Meg 2: The Trench merupakan sekuel dari film sci-fi bencana hiu sukses The Meg (2018). Sekuelnya masih dibintangi aktor laga, jason Statham, namun kini digarap oleh Ben Wheatley. Selain Statham, film ini juga masih menggunakan kasting lamanya, yakni Cliff Curtis dan Sophia Chai, serta para pemain baru, Page Kennedy, Sienna Guillori, serta bintang laga Tiongkok, Wu Jing. Akankah film ini mampu menyamai sukses komersial film pertamanya?
Jonas (Statham) dan Meiying (Chai), serta sobat lamanya James (Curtis) masih bekerja laboratoriom laut Mana One yang kini di bawah payung perusahaan baru. Sepeninggal ibu Meiying (dulu diperankan Li Bingbing), mereka kini dibantu oleh paman Meiying, Jiuming (Jing) yang mampu membuat kostum selam canggih yang dapat bertahan di kedalaman ribuan meter. Mereka juga membuat kapal selam berteknologi baru untuk bisa menembus palung terdalam. Dalam satu uji coba perjalanan ke dasar palung, tanpa diduga ada pihak yang berkhianat dengan menyabotase peralatan mereka. Jonas serta lainnya tidak hanya menghadapi kelompok tersebut, namun juga hiu raksasa Megalodon yang kini jumlahnya tidak hanya seekor.
Berbeda dengan seri pertamanya, Meg 2 mengadopsi banyak tipikal tipe plot tak hanya Jaws, namun Alien serta Die Hard. Die Hard? Ya, benar. Kilang lepas pantai Mana One dikuasai para teroris yang ingin memburu Jonas dan rekan-rekannya. Hanya saja, Hiu-hiu dan hewan raksasa dari dasar bawah laut keburu merusak rencana jahat mereka. Sementara plot alien terlihat ketika mereka terjebak di dasar palung sehingga harus berjalan kaki menuju stasiun bawah laut di antara hiu-hiu Megalodon yang bersliweran. Setting-nya sendiri memang mengingatkan pada seri Alien. Kombinasi tiga jenis plot ini terhitung unik, namun sayang naskahnya tak cukup kuat mengakomodir ketiganya secara solid. Alur plotnya justru terlihat memaksa dengan lubang plot yang tak terhitung.
Aksi-aksinya juga tak mampu memberi sisi ketegangan yang diharapkan. Ancaman hiu Megalodon tak tampak menggigit seperti dalam film pertamanya. Jumlah hiu yang terlalu banyak serta efek visual (CGI) yang lemah menjadi biang keladinya. Selipan humor yang terlalu diumbar pada sebagian adegannya juga makin melemahkan sisi ketegangannya. Ini terjadi pada adegan klimaks yang dibuat mirip dengan seri pertamanya yang kini berlokasi di Fun Island. Hiu-hiu yang memakan banyak pengunjung resor justru terasa sebagai selipan komedi yang menggelikan ketimbang aksi yang serius. Aksi duel Jason Statham vs 3 megalodon yang dinanti kini terasa hanya seperti lelucon konyol murahan. Digantinya sineas senior John Turtletaub  yang terampil mengolah aksi thriller (seri National Treasure dan The Meg) dengan Ben Wheatley bisa jadi adalah faktor utamanya.
Meg 2: The Trench merupakan kemunduran besar dari film pertamanya melalui sajian naskah, aksi, dan CGIÂ yang medioker. The Meg yang mampu menghibur dan memberi kejutan melalui aksi-aksi gilanya kini tak lagi tampak dalam sekuelnya. Walau bukan terhitung film istimewa, namun The Meg mampu mencatatkan diri sebagai salah satu film hiu terlaris sepanjang masa. Di masa sulit bagi film-film box-office belakangan ini, rasanya Meg 2 bakal terjerembab. Ketika saya menonton di salah satu studio terbesar di Jogja, terhitung penonton hanya belasan orang. Tata suara Dolby Atmos yang mampu memberikan poin plus untuk film ini juga rasanya tidak akan membantu. Jika bintang-bintang lokal (khususnya Wu Jing) mampu mengangkat animo penonton di Tiongkok, bisa jadi film sekuelnya ini bisa selamat dari bencana.