Maze Runner: The Death Cure adalah film penutup dari trilogi Maze Runner, yang diawali The Maze Runner (2014) dan Maze Runner: Scorch Trials (2015). Kedua seri awalnya saja sudah menghasilkan lebih dari US$ 600 juta dengan total bujet keduanya kurang dari US$100 juta. Seri film yang diambil dari novel remaja populer berjudul sama ini, kembali menggaet sineas Wes Ball untuk film ketiganya. Film yang seharusnya rilis awal tahun lalu ini sempat tertunda produksinya akibat kecelakaan yang dialami sang aktor, Dylan O’Brien sewaktu produksi. Film ini masih menggunakan para pemain reguler dari dua film sebelumnya, termasuk O’Brien, Kaya Scudelario, Thomas Brodie-Sangster, Will Poulter, Ki Hong Lee, serta Patricia Clakson.
Selepas peristiwa dalam seri kedua, Thomas dan dua rekannya yang tersisa, Newt dan Frypan berusaha menyelamatkan Minho. Usaha mereka gagal dan berujung perjalanan mereka ke Last City, yang sekaligus menjadi sarang organisasi Wicked. Usaha mereka untuk menembus tembok raksasa yang mengelilingi kota, rupanya tidak mudah. Sementara di lain pihak, Teresa dan Ava, di tengah keputusasaan dan tekanan dari atasan mereka karena belum bisa menemukan obat dari penyakit mematikan yang melanda umat manusia.
Film dibuka dengan adegan aksi ala Mad Max yang sangat mengesankan, walau usaha tersebut tampak konyol karena mereka tidak bisa menemukan seseorang yang mereka cari. Bagaimana mereka tahu Minho ada di gerbong yang mana hanya karena suara jeritan di dalamnya? Plot cerita setelahnya bertujuan sama hingga akhir. The Death Cure bisa berganti judul Finding Minho karena memang semua motif filmnya berjalan karena alasan ini. Plot yang sesungguhnya justru terasa seperti tempelan belaka. Solusi akhir pun menimbulkan pertanyaan besar dan premis ini sudah pernah saya singgung di ulasan film pertama. Mengapa susah payah mengorbankan sekian remaja yang imun terhadap penyakit jika cara yang sederhana saja bisa dilakukan? Mengapa repot-repot membangun tembok Maze yang jumlahnya entah berapa? Bisa jadi di sumber aslinya ada penjelasan tentang ini, namun jelas tidak di filmnya.
Maze Runner: The Death Cure sudah jauh lepas dari konsep film pertamanya dengan durasi yang terlalu panjang, penuh aksi dan bising, tanpa kita bisa memedulikan karakternya. Film pertama adalah yang terbaik di serinya. Film ini mampu membangun unsur kejutan, misteri, serta ketegangan hingga akhir tanpa kita bisa merasakan durasi filmnya. Konsep yang segar plus para pemain muda yang bermain apik menjadikan permainan bertahan hidup ini begitu memikat kita nikmati. Film kedua dan ketiga sudah berbeda konsep dengan hanya mempertahankan kontinuitas cerita semata. Unsur kejutan dan misteri hilang dan unsur ketegangan berjalannya cerita semakin meredup. Alhasil aksi pun terasa hanya sebagai formalitas, hambar, dan terlalu mudah diantisipasi hasilnya.
WATCH TRAILER