Pokémon: Detective Pikachu (2019)
104 min|Adventure, Comedy, Family|10 May 2019
6.5Rating: 6.5 / 10 from 192,442 usersMetascore: 53
In a world where people collect Pokémon to do battle, a boy comes across an intelligent talking Pikachu who seeks to be a detective.

Pokémon Detective Pikachu merupakan film arahan Rob Letterman yang diadaptasi dari video game Detective Pikachu serta karakter Pokémon kreasi Satoshi Tajiri. Info tentang produksi film ini tak lama muncul, sesaat game Pokémon booming di seluruh dunia beberapa tahun lalu. Film live action berbujet US$ 150 juta ini dibintangi oleh Ryan Reynolds, Justice Smith, serta Kathryn Newton. Apakah film ini bakal memenuhi ekspektasi para fansnya?

Pada suatu masa, di Ryme City, umat manusia dan Pokémon hidup secara berdampingan. Dikisahkan Tim, seorang  pemuda eks pelatih Pokémon mendapatkan info jika ayahnya telah menghilang. Suatu ketika, Tim bertemu Pokémon Pikachu milik ayahnya yang anehnya mampu berbicara secara verbal dengannya. Setelah beberapa perseteruan kecil, akhirnya mereka memutuskan bekerja sama untuk menemukan ayah Tim. Tak disadari, mereka terjebak dalam satu rencana jahat besar yang bakal memengaruhi masa depan umat manusia dan Pokémon.

Bagi para fansnya, tentu konsep dan sosok Pokemon sudah tak asing lagi. Dalam film ini, para monster Pokemon divisualisasikan dengan gaya animasi 3D unik sehingga mereka tampak begitu nyata dan sama persis dengan sosok asli animasinya. Mereka tampak begitu lucu dan menggemaskan. Kisah misterinya juga didukung baik oleh set bergaya noir yang mengagumkan, khususnya set cerita di kota. Secara visual, semua aspeknya, termasuk aksi pun sangat memuaskan dan memanjakan mata.

Baca Juga  Ghost Rider: Spirit A of Vengeance

Kisahnya sebenarnya sederhana, tapi jelas untuk penonton awam terlebih anak-anak, rasanya bakal terlalu absurd. Plotnya berjalan mengikuti perkembangan cerita melalui petunjuk demi petunjuk yang ditemui Tim dan Pikachu. Tidak buruk memang, namun sayang hal yang menganggu adalah kebetulan demi kebetulan yang terus terjadi dalam plotnya. Satu kejadian terjadi, dan sering kali tanpa alasan yang jelas, sosok atau petunjuk baru, datang begitu saja di hadapan mereka. Belum satu pertanyaan terjawab dan belum bisa kita cerna, satu peristiwa lainnya sudah terjadi. Pokoknya semua serba kebetulan dan ini amat melelahkan. Satu pertanyaan kecil bagi yang sudah menonton filmnya, tidakkah Tim mengenali suara yang sudah dikenalnya begitu lama?

Dengan sentuhan gaya noir dan visual yang mengagumkan, Pokémon Detective Pikachu mengkombinasi sisi misteri, humor, dengan karakter Pokémon yang unik melalui kisah yang sayangnya terasa absurd. Layaknya sosok Deadpool, diisi suara vokal sang bintang (Ryan Reynolds) sebagai Pikachu, ia berceloteh dan berkomentar seenaknya yang memang mendominasi sisi humornya. Entah, apa ini semua bakal memuaskan para fansnya, namun rilis dua minggu setelah Avengers: Endgame tentu bakal merugikan film ini secara komersial. Sekuel? Ya, jika film ini sukses komersial. Film ini jelas masih memungkinkan untuk dibuat jauh lebih baik melalui potensi kisahnya serta sosok Pokémon yang menggemaskan.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
65 %
Artikel SebelumnyaLong Shot
Artikel BerikutnyaBrightburn
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). A lifelong cinephile, he developed a profound passion for film from an early age. After completing his studies in architecture, he embarked on an independent journey exploring film theory and history. His enthusiasm for cinema took tangible form in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience eventually led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched students’ understanding through courses such as Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended well beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, Understanding Film, an in-depth examination of the essential elements of cinema, both narrative and visual. The book’s enduring significance is reflected in its second edition, released in 2018, which has since become a cornerstone reference for film and communication scholars across Indonesia. His contributions to the field also encompass collaborative and editorial efforts. He participated in the compilation of Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1–3 and 30 Best-Selling Indonesian Films 2012–2018. Further establishing his authority, he authored Horror Film Book: From Caligari to Hereditary (2023) and Indonesian Horror Film: Rising from the Grave (2023). His passion for cinema remains as vibrant as ever. He continues to offer insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com while actively engaging in film production with the Montase Film Community. His short films have received critical acclaim at numerous festivals, both nationally and internationally. In recognition of his outstanding contribution to film criticism, his writing was shortlisted for years in a row for Best Film Criticism at the 2021-2024 Indonesian Film Festival. His dedication to the discipline endures, as he currently serves as a practitioner-lecturer in Film Criticism and Film Theory at the Indonesian Institute of the Arts Yogyakarta, under the Independent Practitioner Program from 2022-2024.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses