Overlord merupakan film unik arahan Julius Avery yang mengkombinasikan 3 genre sekaligus, yakni perang, fiksi ilmiah, dan horor. Film ini diproduseri J.J. Abrams melalui studio Bad Robots dengan bujet sekitar US$ 38 juta. Uniknya pula, film ini dibintangi aktor-aktris tak ternama, yakni Jovan Adepo, Wyatt Russel, Mathilde Ollivier, serta John Magaro. Walau tak sepenuhnya jelas dan tak pernah diumumkan secara resmi, masih menjadi pertanyaan, apakah film ini masih satu universe dengan seri Cloverfield yang juga diproduksi oleh Abrams?
Alkisah, sehari menjelang pendaratan pasukan sekutu di Normandia (peristiwa D-Day) atau dikenal pula dengan operasi Overlord. Satu pasukan khusus ditugaskan menjalankan misi penting untuk menghancurkan satu menara radio milik tentara Nazi yang berada di gereja tua di sebuah desa kecil. Aksi penerjunan tak berjalan mulus di tengah pertempuran hebat di udara. Mereka akhirnya, hanya menyisakan lima tentara saja, termasuk Boyce, Ford, dan Tibbet. Mereka menyusup ke dalam desa dibantu Chloe, seorang warga desa yang tinggal bersama adik ciliknya. Ketika Boyce menyusup ke dalam gereja, tak disangka-sangka, ia menemukan sebuah lab rahasia yang melakukan uji coba serum terhadap manusia.
Sudah lama sekali, sebuah film produksi Hollywood mampu menampilkan sesuatu yang sesegar ini. Mengkombinasikan genre perang (berlatar PD II), fiksi ilmiah, serta horor (bahkan slasher) jelas bukan sesuatu yang mudah, namun Overlord berhasil menampilkannya nyaris sempurna. Alur plotnya sejak segmen pembuka nyaris tak pernah berhenti bergerak dengan menampilkan sisi ketegangan, misteri, dan kejutan seolah tanpa henti. Sungguh luar biasa, kita sungguh-sungguh bisa masuk ke dalam semua aspek cerita filmnya, baik setting, karakter (tokoh), maupun aksi-aksinya. Melalui Boyce, kita mampu merasakan ketegangan luar biasa ketika pasukan penerjun payung harus ke luar dari pesawat yang telah hancur maupun segmen horor ketika ia menyusup ke dalam bangunan gereja. Semua serba nonstop ketegangan sejak awal hingga akhir, menjadikan Overlord sebuah sajian yang sangat menghibur. Namun sayang, guntingan sensor yang kasar sangat menggangu kenyamanan dalam beberapa aksi sadis yang cukup dominan dalam film ini.
Melalui kombinasi genre yang unik dan ketegangan nonstop, Overlord merupakan suatu capaian segar dalam satu-dua dekade terakhir. Tak hanya itu, film ini juga komplit menyajikan kombinasi akting para pemain muda serta tata artistik yang amat meyakinkan, didukung ilustasi musik yang selalu memompa adrenalin penonton. Beberapa aksi dan cerita memang tak sepenuhnya segar, misalnya saja, serum “Captain America”, juga aksi-aksinya yang kelewat sadis dan brutal jelas membatasi target penontonnya. Lantas pertanyaan terakhir, apakah film ini bisa masuk dalam kisah Cloverfield universe? Melalui kombinasi genre dan aspek cerita jelas jawabnya, ya.
WATCH TRAILER