Only the Brave (2017)

134 min|Action, Biography, Drama|20 Oct 2017
7.6Rating: 7.6 / 10 from 80,563 usersMetascore: 72
Based on the true story of the Granite Mountain Hotshots, a group of elite firefighters who risk everything to protect a town from a historic wildfire.

Only the Brave adalah sebuah film drama yang diadaptasi dari kejadian nyata yang dialami para pemadam kebakaran hutan di sebuah kota kecil di Arizona. Film ini digarap oleh Joseph Kosinski yang sebelumnya menggarap film-film fiksi ilmiah besar, macam Tron dan Oblivion. Only the Brave didukung pula sederetan aktor-aktris senior, diantaranya Josh Brolin, Jeff Bridges, Milles Teller, Taylor Kitsch, Andie McDowell, serta Jennifer Connely.

Kisahnya di awal relatif datar dan berjalan amat lambat. Satu persatu tokoh utama diperkenalkan dengan detil. Eric si superintenden yang berjuang keras agar timnya bisa mendapatkan sertifikasi resmi sebagai pemadam kebakaran hutan, didampingi setia oleh Amanda, istrinya. Sementara Brendan adalah seorang ayah muda yang ingin membuktikan diri bahwa ia telah berubah setelah sebelumnya terlibat dalam berbagai masalah. Beberapa tokoh lain juga disinggung sekali pun porsinya tidak sebanyak dua tokoh di atas. Mereka berdua seolah menjadi pengikat seluruh tim.

Tak banyak konflik cerita di awal selain hanya menggambarkan perekrutan anggota baru yang memang menarik disimak. Kita yang tak tahu apa-apa soal kebakaran hutan, sedikit banyak bisa belajar banyak dari film ini. Sebuah pekerjaan yang membutuhkan kecermatan, intelejensi tinggi, serta fisik yang luar biasa. Bukan hal mudah melakukan apa yang mereka lakukan, dan semua bisa kita rasakan sendiri ketika melihat bagaimana mereka beraksi. Bermain dengan api untuk memadamkan api. Sebuah pekerjaan yang sangat berbahaya dan beresiko tinggi karena sewaktu-waktu situasi dapat berubah tak terkontrol. Kita tahu semua itu sekarang.

Baca Juga  Fast X

Bagi penonton yang sudah tahu kisah aslinya bisa jadi aspek kejutan sama sekali nol. Semata hanya melihat proses bagaimana satu momen tersebut terjadi. Namun, bagi penonton seperti saya yang tidak tahu sama sekali tentang kejadian aslinya, unsur kejutannya sungguh amat luar biasa. Kita bisa melihat, bagaimana sang sineas beberapa kali memancing ke sebuah situasi yang genting, seolah semua bakal mudah diprediksi, namun ternyata salah. Hingga akhirnya momen tersebut datang, dan saya sekali pun tidak mampu menduga arah cerita menuju ke sebuah momen yang amat dramatik. Air mata meleleh pun tak terbendung, semua pemain bermain sangat baik sejak awal untuk akhirnya bisa menghadirkan satu momen klimaks yang amat menyentuh.

Only the Brave adalah sebuah dokudrama langka yang mendetil dengan klimaks yang begitu emosional. Semua elemen nyaris sempurna, baik kasting, akting, hingga CGI. Only the Brave dengan sabar mampu menghadirkan sebuah momen paling dramatik dalam sejarah kebakaran hutan di Amerika sejak peristiwa 9/11. Sebagian orang mungkin berkata, warga Amerika tergila-gila dengan sosok pahlawan. Mereka butuh sosok pahlawan. Namun, apa yang mereka lakukan dengan segala usaha keras serta pengorbanan mereka memang layak untuk diabadikan dalam medium film. Tidak hanya semata untuk penghormatan namun juga menginspirasi kita semua.
WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaPosesif
Artikel BerikutnyaKuroko’s Basketball: Last Game
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses