Night Swim (2024)
98 min|Horror, Thriller|05 Jan 2024
4.7Rating: 4.7 / 10 from 24,157 usersMetascore: N/A
A family moves into a new home, unaware that a dark secret from the house's past will unleash a malevolent force in the backyard pool.

Rumah hantu menjadi sesuatu yang jamak untuk genre horor, namun jika kolam renang berhantu? Ini sesuatu yang rada beda. Kolam renang seringkali dipakai dalam satu adegan horor, namun tidak untuk cerita utamanya. Night Swim mencoba mengeksplorasi ini melalui naskah dan arahan Bryce McGuire yang dikembangkan dari film pendek bertitel sama karya sang sineas. Duo produser kondang, James Wan dan Jason Blum memproduseri film yang dibintangi Wyatt Russel, Kerry Condon, Amélie Hoeferle dan Gavin Warren. Apakah Night Swim mampu menyegarkan genrenya?

Ray Waller (Russel) adalah pemain baseball tangguh yang kini cedera berat hingga menghancurkan karirnya. Bersama sang istri, Eve (Condon) dan putri serta putranya, Izzy dan Elliot, mereka pun pindah ke rumah baru mereka. Rumah besar itu memiliki kolam renang yang digunakan pula untuk terapi bagi Ray. Suatu hari, Eve merasakan ada sesuatu yang menghantui kolam renang mereka. Begitu pun putra putrinya.  Namun Ray tidak menanggapinya, bahkan fisiknya makin pulih berkat olah terapinya. Tanpa disadari, kuasa gelap mengintai untuk mengambil jiwa mereka.

Bagi yang belum menonton film pendeknya, ada baiknya menonton film berdurasi 3:54 menit ini, berikut adalah tautannya: Night Swim (2014)

Mengadaptasi kisah film pendek menjadi feature, jelas bukan perkara mudah. Lights Out (2016) telah melakukannya dengan brilian dengan naskah yang solid bermodal hanya teknik jump scare yang simpel. Night Swim pun bermain dengan trik jump scare senada yang beberapa kali teknik ini digunakan dalam beberapa adegannya. Seseorang yang tengah berenang melihat sosok di pinggir kolam ketika berada dalam air, namun di atas rupanya tidak ada seorang pun. Trik jump scare ini memang tidak seorisinal trik lampu “on-off’ dan Lights Out pun mampu mengemasnya melalui naskah yang solid. Rupanya tidak demikian dengan Night Swim.

Untuk mengemas cerita dan teknik yang demikian sederhana dan mengulur plot hingga durasi 98 menit banyak hal jelas patut diperhitungkan. Eksposisi (penokohan pro/antagonis) jelas menjadi faktor kunci yang ini menjadi kelemahan terbesar naskahnya. Kita tahu background Ray sebagai pemain baseball tenar, namun ini hanya disajikan selintas. Bagaimana hubungan Ray dengan sang istri dan putra-putrinya? Mengapa mereka pindah? Tidak banyak digali lebih dalam yang berefek pada chemistry semua karakternya. Lalu, soal entiti gelap? Investigasi soal ini terlalu minim sehingga tidak banyak memicu sisi misteri yang cukup membuat rasa penasaran. Ini sebenarnya bisa memicu kedalaman dan subteks yang dirangkai dengan sosok sang ayah yang kehilangan karirnya.

Baca Juga  Last Seen Alive

Night Swim memiliki potensi premis yang menjanjikan dan segar, di luar penokohan dan eksekusi yang lemah. Film ini sedikit banyak mengingatkan pada film-film horor berkualitas, yakni Poltergeist dan Shining. Jika dua plot ini dipadukan dalam racikan yang segar, Night Swim bisa menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Dari sisi mana pun, film ini serasa tanggung. Eksekusi klimaks yang seharusnya memicu sisi dramatik menyentuh tidak bisa kita rasakan karena lemahnya chemistry. Sisi horor pun demikian, Night Swim sama sekali tidak terasa menakutkan, padahal saya hanya satu-satunya penonton di teater.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
65 %
Artikel SebelumnyaWhat If…? S02
Artikel BerikutnyaDream Scenario
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.