Power Rangers (2017)

124 min|Action, Adventure, Fantasy|24 Mar 2017
5.9Rating: 5.9 / 10 from 115,698 usersMetascore: 44
When Earth is on the verge of an alien invasion, five teenagers, who are infused with superhuman abilities, must harness their newfound powers to battle this threat – as the Power Rangers.

Power Rangers merupakan film adaptasi dari serial televisinya yang populer di tahun 1990-an. Film ini sebenarnya juga adalah reboot, dari dua film versi bioskopnya yang juga dirilis di periode 1990-an. Masih tak jelas mengapa setelah sekian lama, kini dihidupkan kembali. Jika dimaksudkan untuk meramaikan genre superhero yang kini tengah panas-panasnya, jelas Power Rangers tidak ada peluang sama sekali.  Inti kisahnya sama, lima orang pemuda-pemudi, suatu ketika menemukan sebuah artifak yang membuat mereka bisa memiliki kekuatan super. Tanpa disadari ternyata mereka adalah manusia pilihan, Power Rangers, pelindung umat manusia dari sosok wanita jahat bernama Rita Repulsa.

Siapa pun yang menjadi fans serial televisinya rasanya tertarik menonton film ini. Saya bukan fans, walau pernah melihat serial tv-nya sesekali, karena memang tak ada tontonan lain saat itu. Dua seri film bioskopnya, saya bahkan sudah lupa apa sudah menonton filmnya atau belum, yang pasti tidak berkesan jika iya sekalipun. Tanpa ekspektasi, saya menonton film ini. Kisahnya mirip dengan Chronicle di awal, walau pengembangan cerita berikutnya, jelas film yang saya sebut barusan jauh lebih superior. Filmnya bertutur ringan seperti film remaja kebanyakan, dan saya suka dengan usaha sineas untuk membuat film ini terasa lebih realistik dan manusiawi dengan keseharian tokoh-tokohnya. Namun cerita terus berjalan dan seperti yang sudah saya duga mengarah ke “serial tv”-nya. Logika cerita pun mulai diabaikan. Ajaib sekali, setelah Power Rangers “bangkit”, sang musuh pun juga bangkit.

Baca Juga  The Sorcerer’s Apprentice

Power Rangers mencoba menampilkan segala sesuatunya lebih realistik dari serial televisinya, namun bagaimanapun juga film ini memang lebih pas ditujukan untuk sasaran penontonnya. Jika mau bicara soal efek visual (CGI), tidak banyak komentar karena memang film ini tidal selevel dengan film-film superhero besar lain. Sisi humor pun nyaris tak menggigit walau mereka sudah berusaha keras. Adegan Aksi? Huff.. tidak ada komentar. Robot-robot sang jagoan rasanya lebih banyak merusak kota daripada monster milik Rita. Apa yang tersisa dari film ini hanyalah nostalgia untuk fans sejatinya beberapa dekade silam. Usaha menghidupkan kembali tokoh-tokoh super yang sudah usang ini adalah usaha sia-sia. Sekuel?  Siapa peduli.
WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
50 %
Artikel SebelumnyaLife
Artikel BerikutnyaDevil’s Candy
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.