Moon Cake Story, film bergenre drama ini disutradarai oleh Garin Nugroho. Sang sineas yang kita kenal dengan filmnya yang abstrak dan penuh filosofi, kali ini juga kembali menggarap genre drama yang ringan. Film ini berkisah tentang dua orang dari status ekonomi yang berbeda namun memiliki masalah masing-masing dalam kehidupan mereka. Asih (Bunga Citra Lestari) adalah seorang single parent yang membuka usaha cucian di kampung pinggiran Jakarta. Ia tinggal bersama anaknya Bimo dan adiknya, Sekar. Suaminya telah meninggal sehingga ia harus membiayai keluarganya sendiri. Selain membuka usaha cucian, Asih pun menjadi Joki 3 in 1. Di lain cerita, seorang pengusaha muda kaya bernama David (Morgan Oey) masih terbayang istrinya yang telah meninggal. Pertemuan Asih dan David terjadi, ketika Asih menjadi Joki di mobil David. Dari situ mereka saling mengenal kehidupan dan masalah masing-masing. Belakangan diketahui ternyata David terkena penyakit alzheimer.

Background di awal cerita sudah mampu menggambarkan masalah yang dihadapi tokoh utamanya, yaitu Asih dan David. Namun pertemuan keduanya, hingga akhirnya David tertarik untuk terus mengunjungi Asih di rumahnya, kurang terlihat adanya motif yang kuat. Apa yang sebenarnya dirasakan David sehingga ia ingin terus membantu Asih? Apakah ia mengingatkan akan masa kecilnya yang susah? Jika iya pun tak begitu nampak penekanan pada plot filmnya. David dengan cepat pula memberikan cetakan dan resep kue bulan milik ibunya yang menjadi sejarah penting bagi keluarganya pada orang yang ia baru saja kenal. Apakah yang sebenarnya mendorong David melakukan itu, tidak ada penekanan dalam adegan yang dibangun.

Motif kecil saja cukup, misalkan saja ada adegan dimana David merasakan kue buatan Asih yang enak dan bisa mengingatkan ia akan masa kecilnya. Sementara pada adegannya hanya diperlihatkan David mengomentari kalau kuenya enak, lalu ia membahas pekerjaan Asih sebagai joki yang menyebabkan pertengkaran, yang sepertinya adegan ini tidak penting. “Moon cake”  bisa menjadi motif yang kuat karena hal ini menjadi sejarah hidup bagi David. Jika Asih mampu membuat kue dengan resep dari ibunya, maka sepertinya ini bisa menjadi cerita yang menarik. Namun sayang kue bulan di film ini sepertinya hanya sekedar tempelan semata, dan tak menjadi alur kisah utamanya.

Baca Juga  Lima

Diluar hal tersebut, plot filmnya sendiri kurang fokus. Seperti masalah keluarga besar David yang tak tuntas, serta masalah keluarga Asih dan Sekar pun juga tak tuntas pula digali. Konflik cerita dalam perjalanan kisah Asih dan David cenderung menyajikan cuplikan momen tanpa menggali chemistry mereka secara mendalam, sehingga cenderung datar dan adegannya kurang menyentuh. Momen adegan yang dilalui keduanya tak cukup kuat menunjukkan proses masalah yang mereka hadapi, sehingga intensitas dramatik kurang terbangun.

Kejelasan informasi cerita juga menjadi masalah dalam film ini. Dalam plot filmnya diceritakan David memiliki penyakit alzheimer. Bagaimana penyakit itu bekerja dan seberapa parah tak dijelaskan rinci dalam film ini. David terlihat sehat dan bisa berpikir jernih, namun kadang-kadang bisa lupa sama sekali. Dalam filmnya tak memberikan informasi yang jelas. Akan sangat manis, misalkan saja kue bulan buatan Asih menjadi salah satu ingatan akan “masa kecilnya” yang tak terlupakan, yang bisa teringat jelas oleh David di masa-masa kritis ia menghadapi penyakitnya.

Secara teknis film ini sudah mampu memvisualkan kisahnya dengan baik. Penggunaan setting mampu menggambarkan perbedaan kelas, antara bawah dan atas, yang begitu timpang. Sebuah kampung di bantaran rel kereta api, di pinggiran gedung-gedung pencakar langit. Make-up dan kostum Asih yang berperan sebagai orang kampung pinggiran, masih terlihat mencolok dan kurang wajar diantara warga lainnya. Akting para pemainnya pun masih terlihat belum maksimal dengan dialog yang terlalu kaku pula. Garin yang kita kenal selalu kritis dengan persoalan sosial dalam filmnya juga konsisten dalam menyajikan tema ini dibalut dengan drama kisah hidup David dan Asih. Namun sayangnya, plot filmnya yang tak digarap dengan baik, sehingga film ini kurang mampu menyajikan cerita yang kuat dan menarik untuk diikuti jalan kisahnya.
WATCH TRAILER

Artikel SebelumnyaDevil’s Candy
Artikel BerikutnyaGhost in the Shell
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.