Demam film horor yang kian latah menjangkiti para sineas dalam negeri pun dialami pula oleh Rako Prijanto. Tak tanggung-tanggung, setelah bulan lalu merilis Bayi Ajaib, kali ini ia hadir kembali dengan film horor splatter dan supernatural berjudul Para Betina Pengikut Iblis. Tampaknya ia ingin menjajal genre lain setelah bertahun-tahun berkutat dengan drama roman dan komedi. Rako jugalah yang menulis naskahnya bersama Anggoro Saronto, rekannya menggarap Kambodja serta Warkop DKI Reborn 3 dan 4.
Film produksi Falcon Pictures dan anak perusahaan khusus horornya, Falcon Black, ini diperankan oleh Mawar Eva de Jongh, Derry Oktami, Hans de Kraker, Ravil Prasetya, Hanggini, Sara Fajira, dan Adipati Dolken. Jelas sekali, baik Falcon dengan Falcon Black-nya maupun Rako, sama-sama sedang mencoba menyelami genre idola masyarakat ini. Jadi bagaimana dengan hasilnya?
Sumi (Mawar) hanyalah salah seorang gadis miskin di sebuah desa terpencil nan terpelosok. Ia pun tinggal berdua saja dengan ayahnya, Karto (Derry), yang sudah cukup lama mengalami sakit parah pada kaki kirinya. Sumi hanya bisa mengandalkan keahlian medis dari satu-satunya dokter di desa tersebut, dr. Freedman (Hans). Namun, nahasnya kaki sang ayah tak dapat diselamatkan dan harus diamputasi. Sementara itu, Sumi tak tahan terus-menerus harus menahan hasratnya untuk pergi ke kota dan meraih segala mimpinya. Karto juga memperlakukannya dengan kasar selama ini. Sampai kemunculan sang iblis (Dolken) yang berusaha menjerat Sumi dengan beragam godaan.
Setelah menikmati pengalaman menonton Waktu Maghrib, rasa-rasanya Para Betina Pengikut Iblis hanyalah tentang film pembunuhan belaka. Kengeriannya setiap kali memperlihatkan banyak darah juga tak menyusul sensasi mistis dan teror kematian dalam Waktu Maghrib. Kejam, sadis, dan menggiriskan memang, tetapi tidak bikin merinding. Tingkat keseramannya sekadar tercipta dari ancaman para perempuan yang berhasil terjerat bujuk rayu iblis semata. Bukan dari sang iblis. Seluruh warga kampung bahkan tidak akan kena dampak apa pun, kecuali mereka mengusik rahasia dari para perempuan tersebut atau berbuat jahat kepada mereka. Meski mereka sendiri ternyata bermusuhan satu sama lain.
Para Betina Pengikut Iblis juga menunjukkan beberapa kejanggalan dari sisi logika. Bagaimana mungkin, seorang yang teramat miskin sampai-sampai kelaparan, masih punya sebuah radio layak pakai di rumahnya? Selain itu, ada pula boks pendingin daging lengkap dengan lampu listrik, padahal tak tampak ada aliran listrik di desa. Belum lagi, area makam yang terlihat hanya ditempati oleh satu-satunya kuburan milik Ningrum (Anindya Arioni), adik Sari (Hanggini). Masih ada lagi keberadaan tulang-belulang yang tampak putih bersih, padahal mayatnya sudah terkubur secara tidak layak selama bertahun-tahun. Lagipula sosok orang tersebut tidak terlihat melakukan banyak sekali kebaikan semasa hidupnya sampai-sampai jenazahnya “terawat”.
Kendati demikian, kita masih bisa menikmati olah peran dari Mawar sebagai Sumi. Selama skenarionya bagus serta diarahkan oleh sutradara yang mumpuni, Mawar sebetulnya memiliki potensi. Apalagi karirnya masih panjang. Ada pula Hanggini sebagai Sari. Kita tahu bahwa perempuan muda ini selalu mendapat peran dalam roman remaja selama ini. Namun, saat memperoleh kesempatan bermain dalam film horor splatter semacam Para Betina Pengikut Iblis untuk pertama kalinya, ia bisa menunjukkan performanya dengan lumayan baik. Lain halnya dengan peran yang mesti dibawakan oleh Dolken. Iblis, tetapi tak menyeramkan sama sekali. Bahkan cenderung komikal. Nuansa horor filmnya jadi berulang kali terganggu. Dampak yang terjadi pula dalam Jailangkung: Sandekala.
Para Betina Pengikut Iblis pada akhirnya sekadar cerita pembunuhan brutal lewat godaan iblis “lucu” semata, tanpa tendesi untuk menakut-nakuti. Bila sang sineas maupun Falcon Black memang serius dengan penyelaman mereka dalam genre horor, semoga ada yang labih baik lagi ke depannya setelah ini. Namun, jika Rako hendak menjadikan horor splatter sebagai ciri khasnya, maka ia kudu siap berhadapan dengan Kimo dan Timo yang telah lebih dulu menancapkan pengaruh mereka lewat gaya masing-masing. Bahkan Falcon Black saja masih baru-baru ini muncul melalui film ini dan Bayi Ajaib bulan lalu. Jadi, kita nantikan saja ke depannya.