuskan hubungan mereka. Juliet akhirnya pergi sendiri ke sana, tanpa disangka, vila yang sudah dipesannya ternyata sudah diisi oleh Charlie (Hopper), pria asal Inggris. Perang urat syaraf pun dimulai, Juliet dan Charlie yang terpaksa tinggal satu villa, berusaha mengusir satu sama lain dengan caranya masing-masing. Bukannya semakin menjauh, perseteruan justru mendekatkan hati mereka di kota nan romantis, Verona.

Kisah klise komedi romantis macam ini bisa jadi sudah puluhan bahkan mungkin ratusan kali digunakan. Sekalipun terdapat beberapa satu dua momen yang mampu membuat kita tertawa lepas, namun secara keseluruhan alur plotnya terjebak dalam rutinitas plot genrenya. Dua pemain utamanya yang namanya masih asing di telinga memang tidak bermain buruk, hanya saja chemistry mereka terasa kurang menggigit. Perseteruan fisik bisa dibuat lebih chaos dan brutal, sayang naskahnya mengambil jalan aman. Klimaksnya pun terasa kurang menyengat, segala halnya langsung terlewat tak membekas, kecuali satu hal.

Set lokasinya yang menggunakan shot on location di berbagai pojok kota Verona disajikan dengan begitu indahnya. Untuk genrenya, rasanya ini adalah setting lokasi paling berkesan yang pernah saya tonton. Kita serasa dibawa tour ke sepuluh penjuru kota dengan segala keunikannya. Memesona sekali. Baik arsitektur, plaza kota, keramahan warga, anggur (wine), hingga tentu kuliner yang menjadi andalan negeri ini. Semua disajikan begitu memikat dan romantis. Dijamin, semua orang yang menonton pasti ingin ke sana.

Baca Juga  Metal Lords

Love in the Villa merupakan kisah roman klise yang mudah diantisipasi, namun setting Kota Verona adalah yang terbaik di genrenya. Magnifico. Untuk promo wisata ini jelas adalah strategi yang jitu. Ini jelas bukan hal baru dalam medium film, namun Love in the Villa mampu menggambarkan jiwa dan semangat kota Verona seutuhnya melalui perspektif estetik yang menakjubkan. Andai saja naskahnya lebih baik, filmnya bakal sempurna seperti pesona kotanya. Selamat menonton!

 

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaMumun
Artikel BerikutnyaWhere the Crawdads Sing
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.