Onward (2020)
102 min|Animation, Action, Adventure|06 Mar 2020
7.4Rating: 7.4 / 10 from 163,827 usersMetascore: 61
In a magical world full of technological advances, elven brothers Ian and Barley Lightfoot set out on an adventure to resurrect their late father for a day.

Onward adalah film produksi Pixar pertama yang rilis pada tahun ini. Onward digarap oleh Dan Scanion yang juga pernah menggarap Monster University. Rasanya ini adalah untuk kali pertama, Pixar menggarap film animasi dengan murni bergenre fantasi, atau diistilahkan fantasi urban. Sesuatu yang sebelumnya lebih sering diproduksi studio lain. Ini adalah sebuah kabar baik atau buruk? Film ini juga dibintangi bintang-bintang muda populer masa kini, yakni Tom Holland, Chriss Pratt serta pula Julia Dreyfuss, Octavia Spencer, dan Ali Wong.

Alkisah di dunia fantasi antah berantah, dihuni oleh beragam mahluk mistikal, macam elf, unicorn, naga, peri, manticore, dan sebagainya. Dunia yang dahulu penuh dengan sihir dan hal magis, lambat laun mulai tergantikan oleh teknologi hingga akhirnya sihir hanya tinggal sebuah mitos. Yah, layaknya manusia kini. Ian adalah seorang elf remaja pintar yang penyendiri dan kurang percaya diri dalam pergaulan. Sementara sang kakak, Barley justru sebaliknya, remaja yang aktif, nakal, namun ia tahu banyak soal sejarah sihir. Suatu ketika, mereka menemukan sebuah hadiah dari mendiang sang ayah, yakni sebuah tongkat sihir dan mantra beserta berlian khusus untuk menghidupkan sang ayah selama 24 jam. Segala sesuatunya berjalan salah, dan fisik sang ayah pun hanya muncul separuh badan saja, dari kaki hingga pinggang. Ian dan Barley yang ingin menggenapkan tubuh sang ayah, harus mencari berlian yang hilang jauh di sana sebelum mantera tersebut hilang. Petualangan seru pun dimulai.

Plotnya saja sudah terdengar aneh bukan untuk film produksi Pixar? Menonton filmnya pun juga terasa janggal. Jika tidak menggunakan alam fantasi pun, konsep cerita film ini pun, rasanya masih tetap bisa jalan. Toh semua ini juga buntutnya sama, hanya sebagai simbolisme umat manusia. Pilihan ini jelas dimaksudkan untuk lebih segar dalam pengadeganannya melalui banyak karakter mistik yang bisa disajikan lebih fleksibel dalam penokohannya. Misal saja, naga dan unicorn adalah hewan peliharaan, centaur/cyclops adalah polisi, manticore adalah pemilik bar, dan lain sebagainya. Unik memang, namun sudah terasa jamak untuk film animasi.

Baca Juga  The Half of It

Lantas alur kisahnya seperti apa? Film-film studio Pixar kita kenal dengan kisahnya yang sangat kuat serta menyentuh dengan mengusung tema persahabatan atau keluarga. Formula ini pun masih sama, walau kini lebih spesifik ke hubungan antara kakak dan adik. Jujur saja, kisahnya memang amat menyentuh. Bukan film Pixar namanya jika tak mampu membuat mata penonton berkaca-kaca. Momen dramatik jelas ada, namun jika kamu tahu betul Pixar dan film-film animasi populer lainnya, kisah film ini sudah terlalu biasa. Mudahnya begini, “apa yang kamu cari sebenarnya sudah ada di dekatmu”, pahamkan? Kisahnya sejak awal mudah sekali terbaca bagi penikmat film sejati. Saya sungguh berharap film ini bisa ke arah yang berbeda, namun sayangnya tidak.

Onward masih memiliki standar visual film-film produksi Pixar sebelumnya, namun kali ini tidak untuk kisahnya. Bicara visual jelas sudah tak perlu banyak komentar. Film Pixar jelas adalah jagonya. Segmen aksi seru dan sisipan humor berkelas juga lengkap semua tersaji. Jika dibandingkan film-film masterpiece Pixar, macam seri Toy Story, seri Monster Inc., Finding Nemo, The Incredibles, Up, Wall.E, serta Inside Out, Onward jelas jauh di bawah mereka. Namun, film ini tetap saja menghibur dan sarat pesan tentang persaudaraan dan keluarga yang amat manis, khususnya yang kehilangan figur sosok ayah seperti Ian dan Barley. Selamat menonton.

PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaTop End Wedding
Artikel BerikutnyaGuns Akimbo
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.